Nata memeluk erat tubuh seorang gadis dihadapannya, tersenyum lebar layaknya mendapat hadiah dari perlombaan Internasional. Nyatanya, yang terjadi hanya cintanya yang diterima oleh sang pujaan hati.
"Nata, aku sesak," gadis dipelukannya bersuara. Nata refleks melepas pelukannya dan menatap gadis itu dengan senyum selebar mungkin.
"Aku seneng, Al, aku seneng!" Sekali lagi Nata memeluk gadis itu kemudian melepasnya. Gadis itu sendiri terkekeh menatap tingkah Nata yang baru saja menjadi kekasihnya.
"Aku lebih seneng. Aku kira cuma aku yang ngerasaiin itu ke kamu," gadis itu, Alfania, menghela napas mengingat kenangannya dulu yang selalu memperhatikan Nata dari jauh.
"Hei, gadis sebaik kamu terlalu jahat untuk ditolak cintanya. Gak ada yang gak bakal jatuh cinta sama kamu," Nata menghibur, Alfania tersenyum manis.
Dihari itu, tepat pada jam 20.15, Nata dan Alfania resmi menyatu, didalam kubangan penuh cinta dan lingkaran bernama hubungan asmara. Nata yang sudah menyukai Alfania semenjak kali pertama bertemu, dan Alfania yang menyukai Nata sejak.. entahlah. Itu tidak penting, yang penting adalah sekarang mereka sudah bersatu.
Cinta mereka terhubung.
Hubungan mereka berlangsung harmonis. Hari demi hari, bulan demi bulan, dan kini mulai berganti tahun. Alfania tetap menjadi gadis manis dengan segala keanggunannya, juga Nata tetap menjadi lelaki yang penuh dengan humoris juga senyum gusinya yang memikat. Secara logika atau batin, mereka berdua adalah pasangan yang serasi.
Tidak jarang masalah menghampiri, tapi itu bukan pemicu perpisahan mereka. Hubungan mereka tidak se- 'murah' itu untuk putus hanya karena sebuah masalah kecil. Lalu seiring hari perayaan satu tahun mereka berlalu, perubahan itu terjadi. Entah diantara siapa, Nata atau Alfania, yang jelas mereka bisa merasakan itu.
Hubungan mereka tidak seharmonis dulu, kadar manisnya mulai berkurang seiringnya waktu. Canda tawa kini jarang terdengar dan berita-berita atau bisa disebut gosip mulai hilang dihanyutkan waktu.
Puncaknya adalah pada hari kedua tahun mereka. Nata dan Alfania berdiri disebuah taman yang sepi, awan mendung yang menyelimuti seakan ikut menambah suasana canggung diantara mereka.
Berdiri saling menghadap. Nata menatap Alfania dalam yang sedang menunduk.
"Kenapa, Al?" Setelah sekian lama, suara Nata keluar dari belah bibirnya. Terdengar serak seperti menahan sesuatu.
"Aku minta maaf," sahutan Alfania juga menembus gendang telinga Nata. Cowok itu menghela napas, tangannya terangkat lalu turun diatas kepala Alfania, membelai lembut surai hitam gadisnya.
"Aku minta maaf. Aku udah gak bisa sama kamu lagi," ucapan itu terasa seperti pedang yang menusuk dada Nata hingga tembus kebelakang. Hatinya seperti berlubang mendengar kalimat menyakitkan itu.
Nata tersenyum, berusaha kuat "Kenapa? Ada apa?"
Kali ini Alfania memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap mata Nata tepat pada retina cowok itu.
"Nata.. kamu udah tau alasannya," Alfania berucap lirih. Hatinya seperti dibelah melihat senyuman getir Nata.
"Aku pengen dengar langsung dari kamu. Bukan dari chat yang kamu kirim ke aku," ujar Nata. Menjaga suaranya agar tidak bergetar.
Sayangnya Alfania mendengar nada getir itu.
"Aku.. dijodohin," Alfania menunduk setelah mengatakan itu.
Nata sendiri mematung, setetes air matanya lolos mendengar jawaban paling menyakitkan yang pernah ia dengar. Jujur, ia lebih memilih bertengakar dengan seribu preman hingga seluruh tulangnya hancur daripada mendengar kalimat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction[RE-UPLOAD] Rena sudah tidak punya harapan lagi. Nyatanya semua orang, satu persatu akan meninggalkannya. Meninggalkan luka yang mengaga lebar direlung hati, ditengah senja air mata menetes melewati pipi. Pada akhirnya, Rena memilih menyerah. Ketika...