"APA?! engga, gue ga mau! Itu bukan tugas gue! Tugas gue udah kelar!"
"..."
"Iya gue emang dendam sama dia. Tapi gue ga mau, gue udah cukup berdosa,"
"..."
"Please, kasih gue tugas selain itu,"
"..."
"SIALAN!!!"
Sambungan terputus, gadis itu menendang kursi bekas di hadapannya dengan kesal. Tangannya ia lipat di depan dada, mencebikkan bibirnya.
"Kalau bukan karena uang segede itu, gue ga mau ngelakuin ginian, ga mutu banget," desisnya geram.
***
Nata membantu Rena berjalan menuju parkiran rumah sakit. Hari ini, Rena sudah di biarkan pulang. Nata sampai bersujud syukur membuat Rena malu setengah mati.
"Gausah bantuin gue, bikin malu aja lu," gerutu Rena. Sepanjang perjalanan, Rena terus saja menggerutu membuat telinga Nata terasa hampir meleleh, panas.
"Bener nih?" Tanya Nata. Rena mengangguk, ia mendorong Nata lalu berjalan sendiri.
Belum sampai lima langkah, Rena tersandung batu membuat gadis itu kehilangan keseimbangan. Dengan sigap Nata menahan tubuh Rena dan memegang pinggangnya. Tatapan mereka bertemu.
Rena dan Nata saling menatap satu sama lain. Rena seakan tenggelam ke dalam mata kelabu milik Nata, begitupun dengan Nata.
Namun suasana romantis itu berakhir menjengkelkan. Nata menghancurkan moment romantis itu.
"Dari matamu matamu ku lihat, tai mata. Ku melihat melihat banyak sekali, dari mata kau--" Nata menyanyikan lagu milik Jaz, namun liriknya diubah sedikit.
Rena berdecak, ia memperbaiki posisinya dan mendorong Nata lalu berjalan lebih dulu. Sungguh Nata sangat menyebalkan. Rena mencoba membersihkan ujung matanya, namun tidak ada kotoran disana.
'Nata sialan!' Batinnya.
***
"Udah sampe," ucap Nata seraya memberhentikan mobilnya di depan rumah Rena.
"Ih gue tau," ketus Rena. Ia membuka sabuk pengamannya, menatap Nata sebentar.
"Makasih ya, Nat," ucap Rena, ia tersenyum manis.
"Apa? Kamu bilang apa? Aku ga denger," Nata berpura-pura membersihkan lubang telinganya, ia memajukan sedikit wajahnya.
"Ck, gaada siaran ulang! Mati aja lu!" Kesal Rena, gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal membuat Nata gemas.
"Semoga lu cepet tua, marah mulu," ucap Nata.
"NATA! MA--" Nata mencium ujung bibir Rena membuat gadis itu terdiam. Nata tertawa puas.
"Diginiin aja lu diem. Baru dicium, belum kalo di bawa ke kamar terus--" Rena menampar sedikit keras pipi Nata. Ia tau apa yang akan Nata katakan.
"Mending lu gausah ngomong," ucap Rena kesal. Ia membuka pintu mobil Nata lalu keluar, menatap cowok itu dengan judes.
"Bye, tuan putri," ucap Nata seraya tertawa keras lalu melenggang pergi.
Rena menghela napas, saat melihat mobil Nata sudah tidak ada, ia masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamualaikum," ucap Rena pelan. Langkahnya terhenti, dahinya mengernyit samar saat melihat mainan anak-anak berhamburan.
"Ini mainan siapa?" Tanya Rena pelan, sangat pelan. "Gue ga salah rumah, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction[RE-UPLOAD] Rena sudah tidak punya harapan lagi. Nyatanya semua orang, satu persatu akan meninggalkannya. Meninggalkan luka yang mengaga lebar direlung hati, ditengah senja air mata menetes melewati pipi. Pada akhirnya, Rena memilih menyerah. Ketika...