5. Pemecah prinsip

117 15 5
                                    

Syifa's POV

Tadi malam adalah malam terakhir gue ketemu Pandu. Iya, Pandu akan pergi selama dua minggu. Apa itu sebentar??!

Menurut gue itu terlalu lama. Gak tau kenapa gue merasa ada yang kurang di hari ini.
Ndu, cepet balik ya!!

Gue di haruskan bangun pagi hari ini, agak kesel sih. Tau kan?? Papa gue yang nganter dan jemput gue. Jadi harus berangkat lebih pagi biar Papa gak telat ke kantor.

Gue sedang menyisir rambut gue yang lumayan panjang. Seperti biasa gue menjepit rambut bagian atas ke belakang. Dan sisanya gue ijinkan untuk terurai. Tujuannya sih agar rambut nakal gue tak menutupi mata. Yap! Biar gak ribet.

"Putri Syifa! Lama banget sih! Nanti Papa kamu telat," tau kan siapa yang lagi teriak di luar? Benar! Alarm tersayang gue yang selalu bangunin gue.

"Iya Mamaku cantiiik," gue segera mengambil tas yang tergeletak di meja belajar.

Tap....
Tap...
Gue telah sampai di tangga terakhir dan keluarga gue...

"Nah, akhirnya putri Syifa turun juga,"

"Aduh, anak Papa ngapain aja sih di kamar? Cari wangsit?"

"Adek gue ini selalu paling cepet dah! Cepet bikin emosi,"

Bukankah itu sambutan yang sangat baik??!
Mama, Papa dan Kakak gue menyambut gue dengan sindirannya masing-masing.

"Ayo Pa, berangkat!" karena gue emang anak baik-baik jadi gue memberi senyuman termanis pada semua anggota keluarga gue.

"Bye Ma... Bye Kak..." gue segera menuju ke luar rumah dan tak lupa Papa mengekor.

✳✳✳

"Mana Pandu?" tanya Nisa yang melihat gue berjalan memasuki kelas sendirian.

"Biasanya nempel kayak perangko," Nisa yang tadinya duduk di bangku Ilma, sekarang berpindah ke bangkunya sendiri.

"Ikut LDKS di luar kota, dia jadi perwakilan osis," jelas gue.

"Oh, gitu. Lama?"

"Iya dua minggu. Lo kangen?"

"Ha? Apa juga hubungannya sama gue?" Nisa sedikit memekik.

"Lo kan cinta sama dia?"

"Fitnah tuh! Please deh kapan gue bilangnya?"

"Mata lo yang bilang ke gue," jawab gue asal.

Gue emang suka ngarang cerita yang aneh-aneh gitu. Gue suka ngeliat temen gue marah. Marah bercanda ya, bukan marah beneran.

Tapi menurut gue Nisa emang suka sama Pandu. Ingat! Menurut gue (orang yang suka ngarang cerita aneh-aneh) ya....

"Haduh, semoga gue tetep sabar ngadepin lo," Nisa mengelus dadanya.

Iya semoga lo betah temenan sama gue, nurani gue ikut mengaminkan.

✳✳✳

"Nis, lo ke kantin bareng yang lain aja ya? Gue ada janji sama Hafiz di perpus," gue merapikan buku kimia yang tergeletak seenaknya di meja gue.

"Lagi pdkt ya?" tanya Nisa menggoda.

"Gak kok, mau tanya tentang tugas biologi," gue gak peduli dengan godaan dari Nisa. Gue berjalan ke luar kelas.

"SEMOGA CEPET JADIAN YA!" teriak Nisa yang super nyaring dari dalam kelas dan terdengar jelas di tempat gue berdiri.

"Anjiiir!!" cela gue yang sekarang jadi pusat perhatian.

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang