"Aish, eomma!!" Aku merajuk pada ibu sambil menurunkan sudut-sudut bibir ku hingga melengkung. Ibu hanya tertawa puas setelah melihat anaknya kembali merajuk setelah sekian lama tak ia lihat.
Omong-omong, pagi ini kami sedang dalam proses menuju kesepakatan mengenai hal yang tidak terlalu penting. Kami sedang memperdebatkan tentang tas mana yang harus ku pakai menuju restaurant tempat ku bekerja. Sebelumnya, apa aku sudah pernah memberi tau? Sepertinya tidak.
Well, aku bekerja di sebuah restaurant pusat kota yang bernama Savory Seoul Restaurant dimana disana terdapat berbagai macam makanan-makanan khas Korea Selatan yang siap membuat kalian terpana mulai dari Tteoppokki level bawah sampai level 15+ yang tentunya hanya bisa dicicipi oleh orsng tertentu dengan kekuatan lambung bak baja tahan banting. Restaurant itu menerima ku melalui Bora eonni yang dulunya merupakan teman dari sahabat dekat ku di Busan.
"Ku rasa ini lebih cocok dan lebih membuat mu terlihat menarik." Ibu kembali berceloteh. Matanya melirik dari atas rambutku hingga ujung kaki seperti designer yang sedang menilai hasil kerja anak didiknya.
"Eomma, aku akan kembali bekerja. Bukan mengikuti audisi modeling."
Ibu tertawa lagi. Kali ini ia memelukku erat.
"Eomma akan mengantar mu kesana. Tidak ada penolakan dan lagi jangan lupa menelfon eomma saat kau pulang nanti."
Aku mengangguk mantap dengan senyuman yang tak henti-hentinya ku berikan cuma-cuma pada Ibu.
Setelah itu kami berangkat ke restaurant menggunakan mobil Ibu dan Ibu juga yang mengendarainya. Jika ada yang bertanya mengapa bukan aku yang menyetir, itu pertanyaan yang paling ku hindari karena apa? Aku tak akan pernah bisa mengendarai mobil. Tak akan pernah.
Cuaca hari ini tidak terlalu baik, aku merasakan atmosfer seperti mengusirku untuk kembali ke rumah. Sangat tidak sopan, padahal ini hari pertama ku kembali bekerja. Seharusnya semesta mendukung ku dan membantu mewarnai hidup ku yang baru. Beberapa awan yang menggumpal seperti cotton candy yang sering ibu beli untukku dulu. Aku tersenyum. Merasakan betapa bahagianya aku setelah keluar dari masa-masa sulit.
Ibu menyalakan lagu dari ponselnya yang terhubung ke mobil. Lagu itu adalah lagu yang paling aku suka dan ibu tau betul akan hal itu. Lagu yang entah kenapa selalu berhasil membuat ku terhanyut dalam nadanya.
I met you in the dark, you lit me up.
Aku mulai menyenandungkan liriknya dalam gumaman tidak jelas. Ibu hanya melirik sambil terkekeh geli kemudian memutar stir sebelum akhirnya kami sampai di parkiran depan restaurant.
"Ah, padahal baru satu lirik ku nyanyikan dalam hati." Aku mendesah pelan.
"Kau sudah ribuan kali menyanyikan lagu itu dirumah."
Aku tersenyum malu. "Eomma, kalau begitu aku masuk dulu. Bye!!!" Kaki ku lantas mengambil langkah besar untuk masuk ke restaurant setelah melakukan high five dengan ibu.
Di dalam, keadaannya begitu ramai terkendali. Beberapa orang didominasi pakaian rapih formal dan gaun putih yang terlihat begitu mewah. Ini semua menakjibkan, tapi juga ini termasuk dalam sebuah kejanggalan.
Sejak kapan aku bekerja di tempat dansa?!
Aku berlari cepat ke arah pintu belakang. Disana para Chef sedang bersenandung ria seraya bercanda sambil melakukan pekerjaan masing-masing seperti semuanya terkendali sesuai keinginan mereka. Perhatian mereka langsung tertancap pada ku setelah aku sedikit menciptakan suara gaduh akibat mendorong pintu terlalu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
C.O.L.D [Lai Guan Lin] REVISION
FanfictionDunia itu luas, dengan permukaan tak berujung. Namun disisi lain aku setuju pada ungkapan bahwa dunia itu sempit, suatu alasan utama yang dapat membuatku kembali bertemu dengannya. Dinginnya segala sesuatu yang berbau dengan dirinya selalu berhasil...