Hutang Janji dan Sebuah Pertanyaan

4.8K 652 17
                                    


From: 0812xx

Kuesioner done. Gue tunggu janji lo ;)

Hampir saja aku tersedak minumanku sendiri saat membaca pesan dari Abi. Shit, kenapa aku bisa sampai lupa kalau punya hutang janji sama dia? Shit, shit, shit!

"Kenape lo, Ndro?" Aku melirik Kanasya dengan malas. Menghembuskan napas kencang dan menyandarkan punggungku di sofa depan tv kos Vio. Sementara si pemilik kos baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit kepalanya. Kami berempat memang sedang berkumpul di kos Vio. Lumayan, jarang-jarang kami bisa ngumpul komplit seperti ini. Itu juga karena hari ini kantor Kanasya libur. Dan Keyna, seperti biasa, ia rela membatalkan jalan dengan pacarnya.

"Gue lupa punya janji." Jawabku malas.

"Janji apa?" Keyna yang baru kembali dari dapur kos Vio ikut nimbrung. Ia meletakkan gelas berisi susu vanillanya diatas meja dan satu bungkus keripik kentang.

Kuusap seluruh wajahku dan mendesah pelan. "Janji buat meluk Abi."

"Hah?! Meluk Abi? Maksudnya apaan?" Kegiatan memakai lotion Vio terhenti begitu mendengar pernyataanku.

"Apa sih? Kok gue nggak ngerti?" Keyna mengerutkan keningnya.

"Kok tiba-tiba Abi sih! Naksir kan lo sama dia? Gue bilang juga apa. Jangan terlalu ben—"

"Gue pacaran sama Abi." Kupotong kalimat Kanasya langsung. Reaksi ketiga sahabatku persis seperti dugaanku. Tidak ada yang menyangka. Memang soal perjanjian dengan Abi, aku tidak memberi tahu mereka. Tepatnya, belum. Jadi, kupikir, mungkin ini waktu yang tepat—atau tidak.

"For God's sake! Demi apa lo??!!"

"Bercanda aja sih lu, Ndro! Seriusan???"

Kanasya meraup wajahku dengan kedua tangannya. Membawa pandangan mataku untuk menatapnya. Gerakan Kanasya yang tiba-tiba membuatku mengerjapkan mata beberapa saat.

"Bilang sama gue kalo lo lagi bercanda!!"

Keyna menempelkan belakang telapak tangannya ke dahiku. "Nggak. Dia nggak panas. Sehat berarti."

Aku melepas kedua tangan Kanasya dari wajahku dan mencebik kesal. Sepertinya tidak. Aku salah memilih waktu untuk memberi tahu ketiga sahabatku.

"Kenapa sih pada heboh banget?" Aku bergumam kesal sambil mengusap pipi kananku pelan.

"Ya, jelas hebohlah!!! Mana ada lo tiba-tiba bilang ke kita kalo lo pacaran sama Abi. Setau kita, lo sebel banget sama Abi. Tapi, kenapa tiba-tiba lo berdua end up together?"

"Setuju! Gue yang kayak, anjir?! Seriusan banget?!"

"Lo punya utang cerita ke kita," sela Vio, melirik kearah jam dindingnya. "Kita masih punya banyak waktu kok buat dengerin cerita lo. Ya kan, Key? Sya?" Keduanya mengangguk bersamaan.

"Yup, lo harus cerita. Sekarang."

Ponselku bergetar. Satu pesan dari Abi kembali masuk.

From: 0812xx

Gue otw plg. Gue tunggu dikos.

Selesai membacanya aku meringis pelan. Aku menatap satu persatu pada ketiga sahabatku dan tersenyum hambar.

"Kayanya.. Nggak bisa sekarang." Imbuhku.

"Nggak ada alesan nggak bisa."

"Cerita sekarang!"

The Boy Next Window [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang