9. Hari Ini Nggak Unyu

102 12 5
                                    

Tutt.. Tutt.. Tutt..

"Halo. Ada apa?" suara di seberang terdengar sumingrah.

"Ndu, lo pulang kan hari ini? Gue kangen tau," Syifa masih mematut diri di depan cermin sambil menyumpalkan earphone pada telinga kanannya.

"Em.. Gimana ya?" Ujar Pandu ragu-ragu.

"Yah.. Lo ini Ndu! Gue kangen banget tau. Kan seharusnya hari ini udah pulang," Syifa melempar sisirnya dengan kasar ke arah nakas.

"Jangan marah gitu dong. Gue juga nggak niat pulang telat. Ada masalah sama mesin bisnya," jelas Pandu yang sedang merasa bersalah. "InshAllah, besok baru bisa pulang. Maaf ya."

"Ih.. Gimana sih agen bisnya? seharusnya dicek dulu keadaan bisnya!" Syifa begitu kesal, sudah lama dia menunggu hari ini tiba.

"Gue juga kangen kok sama lo. Tapi gimana lagi Fa?" ucap Pandu terdengar sedih.

"Hmm. Iya Ndu. Besok pulang beneran ya! Jangan ditunda lagi," Syifa berjalan ke meja belajarnya untuk mengambil tas.

"Iya, semoga aja Fa. Lo udah siap-siap buat sekolah, kan?" Pandu bertanya penuh perhatian. "Jangan cantik-cantik kalo dandan."

"Udah selesai kok, ini mau berangkat. Emangnya kenapa nggak boleh cantik-cantik kalo dandan?" Syifa menuruni anak tangga, earphone-nya masih melekat di kedua telinganya.

"Ya kan gue nggak ada. Cuma gue yang boleh nikmatin kecantikan lo," suara Pandu sedikit lebih serius dari sebelumnya.

"Emang lo siapanya gue?" Syifa memutar bola mata malas. Sekarang dia tengah duduk di meja makan.

"Nanti kalo gue resmiin, lo malah dibully sama fans gue," kata Pandu dengan pede-nya.

"Aduh iya, yang udah pemes. Udahan dulu ya Ndu! Gue mau sarapan babay," Syifa berkata dengan centilnya.

"Iya, babay juga Beb."

Tuutt.. Tuutt..

Panggilan diputus oleh Pandu. Syifa mengendus kesal, dia belum sempat mengomel pada Pandu. Tapi, Pandu memutuskan panggilan begitu saja.

"Beb?" ucap Syifa kesal sambil mencebik bibirnya. Setelah itu tanpa terasa, dia tersenyum tipis saat mengingat kembali ucapan Pandu.

"Siapa Fa? Pandu ya?" tanya papa Syifa pada anak manisnya ini.

"Iya Pa. Kok tau?" Syifa heran. Dia belum memberi tau papanya. Syifa mulai memakan roti panggang yang telah disiapkan mamanya sejak pagi tadi.

"Ya iyalah! Siapa sih yang bisa bikin putri papa sumingrah kayak gini, kalo bukan Pandu?" papa Syifa menggoda anaknya.

"Uhuk.. Uhuk.." roti panggang yang berukuran lumayan besar, mendarat di tenggorokannya tanpa mau terjun ke lambung.

Dengan cepat mama Syifa mengambilkan minum anaknya yang sedang terdesak. "Ini minum dulu."

"Udah deh Pa, jangan godain Syifa mulu. Sampai tersedak kan!" mama Syifa menasihati suaminya.

"Dengerin tuh Pa!" Angel –Kakak Syifa- membela adiknya yang tersayang. "Mereka Cuma berteman kok, Pa. Temen tapi mesra," lanjutnya lagi.

"Ih! Kakak! Papa!" Syifa berteriak-teriak seperti orang kesurupan. Nafsu makannya sudah hilang ditelan perasaan kesal terhadap papa dan kakanya.

"Mama.. Syifa berangkat sama Mama aja ya? Syifa bete sama Papa," Syifa merengek pada mamanya.

Mama Syifa yang memiliki paras cantik ini tersenyum manis pada putrinya dan mengangguk pelan.

"Yes!" Syifa bersorak kegirangan Syifa mengikuti mamanya yang berjalan keluar rumah. Lalu mereka pergi bersama menuju sekolah Syifa.

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang