18. Kamu terbaik

20 1 0
                                    

"Kalo lu jadi dia, lu mau gak sama gue?" Syifa menatap Hafiz. Menunggu sepatah kata yang akan dilontarkan Hafiz. Mungkin saja jawaban Hafiz akan menjadi penentu sikap Syifa pada Hafiz ke depannya.

"Tidak menolak sih. Hahaha," Hafiz tertawa kecil. Membuat Syifa turut tersenyum karena dibukakan pintu hati sangat lebar oleh Hafiz.

Tawa keduanya terhenti saat ponsel Syifa tiba-tiba berdering karena terdapat panggilan masuk dari Pandu. Syifa bangkit dan sedikit berjarak dari Hafiz. "Halo, Ndu. Gimana?"

"Lu itu yang gimana?"

Tawa renyah Syifa mengisyaratkan bahwa tidak ada hal rumit yang seperti di pikiran Pandu. "Sekhawatir itu, Ndu?"

"Gila lu Fa, Chat yang lu kirim tuh bisa bikin heboh sekampung."

"Gue nggak papa beneran. Tadi gue lebay banget emang sih. Maaf ya bikin lu khawatir. Nanti gue bagi deh foto tempat ini, keren banget Ndu." cerocos Syifa untuk meredam kegelisahan Pandu.

"Emang kerjaan lu bikin gue khawatir ya, ish!"

"Gue sepertinya diciptakan untuk itu. Udah dulu ya Pandukuu," Syifa mendekatkan bibirnya pada bagian bawah ponsel sambil berbisik. "Gue mau nge-date."

Sambungan telepon terputus. Tentu saja diputus seenaknya oleh Syifa. "Posesif banget Syif, ada klitik -ku di bagian akhir," Hafiz yang masih di posisinya menyela begitu saja.

"Nggak gitu Fiz," Syifa kembali duduk di samping Hafiz yang sedang melempari danau dengan kerikil-kerikil di dekatnya.

"Apakah dia yang sedang kamu tunggu?" nada pertanyaan Hafiz sama sekali tidak ramah.

"Bukanlah, masalahnya gue sama Pandu udah kayak saudara banget. Bayangin aja mulai SD bareng terus. Kami pun saling cerita kalau ada apa-apa."

"Bareng terus?"

"Kepisah sih, pas SMP nggak pernah sekelas. Cuman ya seringnya berangkat sekolah bareng Pandu, kalau papa lagi nggak bisa anter."

Hafiz mengangguk beberapa kali. Seperti sedang mencerna perkataan Syifa. "Pernah saling suka?"

"Nggak lah. Kami masing-masing punya pacar kok waktu SMP. Tapi pas gue diputus sama mantan terakhir, Pandu juga putusin pacarnya. Katanya sih solidaritas hahaha. Gak jelas emang."

"Kamu yakin dia tidak menyukaimu?"

"Nggak lahhh Fiz. Gue tau Pandu putusin pacarnya bukan karena solidaritas. Soalnya di sosmednya tuh banyak banget chat sama cewe lain. Udah kayak asrama putri."

Hafiz terkekeh, dia sedikit mengerti bagaimana hubungan Syifa dengan Pandu. Hafiz ingin bertanya lagi, "terus.. "

"Udah ya, jangan bahas Pandu." Syifa buru-buru menyela sebelum ada pertanyaan baru. "Bahas tentang lu aja gimana?"

"Aku? Kenapa?"

Syifa membenarkan posisi duduknya, ia menghadap Hafiz yang masih sesekali melempari danau dengan kerikil. "Lu gimana? Udah punya pacar? Atau punya kisah persahabatan seperti gue dan Pandu?"

"Belum pernah," Hafiz menjawab enteng.

"Mantan?"

"Tidak ada," Kali ini jawabannya lebih ringan dan tak lupa menutup dengan senyuman.

"Selama ini? Lu gada temen cewe atau cowo deh gitu?"

"Kamu tau Syifa. Aku anak yang cenderung suka berdiam diri. Kemudian tiba-tiba kamu datang dan memintaku untuk ikut organisasi maupun banyak hal lain. Akhirnya aku punya teman, tapi belum ada untuk hubungan seperti yang kamu tanyakan."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang