Tring
Kepala Rena menoleh begitu mendengar hpnya berdering. Pasti Nata, pikirnya. Dengan segera ia menyambar benda pipih itu, melihat pesan dari Nata.
Turun tuan putri, aku di bawah.
Rena tertawa membaca pesan itu. Alay, pikirnya. Gadis itu menyambar tasnya di atas meja belajar, lalu berjalan keluar, menutup pintu kamarnya dan turun ke bawah. Ia mendapati Mama beserta Queena, entah di mana saudara kembar gadis kecil itu, ia sama sekali tidak peduli.
"Rena, kamu mau--"
"Assalamualaikum," Rena mengucap salam sebelum Mama sempat menyelesaikan pertanyaannya. Membuat Mama menghela napas pelan, berusaha mengerti sikap dingin dan cuek Rena.
"Waalaikumsalam," jawab Mama pelan.
Kinnia keluar dari kamarnya dan Queena, ia berjalan pelan, berjinjit, mengendap-ngendap ke kamar Rena. Gadis kecil itu membuka pintu kamar Rena, masuk, lalu menutupnya dan menguncinya dari dalam.
Rena berlari kecil menuju pagar rumahnya, membukanya lalu menutupnya kembali. Ia berjalan santai menuju mobil Nata, membukanya lalu masuk ke dalam.
"Pagi," ucap Rena semangat. Nata tersenyum, menjalankan mobilnya.
"Pagi, yang," balas Nata, ia hendak mencium kening Rena, namun gadis itu memundurkan kepalanya dari jangkauan Nata.
"Jangan nyium."
"Napa?"
"Gapapa sih," gumam Rena, gadis itu mengeluarkan ponselnya, asik dengan benda pipih itu.
"Elah," Nata men-jitak kepala Rena menggunakan tulang jari tengah cowok itu, membuat Rena mengaduh.
"Aduh-- NATA!!" Mobil Nata berhenti mendadak, Nata me-rem mobilnya mendadak saat seseorang melintas tanpa melihat kanan kiri.
Nata mengangkat sebelah alisnya, apa yang dipikirkan orang itu? Apa ia bosan hidup? Nata menyembulkan kepalanya keluar dari jendela.
"Woi! Lu mau mati?!" Teriak Nata. Orang itu berhenti, menatap Nata sejenak, lalu menatap Rena.
Rena hanya diam. Namun tangannya terangkat memegang kepalanya begitu orang itu tersenyum miring. Ada beberapa bayangan yang terputar di otaknya dengan cepat, bahkan sangat cepat membuat kepalanya seketika pusing. Melihat itu, orang tersebut kembali tersenyum miring lalu pergi begitu saja.
Menggeleng pelan, Nata kembali memasukkan kepalanya. Ia menjalankan kembali mobilnya dan diam. Tidak menyadari, bahwa Rena tengah kesakitan.
"Aw," ringis Rena. Bayangan-bayangan itu terus berputar dengan cepat, berganti-ganti membuat kepala Rena seraya ingin pecah.
Mendengar itu, Nata menoleh, ia mengernyit, kembali memberhentikan mobilnya, ia menatap Rena khawatir.
"Kenapa sayang?" Tanya Nata, Rena tidak menjawab. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya, meremas kepalanya kuat-kuat.
"Rena! Kamu kenapa?" Nata menggenggam tangan Rena, membuat gadis itu menatap Nata sayu. Rena menelan savilanya susah payah, gadis itu kembali menggeleng.
"Kenapa?" Tanya Nata sekali lagi.
Rena menggeleng "Ga, gapapa," Rena mengalihkan penglihatannya keluar jendela, membuat Nata mengernyit bingung.
Akhirnya, Nata kembali menjalankan mobilnya. Hening menyelimuti mereka berdua, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
'Rena aneh,' pikir Nata.
'Kenapa gue kayak pernah liat senyuman itu? Gue kayak familiar,' pikir Rena.
***
"Aku ke kelas ya?" Ucap Nata seraya tersenyum. Rena memutar bola matanya malas, ia menginjak kaki Nata keras membuat cowok itu meringis seraya memegang kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction[RE-UPLOAD] Rena sudah tidak punya harapan lagi. Nyatanya semua orang, satu persatu akan meninggalkannya. Meninggalkan luka yang mengaga lebar direlung hati, ditengah senja air mata menetes melewati pipi. Pada akhirnya, Rena memilih menyerah. Ketika...