Hari ini rasanya kesal sekesalnya orang kesal. Aku sudah menunggu dosen pembimbing skripsiku dari jam 8 pagi. Saat ini sudah hampir zuhur dan dosen itu hilang tanpa kabar seakan ditelan bumi. Kalau bukan dosen sudah kuteror dengan ribuan telpon dan bom stiker di Line. Bila perlu kudatangi rumahnya, kutendang mobilnya di garasi, dan kutendang pintu rumahnya. Padahal hari ini aku sudah memaksa diriku untuk bangun pagi setelah baru bisa memejamkan mata usai subuh tadi. Semuanya terjadi karena tujuh huruf keramat a.k.a SKRIPSI. Sudah semester karatan seperti ini aku baru menyadari satu hal, 'Masuk kuliah itu susah. Tapi, lebih susah lagi buat keluarnya!'.
Walaupun sudah berjam-jam aku menunggu dosen pembimbingku. Menyumpah serapahi beliau. Aku masih setia menunggu di kantin jurusan. Menunggu hingga suara azan asar berkumandang di masjid kampus. Kulihat meja didepanku saat ini. Sudah ada dua gelas minuman berbeda serta dua piring serta satu mangkok berisi mie ayam, siomay, dan ketoprak yang semuanya belum habis karena aku sudah kekenyangan. Aku menghembuskan napas kesal. Tidak ada tanda-tanda dari dosen pembimbingku. Aku bangkit dari kursi kantin dan bergegas meninggalkan kantin menuju parkiran.
Tau kalau dunia perkuliahan tidak seindah di sinetron, aku tidak perlu repot-repot kuliah deh. Mending langsung nikah atau kerja saja. Hmm... Tapi, kalau tidak kuliah Ibu pasti bakal ceramah panjang. Apalagi Eyang Uti. Membayangkan Eyang Uti saja rasanya bergidik ngeri. Segala tingkah lakuku selalu di komentari olehnya. Kutarik deh ucapanku. Lebih baik aku kuliah, untuk menghindari komentar Eyang Uti serta ceramah Ibu. Bisa-bisa kalau tidak kuliah aku akan di masukkan ke sekolah kepribadian. Untuk mengajariku tata karma seperti sepupu-sepupuku yang lain. Nggak banget deh!
Rasa kesalku menjadi berkali-kali lipat melihat macetnya Jakarta. Bisa-bisa aku baru sampai kos besok! Tanpa babibu, aku langsung memutar arah dan membelokkan mobilku ke jalanan menuju mall terdekat. Kalau sudah stress begini obatnya Cuma satu, BELANJA. Barangkali ada midnight sale nih di H&M atau ZARA. Tanpa sadar aku sudah menyeringai sendiri membayangkan pulang ke kosan dengan setumpuk barang belanjaan. Ini juga nih yang menjadi salah satu aku betah merantau di kota orang. Bebas merdeka untuk belanja! Menggunakan pakaian sesuka hatiku tanpa ada yang nyeletuk aneh-aneh soal pakaianku yang kurang bahan atau terlalu kekecilan. Yah, hidup memang harus seimbang sih. Ada plus minusnya. Kalau plus terus atau sebaliknya lama-lama bosan juga. Kalau bosan nanti bisa mati. Kikikik. Sumpah deh, ini akibat skripsi aku jadi gila lama-lama.
Padahal jarak mall tadi hanya beberapa kilo saja dari jalanan macet tadi. Tapi, aku sampai disana saat azan magrib sudah berkumandang. Kuyakinkan pada diriku untuk sabar. Kuingat kembali tujuanku kesini adalah untuk belanja dan mengejar sale yang semoga saja ada agar rasa kesalku hari ini terobati. Rasa kesal itu seiring kakiku melangkah perlahan mengikis. Dengan langkah ringan aku langsung menyerbu toko yang sering kudatangi. Berkutat cukup lama disana dan keluar dengan setumpuk belanjaan.
Aku baru sampai di kos pukul 11 malam. Sumpah ya, padahal ini hari biasa. Bukan malam minggu atau hari libur. Aku turun dari mobil berniat membuka pagar kos yang menggunakan gembok kombinasi password. Tumben sekali Pak Mukin sudah mengunci pagar padahal belum lewat jam tengah malam. Keningku berkerut, sudah tiga kali aku memasukkan password yang kutahu dan tiga kali itu pula gembok tersebut tidak mau terbuka. Aku masuk kedalam mobil kembali untuk mengambil ponselku. Kutekan nomer Pak Mukin.
"Ck, kemana sih, Pak Mukin?!" rasanya frustasi sekali. Benar-benar deh hari ini! Aku sudah terjebak berjam-jam di kemacetan. Kakiku pegal karena terlalu lama berdiri saat belanja, Kucoba menghubungi Nana ata Dita, barangkali mereka belum tidur dan mengangkat telponku agar aku bisa tahu password baru dari gembok ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Next Window [Completed]
Chick-LitSiapa sih yang nggak pengin cepet lulus kuliah? Semua orang pasti pengin. Termasuk Gema! Tapi, mau gimana lagi? Rasanya susah banget buat ngerjain tugas akhirnya. Untungnya, ada Aksa. Cowok brondong satu ini yang memberikan semangat baru pada Gema...