Ini Urusan Gue

5.3K 673 21
                                    

Tidak menampik rasa malu yang hadir dalam tubuhku. Tak mengapa, dari awal aku benar-benar ingin tahu reaksi Aksa dengan cara berusaha menahan rasa malu itu. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya kalau dia tahu kalau aku benar-benar menyukainya? Apalagi ia disukai oleh cewek yang lebih tua dari dirinya.

Tapi, pikiran itu hanya sekejap saat Aksa sudah mulai merespon. Tidak seperti bayanganku sebelumnya, bukannya kaget, Aksa justru malah tertawa seakan kalimatku itu hanya candaan belaka.

Aku menghembuskan napas tanpa sadar. Bibirku mengerucut dengan sendirinya setelah melihat reaksi Aksa.

"Mas Abi salah deh kayanya," Aku menatap Aksa bingung. Tidak mengerti maksudnya. "Kata Mas Abi kan, Gema gemesin banget kalo lagi ngamuk." What?????

"Tapi, menurutku Gema gemesin banget kalo lagi bercanda. Kaya anak kecil lagi ngambek gara-gara nggak dibeliin es krim." Lanjut Aksa.

Sontak aku memegang wajahku sendiri dan tersipu malu. "Muka gue baby face kan, Sa? Kaya seumuran gue? Nggak tua-tua gitu?"

"Nggak lah. Emang kenapa?"

"Om lo tuh. Bilang gue kaya tante-tante. Apalagi kalo lagi jalan sama lo, nanti katanya dikira tante sama keponakannya. Boong kan Sa itu? Gue nggak kaya tante-tante, kan?" Tawa Aksa makin berderai.

Kedua tangannya terentang keatas. Detik selanjutnya, tangan itu sudah mencubit gemas kedua pipiku yang menggembung dan merona karena tidak menyangka respon Aksa akan seperti ini. Dipegang pipinya sama Aksa membuat aliran darahku terpompa sangat cepat. Jantungku berdebar tak berirama. Akal sehatku tidak berpikir secara lurus. Berantakan semuanya!

"Gema kaya anak kecil." Sebelum Aksa melepas tangannya di pipiku. Ia menatapku sejenak dan tersenyum cerah.

"Menurut lo.. Gue gitu?" Aku bertanya memastikan dan dijawab anggukan oleh Aksa. "Lo nggak risih kan jalan sama yang lebih tua dari lo?"

"Kenapa harus risih?"

"Kali aja."

"Sama sekali nggak. Aku seneng jalan sama Gema."

Aku menghembuskan napas lega sekaligus senang. "Kalo misalnya lo punya pasangan yang lebih tua dari lo gimana?"

Kali ini Aksa tidak langsung menjawab. Senyumnya perlahan menghilang. Aku menggigit bibir bawahku. Sepertinya aku telah salah bicara. Ketika detik selanjutnya Aksa menarik sudut bibirnya keatas, aku kembali lega.

"Kalo emang aku suka dan ngerasa cocok. Nggak masalah sama sekali. Umur kan nggak menjamin kedewasaan seseorang. Contohnya Gema. Walopun Gema lebih tua dari aku. Kadang aku ngerasa Gema kaya adik aku. Tapi, kadang Gema juga bisa sangat dewasa. Bukan kaya kakak lagi. Kaya Mama malah," Aksa berhenti sejenak.

"Jauh dari Mama kadang suka bikin kangen. Nah, kehadiran Gema bisa sedikit ngobatin rasa kangen itu."

Jadi, gimana? Aku ini seperti Mamanya?

"Kok.. Gue ngerasa lo nganggep gue kadang jadi sangat tua ya.."

Aksa terkekeh. "Udah. Nggak usah dipikirin kalimat Mas Abi. Dia emang suka bercanda. Nggak ada yang salah sama Gema."

Termasuk kalau aku cinta sama kamu? Nggak salah, kan?

Pertanyaan itu hanya sampai ditenggorokan tanpa bisa kukeluarkan. Aku memilih tidak melanjutkan pembicaraan ini lagi.

Aku mendesah pelan. "Yaudah. Sana gih, Sa. Balik ke kamar."

Kening Aksa berkerut. "Kok Gema jadi lemes gitu. Kenapa?"

The Boy Next Window [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang