TM #7

49 1 0
                                    

"Traveling tends to magnify all human emotions."
—Peter Hoeg

TM #7

Seusai menaiki tuk-tuk untuk mengelilingi kota Bangkok. Kini, Rajendra tengah berencana untuk menemani Aerilyn berbelanja di salah satu pusat pembelanjaan terkenal Bangkok.

Aerilyn menginjak sepatu Rajendra gemas, "Lo bawain belanjaan gue, Ja! Masa gue ribet sendiri gini?" Ujarnya sembari memberikan beberapa paper bag belanjaan yang telah ia beli.

Rajendra menghela nafasnya malas, "Ogah! Lo bukan princess." Decaknya.

"Ya tap--" Ucapan Aerilyn terpotong karena Rajendra yang tiba-tiba membalikkan badannya, lalu berusaha mengangkat sambungan telepon yang masuk.

"Raj--"

"Sst.." Potong Rajendra sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Aerilyn.

Aerilyn memajukan bibirnya beberapa senti ke depan karena sebal, "Iya byy." Dua kata yang selalu terdengar dilontarkan dari mulut Rajendra semenjak mengangkat sambungan telepon nya tersebut.

Aerilyn mengangkat sebelah alisnya ketika Rajendra telah menaruh ponselnya kembali di saku, "By siapa sih, Ja? Bibi lo?" Tanyanya polos.

Rajendra menjitak kecil kepala Aerilyn, "Bibi palalo! Pacar gue. Gue lupa gak ngasih kabar hampir dua minggu."

Aerilyn terdiam sebentar, lalu melontarkan pertanyaan bodohnya. "Oh, punya pacar?" Tanyanya polos.

Rajendra tertawa, "Punya lah! Emangnya gue jones kayak elo, gara-gara kejebak friendzone? HAHAHA." Ledeknya.

Aerilyn mempoutkan bibirnya sebal, "Ja! Rese." Keluh Aerilyn lalu langsung menyerahkan paper bag berisi belanjaan nya itu untuk di bawakan oleh Rajendra–secara paksa.

Aerilyn berjalan ke depan mendahului Rajendra, berusaha mencari sesuatu yang membuat dirinya tertarik untuk membeli. Aerilyn menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena canggung, jadi Rajendra memiliki seorang kekasih? Oh ayolah, ini 2018, Aerilyn. Cowok tampan mana yang akan menjomblo di tahun 2018 ini?

Sama seperti kata-kata yang pernah ia dengar di televisi sebelumnya, hanya ada dua tipe lelaki tampan sebenarnya; tampan–dan menyukai yang tampan lagi, atau tampan tapi memiliki sikap bajingan.

Dan apabila ada seorang lelaki tampan yang baik, kaya, dan memiliki segalanya. Biasanya ia sudah memiliki seorang kekasih. Menyesakkan, memang.

Aerilyn memukul kepalanya kecil, ketika menyadari bahwa otaknya terus memikirkan hal yang tak perlu di pikirkan tentang Rajendra.

Semua ini memang salahnya. Salahnya yang terlalu membutai diri dengan semua harapan fana sejak baru saja berjumpa.

Memang benar apa yang bunda nya pernah katakan, love at first sight itu mustahil—karena kamu belum tahu bebet, bibit, bobot, orang yang sedang kamu jumpai itu.

Aerilyn tersadar dari lamunannya ketika Rajendra melakukan kebiasaannya—menarik kuncir kuda Aerilyn, "Heh! Jangan suka ditarik gitu! Nanti berantakan, Ja!" Dengusnya sebal.

Rajendra mengerutkan keningnya, "Suruh siapa ngelamun mulu? Kalo gue gak narik kunciran lo, nanti lo nabrak tembok. Gak liat apa depan lo tembok gitu? Ini buntu woi. Lo mau beli apa sih?" Sahutnya, lalu menggelengkan kepala heran.

Aerilyn membulatkan matanya, lalu mengalihkan pandangan menuju tembok yang ada di hadapannya. Ia pun menepuk keningnya malu, "Gue gak sadar, hehe." Kekehnya di ujung kalimat.

Travelmate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang