Keanehan 13

1.5K 81 1
                                    

Setelah pembicaraannya dengan ayah selesai, Jena bangkit dan meninggalkan piring bekas sarapannya di atas karpet tanpa menaruhnya di wastafel.

Dengan air mata yang terus mengalir, Jena menaiki satu-persatu anak tangga itu. Ilham sedang sekolah, Ibu lagi ke butik dan kebetulan hari ini ayah masuk siang. Jena mandi dan segera berpakaian.

Satu hal yang ia ketahui, jika ia sudah menangis, maka tangisan itu akan bertahan selama dua jam ke depan atau bahkan bisa sampai berhari-hari jika itu benar-benar sedih untuk Jena.

Jena memakai hot pants nya dan tank top. Tak lupa juga, ia membawa jaket bomber nya. Jena mengeluarkan dua lembar uang seratus ribu dari dompetnya dan mengambil ponsel yang tergeletak di atas kasur lalu memasukannya ke dalam kantong celananya.

Ia meraih kunci sepedanya.

"Non mau kemana non? Ntar di cariin tuan, non!" Ucap salah seorang satpam.

Jena tidak menjawab, dia hanya membuka kunci sepedanya dan langsung menaiki sepeda itu. "Non jangan pergi non, nanti saya diomelin tuan kalau non pergi." Bujuk satpam itu lagi sambil menahan stir sepeda Jena.

Jena melotot, "Minggir! Atau gue tabrak lo?!" Seru Jena.

Akhirnya satpam itu pun mengangguk takut dan menepi. Satpam satunya hanya membukakan gerbang untuk majikannya.

Sambil ia mengayuh sepedanya, selama itu pula air matanya terus mengalir. Jena yakin, kesedihannya kali ini akan berlanjut sampai esok harinya. Sungguh, ia merasa sesak mengetahui ayahnya malu menerimanya sebagai anak.

Alasannya hanya karena sifat aneh Jena. Wtf?! Jika itu yang mereka mau, Jena akan pergi dari kehidupan mereka. Jika itu yang mereka mau, Jena siap jika namanya tidak ada dalam kartu keluarga itu. Ya, Jena akan mencoba mengikhlaskan semuanya walau sesak.

Jena membelokkan stir nya ke kiri begitu ada perempatan. Lalu sisanya, ia tinggal mengikuti jalan tersebut.

Jena memarkirkan sepedanya dan segera masuk ke dalam kafe. Ya, dia memutuskan untuk singgah di salah satu kafe yang sudah cukup jauh dari perumahannya. "Satu cheesse cake, satu hot chocolate dengan whip cream, dan satu shrimp egg burger." Pesan Jena begitu pelayan menghampirinya.

Jena menunggu sambil memainkan ponselnya, terlihat dua pesan masuk ke aplikasi LINE nya. Dan itu dari Raka.

Rakassya Putra : km lg dmn? Kok gk ada drmh?

Rakassya Putra : Jen?

Jena menghela napasnya, haruskah ia memberitahu Raka akan keberadaannya? Bagaimana jika Raka malah memberitahu ayah dan ibu jika ia disini? Jena menggeleng, lagi-lagi ia menenteskan air matanya begitu terlintas kejadian antara ayah dengan dirinya.

Jena : aku nggak mau belajar. Pusing.

Rakassya Putra :

Jena tertawa terbahak untuk sekejap karena balasan lucu dari Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jena tertawa terbahak untuk sekejap karena balasan lucu dari Raka.

Jena : O aja ya.

Jena hanya mengirimkan satu pesan itu. Ia tidak memberitahu keberadaannya sama sekali. Jarinya terulur untuk menekan tombol power pada ponselnya lalu memilih tombol power off.

Lalu matanya melihat sekelilingnya dan terkunci pada satu pemandangan. Seorang cewek dan seorang cowok yang duduk dipojok kafe. Dari warna rambutnya, Jena bisa mengenal cewek itu. Emosinya kembali memuncak begitu melihat cowok yang bersama cewek itu.

Jena melangkah mendekati meja mereka dan dengan tiba-tiba dia menjambak rambut cewek itu.

"DASAR CEWEK BAR BAR GAK TAU DIRI!" Pekiknya hingga membuat semua pengunjung kafe memusatkan perhatiannya pada mereka.

Cewek yang dijambak Jena pun hanya bisa merintih kesakitan dan berusaha untuk melepaskan tarikan Jena, "Nggak tau diri banget ya lo! Kemaren lo ngemis-ngemis cinta dari Kak Raka! Sekarang dengan gampangnya lo malah mojok sama orang lain!" Teriak Jena yang sudah kepalang emosi.

Ya, cewek itu adalah Nanda. Rupanya, Jena kali ini benar-benar membalaskan dendamnya pada Nanda. Dia membuat Nanda merasakan bagaimana panasnya saat Nanda menjambak rambutnya kemarin.

"Lepas! Lo nggak tau apa-apa, bitch!" Umpat Nanda sambil mendorong Jena menjauh darinya. Jena pun akhirnya melepas tarikannya pada rambut Nanda dan berdiri tak jauh dari mereka dengan napas yang tidak teratur. Lagi-lagi air matanya mengalir untuk yang kesekian kalinya, "Ternyata bener ya, yang dibilang Kak Raka." Ucap Jena yang perlahan kembali mendekat ke hadapan Nanda. "LO ITU MURAHAN! LO TUH CUMA IRI SAMA GUE KARENA LO NGGAK BISA BALIKIN CINTA KAK RAKA KE LO SEPERTI DULU LAGI! IYA KAN?!" Tebaknya yang ternyata benar karena kali ini Nanda hanya diam tetapi matanya memandang Jena tajam.

Lalu tangan Jena menunjuk kearah cowok yang bingung melihat perkelahian Jena dan Nanda, "Lo! Lo itu adiknya Kak Raka! Lo seharusnya tau diri, dong! Apa yang bukan milik lo tuh nggak seharusnya lo ambil. Apa jangan-jangan lo itu udah nggak laku sampai lo tega ngambil kebahagiaan orang lain?! Bahkan kebahagiaan kakak kandung lo sekali pun!" Maki Jena dengan kilat emosi yang terpancar jelas dimata cewek itu.

Cowok yang mirip dengan Raka itu hanya diam membisu. Tidak tahu apa yang harus dia katakan.

Nanda mendorong Jena menjauh darinya, "Lo itu nggak ngerti apa-apa, bocah ingusan! Lo tuh cuma anak SMA labil! Nggak usah sok nasehatin gue karena lo nggak pantes. Lo tuh cuma perusak diantara gue dan Raka! Lo dengar, kan?!" Ujar Nanda sambil menekan setiap kata yang ia ucapkan. Tapi sayangnya, itu tidak membuat rasa takut Jena muncul begitu saja. Ia justru tertawa miris dan mendorong balik Nanda yang sedang berbicara kepada adiknya Raka, "Lo tuh seharusnya sadar diri! Disini siapa yang merusak hubungan siapa? Asal lo tau, keberadaan lo itu justru merusak hubungan Raka dan adiknya! Lo itu hanya benalu yang bisanya tumbuh ditengah-tengah hubungan orang lain! Lo perusak yang sebenernya, tolol!" Balas Jena sengit. Ia menghapus air matanya kasar. Dalam hati, ia merasa bangga karena bisa memberi cewek bar bar kayak Nanda pelajaran yang setimpal.

Mereka berdua diam. Maka Jena tertawa keras, "Kenapa diam? Malu karena semua omongan gue itu benar adanya? Atau malu karena mengetahui fakta kalo lo itu emang cewek murahan!"

Plak!

Nanda menampar pipi Jena. Jena memegang bekas tamparan itu dan menatap sengit pada Nanda yang juga emosi. "Nggak seharusnya lo ikut campur masalah gue karena nantinya lo bakal nyesel dengan keputusan lo itu." Nanda berucap tajam, dia meraih tangan adiknya Raka--berniat untuk pergi. "Tamparan gue belum seberapa. Lo akan liat gimana gue mempermainkan kebahagiaan lo juga, nanti." Desis Nanda sambil melangkah menjauhi Jena yang termenung.

Jena dengan cepat membalikan badannya dan berteriak, "GUE NGGAK TAKUT! GUE TUNGGU PERMAINAN LO!"

Bohong, gue takut dan gue nggak pernah berharap permainan itu mulai.

-W-

A.N : Jena seram sekali yaaa😥 btw Raka itu kocak bgt shit😜

Your vote means a lot for me, love❤

WEIRD GIRL #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang