4번

208 31 2
                                    

Hah.

Aku membuat kesalahan lagi.

Kini semua memandang ke arahku membuat lingkaran kecil. Mereka bukan menatap mata ku, tapi menatap plester yang melekat di dahi ku.

"Wae? Padahal belum sampai sejam lalu kau masih mulus tak tergores sedikit pun. Kau pergi kemana?" Bora eonni langsung bertanya pada ku dengan raut wajah cemas dan jengkel. Aku ingin tertawa melihat ekspresinya namun semua itu tertahan ketika Kai sunbaenim menarik pergelangan tangan ku dan mau tidak mau membelah kerumunan itu yang otomatis berbalik melihat kepergian ku dengan Kai. "Yak! Kacang kedelai!"

"Kembali bekerja semuanya!!!" Kai sunbae berteriak pada kerumunan. Lalu menengok ke arahku dengan senyuman yang overdosis kebanyakan gula. "Dahi mu kenapa?" Ia mulai mengambil adonan.

Akupun ikut meraih adonan dan mulai menggerakkan tangan membentuk adonan menjadi pizza siap panggang. "Tadi aku terjatuh."

"Bohong."

Kepalaku tersentak. "Wae?"

"Aku melihatnya tadi. Untuk apa kau berbohong?" Masih dengan senyumannya, Kai sunbaenim berujar dengan suara tanpa ada sedikitpun rasa kesal. Dia yang paling baik diantara semua orang disini. Huh, apalagi Bora eonnie yang terlalu over protective seperti aku ini pacarnya saja.

"Aku tidak ingin membuat semuanya khawatir."

"Kau telah membuat ku khawatir."

Skak. Aku tak bisa membalas ucapannya. Bodohnya lagi aku hanya tersenyum kaku pada Kai sunbaenim.

[][][][][]

Tepatnya pada pukul tiga sore Sejeong menyelesaikan jam kerjanya dengan baik. Ia memang keluar lebih dulu karena atasannya tau Sejeong baru pulih dari sakitnya. Ketika pintu restaurant terbuka dan kakinya baru melangkah sekali, Sejeong harus dihadapkan pada udara dingin. Bersama pria dingin itu yang nyatanya berdiri satu meter di depannya dengan tangan yang dimasukkan ke dalam kedua sakunya.

"Uisa-nim?"

"Aku punya banyak pertanyaan. Untuk mu."

"Eoh?"

Guan Lin melipat kedua tangannya di depan dada. "Saat di rumah sakit. Kau ingat saat kau jalan menuju tangga?"

Sejeong mengangguk mantap. Wajahnya begitu polos menatap mata tajam Guan Lin.

"Kau---" Nafas Guan lin sempat tertahan untuk berujar. "yang terjatuh--"

"Aniyo! Jelas itu bukan aku uisa-nim!" Sejeong berujar tegas dan sangat amat cepat. Suaranya begitu membuat gendang telinga Guan Lin mendadak tegang. Suara yang sama sekaligus membuat sensasi yang sama. Guan Lin seperti tersedot kembali ke dalam potongan kenangan masa lalu. "Justru saat itu aku melihatnya bunuh diri ketika aku berada jauh lebih atas dari keberadaannya. Dia sempat tersenyum ke arah ku. Bilang bahwa hidup ini selalu membuatnya gila."

Jantung Guan Lin berdetak semakin lamban.

Flashback.

Saat kau terbangun tengah malam dalam apartemen beku tanpa suara dan kehangatan dari aura keluarga, kau akan sangat malas melakukan sesuatu. Tentu saja, siapa yang akan melakukan aktivitas random saat dirinya terbangun dari tidur di tengah malam? Itu konyol. Yang ada tubuh akan merasa lemas dan sedikit rasa puaing di kepala.

Tapi jelas hari itu berbeda.

Perut Guan Lin berbunyi kecil disertai rasa tidak nyaman di dalamnya. Guan Lin kelaparan. Mau tidak mau, harus tidak harus tangan Guan Lin menarik sebuah parka yang menggantung dibelakang pintu kamarnya sebelum memutuskan untuk keluar dari pintu apartemen. Tepat saat suara pintu apartemen Guan Lin bersuara tanda kembali terkunci, sebuah suara dari arah lain mengganggu telinganya.

Karena kesadaran Guan Lin sudah kembali sepenuhnya, ia mendadak diselubungi rasa penasaran mendalam. Langkahnya bertolak belakang dengan arah tujuan awalnya. Perasaannya semakin dominan pada rasa penasaran setelah berada pada sebuah pintu dengan celah kecil. Lampu kamar apartemen itu menyala.

"Stop it! Kau menyakiti ku! Dasar pencuri! Dasar sialan! Stop it! Ya!"

Guan Lin merasa ngeri sendiri mendengar pekikan itu. Sebenarnya Guan Lin tidak merasa harus ikut campur ke dalam masalah orang lain, tapi suara khas perempuan itu mampu menarik Guan Lin untuk menantang maut masuk ke dalam apartemen itu dengan senjata stik golf dalam apartemen milik Jennie -kakaknya-.

"Hajima! Hiks,hiks."

Tubuh Guan Lin berputar melihat hal mengejutkan. Gadis itu. Half naked. Dengan luka merah pada beberapa sisi. Tubuh Guan Lin mendadak beku. Shock. Dengan keberanian penuh Guan Lin mencoba menelfon polisi diam-diam. Setelah memastikan polisi dalam perjalanan, Guan Lin baru masuk dan memukul kepala pelaku pencurian disertai kekerasan itu dengan stik Jennie. Setelah itu, Guan Lin kembali pada kamarnya. Mencoba menghilangkan bayangan mengerikan itj yang sayangnya tak pernah hilang sampai ia dewasa. Sampai ia lupa bahwa selama ini ia telah jatuh cinta pada perempuan itu.

Flashback off.

"Aku pergi." Guan Lin melesat diantara udara dingin yang menusuk kulit. Membiarkan Sejeong mengerjap bingung diatas paving block dengan kebingungan yang tak bisa lagi dipertanyakan. Tak lama setelah itu, seseorang menepuk bahunya dari belakang.

"Pulang bersama?"

"Kai-Sunbae!" Wajah sumringah Sejeong kembali menguar. "Selamat! Kau berhasil membuat jantung ku hampir mati!"

C.O.L.D [Lai Guan Lin] REVISION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang