Keanehan 11

1.5K 89 1
                                    

Salahku yang menarikmu kedalam hidupku hingga kau tidak mampu melepasku, maaf.

Sudah tiga hari berlalu sejak kejadian memalukan itu. Sekarang, Jena sedang berada disalah satu kafe yang ada di Jakarta. Raka mengajaknya untuk belajar disini--sekalian refreshing.

"Kak, kenapa pluto dikeluarkan dari golongan planet-planet?" Tanya Jena sambil menopang dagunya.

Raka tersenyum, "Karena, menurut para ahli, pluto itu tidak memenuhi kriteria planet-planet karena bentuknya yang kecil. Dan juga, pluto sering merebut orbit planet-planet lain seperti Jupiter." Jelas Raka dengan sabar.

Jena mengaduk minumannya, "Terus? Pluto masih ada?"

Raka tertawa, "Ya masih lah! Dia tuh cuma dianggap bukan planet lagi tapi keberadaannya mah masih ada, Jen."

"Oh gitu."

"Iya."

Ponsel Raka berbunyi. Jena mendongak menatap Raka, "Siapa kak? Angkat aja."

"Temen." Ucapnya.

Raka mengangkat telepon itu. Dia hanya menjawab panggilan itu dengan "iya" atau "nggak" atau hanya dengan bergumam "hmm".

"Kamu ikut aku ke UI." Raka mengatakan itu sambil membereskan buku-bukunya kedalam tas ranselnya. Lalu ia memanggil pelayan untuk membayar. Setelah itu, dia meraih kunci motornya dan menarik Jena untuk ikut dengannya.

-W-

"Akhirnya lo datang juga, Rak," Helaan napas lega muncul dari pemuda dihadapan Jena dan Raka saat ini.

Raka mengangkat alisnya, "Kenapa sih?" Tanya Raka malas.

Saat ini, mereka tidak benar-benar ke UI, mereka pergi ke rumah teman Raka yang tidak jauh dari UI. "Tuh, cewek lo tuh! Dateng-dateng ngerusuh aja bisanya. Kalo gue nggak buru-buru nelpon lo, proposal kita bisa ancur sama dia, Rak!" Adu salah satu temannya yang bermata sipit.

Raka langsung menoleh kearah Jena. Dia merangkul Jena dan mendekatkan Jena kearahnya. Jena tidak mengerti dengan Raka, sekarang. Siapa mereka? Atau lebih tepatnya, siapa cewek itu?

"Wow, Rak, siapa nih yang lo bawa?" Sahut seseorang lagi yang sedang memegang cewek yang mereka bilang merupakan ceweknya Raka.

Jena tersenyum, tetapi Raka justru tidak memperkenalkan Jena kepada teman-temannya hanya tetap merangkulnya. Pandangan Raka tajam kearah cewek yang di jaga oleh temannya.

"Urusan kita udah selesai, Nan." Raka berkata datar dan dingin tidak seperti ia berbicara dengan Jena yang selalu mengurai tawanya.

Cewek yang Raka panggil "nan" mencoba berontak dari penjagaan teman Raka. "Lepas, Dan." Suruh Raka. "Biarin aja dia lakuin apa yang dia mau." Kata Raka datar tapi tatapannya masih membunuh kearah cewek itu.

Perlahan tapi pasti cewek itu mendekat kearah Jena dan Raka. Matanya menatap sinis kearah Jena yang berada dalam rangkulan Raka. "Siapa dia, Rak?" Tanya cewek itu.

Raka tersenyum miring, "Bukan urusan lo lagi, Nanda." Tukasnya tajam.

Cewek yang bernama Nanda itu tertawa miris, "Bukan urusan gue lagi? Hellow! Lo itu masih pacar gue, Raka. Jadi, apapun yang ada di hidup lo itu udah jadi urusan gue juga." Balas Nanda sengit.

"Di-dia p-pa-pacar ka...kak?" Tanya Jena sambil mendongak mencari mata Raka.

Nanda tersenyum miring, tangannya terulur untuk menjambak rambut Jena yang kala itu di jepit. "AW!" Ringis Jena sambil menahan tangan Nanda.

"Ngapain lo ngerebut cowok gue, hah?! Dasar perempuan murahan lo! Penghancur hubungan orang! Lo tau?! GARA-GARA LO RAKA NGEJAUH DARI GUE! GUE PACARNYA!" Teriak Nanda tepat di telinga Jena hingga membuat telinga Jena rasanya sudah tidak berfungsi lagi.

Raka tidak tinggal diam, dia mendorong Nanda menjauh agar tarikannya pada rambut Jena terlepas. "Minggir, Raka! Gue pengen ngasih pelajaran ke cewek murahan kayak dia!" Teriak Nanda emosi.

Sementara Jena sudah dalam posisi aman di dalam kamar Andre, Teman Raka. Andre sengaja mengunci pintunya dari luar agar Nanda tidak bisa berbuat lebih pada Jena.

"Mau lo apa sih, Nan?" Tanya Raka mencoba selembut mungkin dalam memperlakukan cewek. "Bukannya gue udah bilang secara baik-baik kalau gue sama lo itu udah nggak sama lagi." Kata Raka lagi. Raka mengusap wajahnya kasar, "Kita udah putus, Nan!" Serunya yang hampir terbawa emosi.

Wajah Nanda tambah merah karena marah, dia menampar pipi Raka hingga menimbulkan bunyi yang keras dan setelah itu pipi Raka panas seketika, "IYA! DAN LO NINGGALIN GUE KARENA DIA KAN?! CEWEK MURAHAN ITU?!" Teriak Nanda didepan wajah Raka. Satu hal yang pasti, Nanda menangis.

Raka kesal karena beberapa kali Jena dihina sebagai perempuan murahan oleh Nanda. Raka mendorong tubuh Nanda hingga menghimpit ke tembok. Matanya tajam menatap Nanda yang masih mengeluarkan air matanya, "Lo bilang, Jena murahan?" Tanya Raka.

Nanda mengangguk sambil tersenyum miring, "Oh jadi nama cewek murahan itu Jena? IYA?!" Nanda mendorong tubuh Raka darinya dan berjalan menuju pintu kamar Andre yang terkunci rapat. Dia menggedornya, "JENA! KELUAR LO! Dasar perempuan murahan lo!" Umpat Nanda sambil menggedor pintu tersebut.

Cukup sudah, emosi Raka sudah tidak bisa ditahan lagi, Nanda sudah kelewatan, "LO YANG MURAHAN, NAN! LO TAU ITU!" Teriak Raka sambil berjalan menghampiri Nanda yang terdiam di depan pintu. "Lo kira gue nggak tau kalau lo selingkuh dibelakang gue? Bahkan lo selingkuh sama adik gue, Nan! ADIK GUE! LO DENGER ITU KAN?!" Bentak Raka di depan wajah Nanda yang sengaja ia putar agar menghadap kearahnya, agar Nanda bisa melihat betapa terlukanya ia saat mengetahui Nanda selingkuh darinya.

"Lo lebih murahan, Nan." Gumam Raka sadis sambil menatap jijik kearah tubuh Nanda yang lebih pendek darinya.

"Raka,"

"Apalagi, Nan? Kurang jelas semuanya?! HAH?!"

Nanda menunduk, tak lama ia mendongak lagi sambil menitikan airmatanya, "Maafin gue, Raka. Maaf gu--"

"Lo minta maaf ke gue karena adik gue lebih menarik daripada gue? Iya kan, Nan?!" Desaknya lagi-lagi yang membuat semua orang tak percaya.

Bahkan Jena sudah menangis tersedu-sedu didalam kamar. Ia tahu betapa sakitnya jadi Raka.

"Nggak gituu--"

Raka mengibaskan tangannya, "Udahlah, Nan. Nggak ada yang perlu diperbaiki lagi diantara kita. Lo sama gue itu udah nggak ada! Musnah, Nan! Dan itu semua karena ulah lo sama adek gue!" Seru Raka bertubi-tubi.

Andre merasa kasihan melihat Nanda yang sudah menangis dibuat Raka. Andre menepuk bahu Raka, memperingatinya. "Udah, Rak. Dia cewek." Kata Andre.

Raka mendesis sambil tersenyum miring, "Cewek berkepala ular lebih tepatnya, Licik."

-W-

A.N : Wow, Raka😭😭 Kasian Jena dijambak sama nenek lampir.

Vote terus ya, love👍

WEIRD GIRL #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang