Rena menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan kosong, pikirannya berkelana entah kemana. Sampai akhirnya otaknya fokus pada satu titik. Sesuatu yang akan terjadi.
Rena hanya gadis biasa, bukan gadis yang memiliki kemampuan istimewa yang bisa membaca fikiran atau mengetahui apa yang akan terjadi ke depannya. Andaikan saja Rena memiliki kemampuan seperti itu, Rena akan menyusup untuk melihat kejadian-kejadian masa depan. Sayangnya, manusia tidak seharusnya berandai-andai.
Kling.
Notifikasi ponsel Rena mengganggu lamunan gadis itu, dengan malas tangannya meraba-raba kasur, mencoba mendapatkan benda pipih itu. Dan... dapat.
Nata.
Natayang:* : Km dimana ren?
Rena malas. Ia masih kesal saat Nata membatalkan janjinya. Untung saja ada Ranfy yang mau mengantarnya pulang. Jika tidak, ia tidak tau apa bisa ia sampai ke rumah dengan selamat atau tidak.
Natayang:* calling you...
"Ck," Rena berdecak pelan. Awalnya ia ingin menggeser tombol merah, tapi entah kenapa tangannya justru menggeser tombol hijau.
"Halo?"
"Waalaikumsalam."
"Ehiya, assalamualaikum sayang."
"Hm.. napa?"
"Kamu tadi pulang bareng siapa?"
"Ranfy,"
"HAH?!"
Rena menjauhkan ponselnya dari telinganya begitu mendengar teriakan Nata, sumpah serapah sudah ia lontarkan untuk kekasihnya itu.
"Alay! Kenapa sih?! Mau janji-janji lagi?!"
"Engga sayang. Jangan marah-marah mulu."
"Diem lu!"
"..."
"Nat? Kok diem sih?!"
"Tadi di suruh diem."
"Ya.. ya.. bukan gitu.. tau ah! Gue matiin! Bye!"
"Eh tunggu--"
Tut.
Rena membanting ponselnya ke kasur dengan kesal, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Nata menyebalkan!
***
"RENA!!" Rena menghela napas berat, orang yang ia hindari justru sekarang memanggil namanya keras-keras. Tanpa perlu berbalik, ia jelas tau siapa yang memanggilnya itu.
Nata berlari-lari kecil menghampiri Rena, hingga ia berjalan beriringan dengan gadis itu.
"Ren, tadi aku jemput kam--"
"Diem!" Ketus Rena sebelum Nata sempat menyelesaikan kalimatnya. Nata bungkam sejenak, kemudian ia kembali berbicara.
"Rena, tadi--"
"Diem!!"
"Tadi--"
"DIEM IH!!" geram Rena, gadis itu berhenti melangkah, mengalihkan pandangannya ke Nata seraya mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.
Nata terkekeh geli, melihat wajah kesal Rena pagi-pagi seperti charger untuknya. Dengan santai, cowok itu mengulurkan tangannya dan mengacau di pucak kepala Rena membuat gadis itu bertambah kesal. Kemudian tangan Nata berpindah ke pipi Rena, mengelusnya lembut membuat kekesalan Rena beransur-ansur hilang.
"Apaan, sih!" Rena menepis tangan Nata dari pipinya dengan sedikit salah tingkah, kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Sekali lagi, Nata terkekeh. Cowok itu meraih tangan Rena kemudian menggenggamnya dan menariknya untuk berjalan tanpa berkata apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
ReNata
Teen Fiction[RE-UPLOAD] Rena sudah tidak punya harapan lagi. Nyatanya semua orang, satu persatu akan meninggalkannya. Meninggalkan luka yang mengaga lebar direlung hati, ditengah senja air mata menetes melewati pipi. Pada akhirnya, Rena memilih menyerah. Ketika...