Padahal masih terbilang pagi. Tapi, aku sudah sibuk memilih-milih baju apa yang akan kupakai nanti saat nonton bareng Aksa. Aku tidak tahu selera pakaian seorang perempuan menurut definisi perfect versi Aksa. Rasanya lebih pusing memikirkan ini daripada mikirin skripsi. Hal itu berimbas pada kasurku yang sudah seperti kapal pecah. Dimana-mana ada baju yang berserakan.
Aku mematut diriku didepan kaca. "Ini terlalu terbuka nggak ya menurut Aksa?" Baru beberapa saat kupegang salah satu baju untuk kupandang sudah kulempar lagi keatas kasur dan mengambil baju yang lainnya.
"Ah elah! Ini dikata gue mau kondangan apa pake baju gini?!" Saking sibuknya memilih baju, aku sampai tidak sadar kalau ponselku sudah bergetar sejak tadi. Sambil berdecak cukup keras aku berjalan ke nakas samping tempat tidur. Sebelah tanganku langsung menyambar ponsel yang tergeletak tak berdaya diatas sana. Sebelah lagi masih sibuk memegang baju.
Ternyata Kanasya yang menelpon.
"Ape?" Sapaku ketus.
"Eh, bakwan basi. Lagi menstruasi lo? Ketus amat? Itu apaan maksudnya di grup?!"
"Gak ada maksud. Hanya ingin membagi kebahagiaan."
"Lo diajak nonton Aksa, brengskiii! Itu gimana cerita?"
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil meringis. "Sebenernya..., gue duluan sih yang ngajak."
"Anjir! Akhirnya ya sifat nggak tau malu lo muncul juga. Emang bener ya kata pepatah, bangkai mau diumpetin segimana juga baunya bakal kecium sama orang-orang!"
"Berisik lo ah. Gue lagi stress nih."
"Baru tau gue orang bahagia malah jadi stress."
"Ada, gue."
"Stress napa?"
Kemudian aku menceritakan soal kebingunganku untuk dipakai nonton bareng Aksa. "Gitu aja stress segala. Lebay lo." Tanggap Kanasya.
Tanggapan Kanasya menuai rasa sebal pada diriku. "Ah males cerita sama lo, goodbye."
"Heh!! Tunggu dulu!!! Ibu Peri belom selesai ngomong," aku hanya bergumam tidak jelas. "Nih ya, biar dikata gue baru sekali ketemu si Aksa. Gue tau banget tuh tipe-tipe cowok kaya dia."
"Gimana?"
"Ibarat kata sekarang nih ya posisinya. Si Aksa tuh kaya cowok-cowok tanpa dosa yang lugu-lugu gemes gimana gitu. Nah, lo tuh kaya tante-tante girang yang suka jeblosin anak orang ke lumpur penuh dosa."
"Kalo lo mau ngehina lagi, gue nggak mau denger."
"Baper amat nih anak kalo lagi jatuh cinta. Gue belom selesai. Jadi, intinya lo harus nyesuaiin baju lo sama Aksa lah. Lo jangan bergaya kaya tante-tante rempong apalagi girang. Pake baju yang biasa aja. Santai kaya di pantai."
"Ya, masalahnya baju santai kaya di pantai tuh kaya gimana?!"
"Pantes lo belom lulus-lulus. Susah banget otak lo nangkep nasehat orang."
"Emang lo lagi nasehatin gue?"
"Iya! Udah ya gue mau kerja lagi. Panas banget suasaa kantor hari ini. Bos gue moodnya lagi jelek banget. Bikin mood gue jelek juga. Jadi ikut-ikutan males gue. Yaudah ya. Inget, baju santai kaya di pantai. Bye!"
Sebelum aku berbicara apa-apa. Kanasya lebih dulu mematikan sambungan telpon. Membuatku tak kuasa menahan bola mata yang ingin segera keluar dari tempatnya. Aku menatap layar ponsel dengan mulut terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Boy Next Window [Completed]
Romanzi rosa / ChickLitSiapa sih yang nggak pengin cepet lulus kuliah? Semua orang pasti pengin. Termasuk Gema! Tapi, mau gimana lagi? Rasanya susah banget buat ngerjain tugas akhirnya. Untungnya, ada Aksa. Cowok brondong satu ini yang memberikan semangat baru pada Gema...