2. Pengalaman pertama

235 27 15
                                    


Skip 👉 Satu bulan kemudian

Syifa's POV

"Hiduplah Indonesia Raya..."
Yap, lagu kebangsaan kita.

"Tegap grak.." suara pemimpin upacara yang super melengking, menutup lagu Indonesia Raya.

Para pengibar bendera, termasuk gue dan Nisa (temen sebangku gue) melakukan gerakan hormat kepada bendera merah putih dan segera kembali ke tempat.

Setelah memastikan bahwa pembawa acara telah membacakan acara selanjutnya, yaitu amanat, gue segera bernafas lega.

Ini merupakan kesempatan pertama kalinya gue jadi pengibar bendera dan itupun terpaksa sebab wali kelas gue yang memberi perintah. Biasanya sih, gue hanya jadi pembawa acara atau doa. Tapi akhirnya tugas gue selesai juga.

Pandu?
Dia sih, yang jadi pemimpin upacara, dia emang unggul di bidang baris-berbaris. Dia selalu berminat menjadi anggota OSIS. Yah, dia emang keren...

Kalau ditanya panas, ya panas banget lah. Gue juga lihat dua orang di kanan gue lagi kepanasan, cowo yang di tengah sering ngusap keringatnya dan Nisa terus ngibas-ngibasin telapak tangannya.

Singkat saja ... Waktu penjemuran, telah selesai. Tenang ... gue gak akan ceritain penderitaan gue, takutnya nanti lo malah baper dan nuntut ke sekolah rame-rame. 😁

Wkwkwk ... 😂😂

"Kak, ini pakek aja tisu gue. Keringet lo banyak banget tuh," ucap gue yang awalnya pengen langsung ke kelas. Eh ... Lihat cowo pengibar bendera yang mendapat posisi di tengah sedang penuh peluh langsung aja buat hati gue tersentuh.

"Eh ... Lo kenapa Kak? Lo nangis ya?" tanya gue setelah liat dia ngusap matanya pakek beberapa lembar tisu yang gue berikan.

"Enggak kok, ini cuma keringat," jadi cuma keringetan. Cowo yang cool ini, ternyata bisa ngomong juga ya?

Kenapa salah satu pengibar benderanya kakak kelas padahal ini giliran kelas gue?
Itu karena temen gue yang seharusnya bertugas malah membolos.

Kemudian, dia, cowo pengibar yang di tengah, yang cool ini ternyata kakak kelas yang diandelin guru. Dia akhirnya mau jadi korban.

"Kak Hafiz, kenalin nama gue Syifa Elvina Taruni. Panggil aja Syifa," gue mengulurkan tangan.
Benar ternyata, dia baik, dia segera menjabat tangan gue.

"Kok kamu bisa kenal aku?" tanya kakak kelas cool ini yang ternyata sok polos juga.

"Kan foto dan nama Kakak selalu terpampang di kolom prestasi. Juara satu pararel dan atlet bulu tangkis putra. Aqlan Hafiz Aryasatya, siapa sih yang nggak kenal Kakak?" lagi-lagi kebiasaan gue muncul, suka mengoceh panjang kali lebar.

Iya.. Dia ini kakak kelas yang juara satu pararel itu, lho! Udah cakep, keren, pinter juga. Complete lah!!

"Gak segitunya sih. Jangan panggil Kak, panggil aja Hafiz. Kita kan cuma beda beberapa bulan," imbuh Hafiz dengan senyum tipis di bibirnya.

"Oke," gue setuju. Memang benar, sebenarnya gue dan Hafiz paling banyak cuma beda 12 bulan, kan? Masih boleh disebut bulan, ya kan?

"Woy Syifa! Ngapain lo di situ? Mau jadi ikan asin ya? Cepet ikut gue!" Temen gue yang bernama Nisa ini, selalu aja ngerusak suasana.

"Iya bentar," mau nggak mau gue nurut juga, sebab perut gue udah keroncongan.

"Gue pergi dulu ya," tak lupa gue pamit dengan santun, biar terkesan sebagai cewek yang ramah gitu. Gue lari nyamperin Nisa yang udah nunggu dari tadi.

Author's POV

Perjalanan ke kantin hanya didominasi dengan pertanyaan Nisa yang penasaran bagaimana caranya Syifa bisa berbincang dengan Hafiz. Syifa hanya menjawab seperlunya.

"Syifa," Pandu melambaikan tangannya. "Waduh, lo udah makan berapa piring, Ndu?" Syifa segera duduk di samping Pandu, sedangkan Nisa duduk di depan Syifa.

"Satu piring aja belum kelar. Fa, nih minum dulu! Lo pasti haus," Pandu pengertian.

Tanpa basa-basi, Syifa meminum es jeruk di depannya.

"Ndu, enak bener tuh nasgornya. Mau dong," Syifa pintar menggunakan kesempatan yang ada. Setelah es jeruk, sekarang dia melirik nasi goreng milik Pandu.

"Nih.." Pandu menyuapkan dengan senang hati.

"Haduh... Nyamuk ini ganggu terus! Jangan ganggu yang lagi mesra dong!" sindir Nisa sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

Nisa memang merasa menjadi obat nyamuk. Jadi, dia menjalankan perannya semaksimal mungkin.

"Apaan sih, Nis? Syirik aja lo!" omel Syifa sambil tertawa kecil.

"Lo jadi makan?" tanya Nisa rada sensi.

"Kagak ah, bentar lagi rapat gurunya selesai. Yuk ke kelas! Nanti aja pas istirahat," ajak Syifa setelah melihat piring Pandu telah bersih.

Mereka setuju dan menuju ke kelas bersama-sama. Tetapi, Nisa berjalan lebih cepat, meninggalkan dua temannya yang sedang asik bercanda. Dicuekin lagi? Nisa mah apa atuh?

✳✳

⭕Syifa itu....
Pandu : Perfect. Jika ada kata lebih baik dari 'perfect' maka itu Syifa.

❄❄

Hai..
Makasih buat yang udah baca dan voment cerita ini...

Yang belum, yuuk pencet bintangnya dan juga comment ya??

Udah gitu aja deh.... Hehehe...

Ailupyu.. 😘😘💕

Aini
*revisi 11 Maret 2022

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang