3. Yes!

179 19 29
                                    

Rapat guru telah selesai satu jam yang lalu, sekarang Syifa serius memperhatikan Bu. Lili yang sedang mengajar.

"Syifa.." bisikan halus yang berasal dari belakang tubuh Syifa.

Merasa tak dihiraukan, Pandu menarik-narik ujung rambut Syifa. "Fa..." desisnya lagi.

"Don't touch me!" lirikan maut dari Syifa membuat Pandu kicep secara otomatis.

Syifa memajukan posisi duduknya. Pandu tetap mengganggu Syifa, ia tak tenang saat melihat Syifa fokus seperti itu.

Pandu menendang bangku Syifa. "Ndu!! Bisa diem gk?" mata Syifa membulat sempurna.

"Sadest neng..." Pandu terkekeh geli.

Teeet.. Teeet... (Bel istirahat)

"Kita lanjutkan di pertemuan selanjutnya, Selamat siang," Bu. Lili berpamitan.

"Siang Bu," suara kompak para murid memecah keheningan.

"Syifa, lo dipanggil kok gak nengok sih!!" Pandu berdiri di samping Syifa yang masih sibuk merapikan bukunya.

Syifa hanya menatap sinis wajah Pandu yang sok polos.

"A-udzubillaahi minasy syaithaanirrajim," ucap Syifa sambil mengelus dada.

"Lo kira gue setan? Gemes dah gue!" Pandu mengacak-acak rambut Syifa.

"Iish.. Gak boleh cowok megang rambut cewek!! Haram tau," Syifa menepis tangan Pandu, ia segera merapikan rambutnya yang berantakan.

"Oh, gitu ya? Maaf ya Syifa," Pandu merasa bersalah.

Suasana hening sejenak, Syifa memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Lalu berdiri di hadapan Pandu.

"Lo ngapain panggil gue?" tanya Syifa memecah keheningan diantara mereka.

"Gue mau rapat osis, nanti kalo pulang lo tunggu di depan lab fisika ya," Pandu menghilangkan kecanggungannya, ia memang salah satu anggota osis yang aktif.

"Okey... Gue mau ke kantin dulu, laper nih! Yuk Nis, berangkat!" Syifa berjalan ke arah Nisa yang sedang berbicara dengan Difa, meninggalkan Pandu.

"Buruan nanti keburu penuh kantinnya," ucapan Syifa membuat percakapan Nisa terpotong.

"Nanti kalau kurang jelas, chat gue aja!" kata Nisa pada Difa, sebagai penutup.

Tanpa aba-aba Syifa menggandeng lengan Nisa, mereka segera menuju kantin.

[Syifa's POV]

Dan, benar saja! Kantin penuh banget. Si Nisa ikut mengantri di warung sebelah. Disana antriannya lebih sedikit dari warung lainnya.

Gue??

Kalo gue mah setia sama Mak Yeti. Duh.... Nasgornya Mak Yeti tak tertandingi, Cuuyy!!😍

Tujuh menit gue nunggu dan akhirnya giliran gue datang. Mak Yeti telah selesai mengisi kekosongan hati gue.....
Ehh, bukan piring gue maksudnya.

"Makasih Mak. Minumnya teh manis Mak..."

"Oke neng," Mak Yeti menyuruh anaknya untuk buatin minuman gue.

"Mbak, gue mau nyari meja dulu ya," gue sedikit berteriak.

"Ya neng," sahut anak Mak Yeti yang tak kalah keras.

Gue langsung keluar dari antrian. Gue nengok ke kanan... Terus ke kiri... Ke kanan lagi... Ke kiri lagi...

Mau nyebrang neng??

Kagak lah... Gue mau nyari tempat duduk. Buseett dah, kagak ada yang kosong, semuanya telah diduduki oleh para manusia yang dilanda kelaparan akut.

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang