"Bukan urusan lo." Jawabku ketus.
"Iya, lo jangan sama Aksa deh ya." Aku mendelik dan membuang mukaku. Mengabaikan kalimat Abi. "Dia lebih muda dari lo. Nanti pas jalan dikira tante sama keponakannya lagi." Abi ngakak sementara aku benar-benar memutar tubuhku dan berjalan masuk kedalam kos. Meninggalkan dirinya dengan suara tawanya yang menurutku super duper menyebalkan.
"Gema!" Panggil Abi.
Aku tidak menghentikan langkahku dan tetap melangkah kedepan. "Sekarang gue udah jarang ngerokok kok! Suer deh!" Seru Abi.
Kedua bola mataku berputar tanpa sadar. Aku mendengus cukup keras. Bohong banget kalau dia jarang ngerokok. Jelas-jelas tadi pagi waktu aku hendak ke kamar mandi dan melihat jendela, wajah Abi sedang dikepung oleh asap rokok. Biasanya cowok-cowok yang kalau pagi langsung ngerokok bukannya minum air mineral, tandanya sudah kecanduan.
Aku tidak tahu sih Abi sudah minur air mineral apa belum. Lagian nggak peduli juga. Aku tetap berjalan hingga masuk kedalam ruang tamu. Masih sempat aku mendengar tawa Abi menggema di telingaku.
"Dasar playboy tengik cap badak!!!" Umpatku saat sampai kedalam kamar.
Satu pesan masuk kedalam ponselku. Meski aku tidak save nomernya. Aku tahu itu nomer Abi. Ngapain sih dia ngirim-ngirim pesan segala?! Nggak puas ya tadi ngetawain aku? Sempat terlintas pikiran untuk langsung menghapus saja pesannya tanpa perlu kubaca. Kalau perlu sekalian kublock nomernya. Tapi, sebagai seorang cewek dengan radar ke-kepoan yang melebihi para cowok-cowok diluar sana. Aku tergerak untuk membuka pesannya.
From: 0812xx
Gem, lain kali jalannya sama gue dong!
"Dih apa sih ni anak?! Males banget gue jalan sama dia!
Tidak ada niat untuk membalas. Ponsel sudah ingin kutaruh diatas nakas. Tapi, getarannya mengurungkan niatku. Ada pesan lagi yang masuk.
From: 0812xx
Jgn Cuma diliat aja. Bales gitu kek biar gue seneng.
"Yee.. Tetelan bakso! Ngarep banget gue bikin lo seneng!"
Lagi, satu pesan masuk.
From: 0812xx
Tapi, gpp. Walopun gak di bls pake pesan.
Gue tau lo bales pake mulut lo langsung ;)
Sontak aku membungkam mulutku sendiri dengan sebelah tanganku yang bebas. Melirik kearah jendela yang tirainya setengah terbuka. Menyadari telah melakukan hal bodoh, aku menjitak sendiri kepalaku.
"Bego banget sih, Gem! Dia Cuma sok tau aja kali gak bakal liat lo!" Meski begitu, aku tetap bangkit dari kasur dan melangkah pelan-pelan ke depan jendela. Dengan gerakan cepat, aku menutup tirai jendelaku hingga menutup keseluruhan jendela kemudian kembali menjatuhkan tubuh diatas kasur.
Siapa tau Abi memang benar jelmaan setan dan bisa melihat dengan mata batinnya. Jadi, dia tahu apa yang sedang kulakukan sekarang! Memikirkan itu membuatku sangsi. Kutarik selimut yang ada di ujung kasur untuk menutupi seluruh tubuh.
"Gara-gara Abi gue jadi makin stress!!!!"
--
Seminggu terakhir benar-benar seperti neraka untukku. Sudah dikejar deadline. Ditambah kehadiran Abi yang suka muncul tiba-tiba. Bahkan saat aku malam-malam sedang membuang sampah, wajahnya muncul dengan tengilnya. Ketika aku ke warung Bi Sumi pun ada dia juga! Saat aku menatap ke jendela pun masih ada lagi dia dengan satu puntung rokok ditangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Next Window [Completed]
ChickLitSiapa sih yang nggak pengin cepet lulus kuliah? Semua orang pasti pengin. Termasuk Gema! Tapi, mau gimana lagi? Rasanya susah banget buat ngerjain tugas akhirnya. Untungnya, ada Aksa. Cowok brondong satu ini yang memberikan semangat baru pada Gema...