20

918 107 6
                                    

Perhatian:

[Sebelum membaca, coba kalian klik tanda Bintang di pojok kiri bawah, klik satu kali aja. Ga makan kuota kok, ga bikin hp kalian rusak juga.

Bukannya ngemis Vote, tapi setidaknya Vote dari kalian itu sebagai penyemangat dan bentuk penghargaan buat gue sendiri.

Thanks^^ Enjoy]

***

Bugh!

Nata menatap orang yang ia beri bogem mentah itu dengan tajam, sementara orang yang diberi bogem tersungkur di tanah, me-lap ujung bibirnya yang mengeluarkan darah.

"Brengsek!" Maki Nata emosi.

"Siapa brengsek? Gua atau elu? Gua yang nolong cewek lu, atau elu yang batalin janji?" Orang itu sama sekali tidak merasa takut, ia malah mengeluarkan smirk-nya.

"Anjing!" Nata menarik kera baju orang itu kemudian kembali memukulnya. Lagi, orang itu sama sekali tidak melawan. Melihat Nata emosi hanya karena kata-katanya, ia sudah lebih dari puas.

"Nata Nata.. " orang itu berdiri, kembali mengusap ujung bibirnya.

"Kok lu malah emosi sih? Bukannya kalau yang gua bilang ga bener, lu ga perlu ladenin omongan gua, kan?" Ranfy tersenyum miring melihat wajah Nata kembali memerah menahan emosi.

"Nat, gua kasih tau. Tikungan jaman sekarang, tajem-tajem," lagi-lagi Ranfy tersenyum miring, menepuk pundak Nata namun dengan segera cowok itu menepisnya kasar.

Ranfy tertawa puas, lalu berjalan meninggalkan Nata. Kemudian cowok itu kembali mundur, menatap Nata dengan tatapan menantang membuat Nata ingin sekali melayangkan tinjunya lagi.

"Btw, cewek lo cantik juga," Ranfy mengedipkan sebelah matanya lalu cowok itu benar-benar pergi meninggal Nata dengan wajah memerah menahan emosi.

"Anjing!" Nata meremas rambutnya frustasi lalu meninju tembok yang berada di sampingnya.

"Gua gabakal ngebiarin siapapun ngerebut Rena dari gua. Gak, gabakal."

***

"NATA! SIAPA YANG SURUH KAMU MASUK KELAS?!" Teriakan guru itu membuat Nata menghentikan langkahnya, berbalik lalu nyengir-nyengir sendiri.

"Kenapa ketawa?! Jawab! Siapa yang suruh kamu masuk?!" Guru itu menunjuk Nata dengan rotan di tangannya dan sebelah tangannya berkacang pinggang "Kamu ini udah telat masuk ke kelas saya, hampir satu jam kamu telat. Dan 30 menit lagi saya pelajaran saya berakhir! Kamu ini ngga bisa ng--"

"Aduh, Bu!" Nata mengusap telinganya "Pelan-pelan dong ngomongnya. Saya ngga bisa denger ibu bilang apa, kayak suara nyamuk."

"NATA! BERDIRI KAMU DI DEP--"

"Depan kelas ya, Bu. Gamau depan tiang bendera," Nata melirikkan matanya keluar "Panas," keluhnya.

"Halah kamu ini kayak cewek aja, berdiri di sana sampai pelajaran Ibu berakhir," putus guru itu.

"APAAN BU?! KAN SAYA BILANG NGGA MAU, NTAR GUE ITEM KUMAHA?!" protes cowok itu tidak terima.

"Kalau Nata tidak berdiri di sana, saya yang keluar." Ujar guru itu.

Semua siswa diam, tidak ada yang menyahut. Bahkan si ketua kelas pun, ikut diam. Mungkin mereka memang mengharapkan pelajaran itu cepat selesai, karena bosan tiada tara yang di rasakan.

Rena menatap sekeliling dengan bingung, mengapa mendadak diam seperti ini? Dengan itu, Rena menggeleng.

"Kalau Nata ngga mau, biar saya aja Bu yang ganti--"

ReNataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang