4. Puas-puasin lah!

155 17 13
                                    

Seperti siang-siang lainnya, Pandu menemani Syifa belajar di balkon rumahnya. Kali ini Pandu asik memainkan gamenya, sedangkan Syifa masih serius dengan tugas yang diberikan oleh Bu. Lili.

"Susah banget sih," Syifa mengetukan ujung pulpennya ke kepalanya.

Mungkin aja bohlam lampu di kepala gue lagi konslet, pikirnya.

Merasa tak ada respon dari Pandu, Syifa melirik ke arah Pandu yang masih tak mau keluar dari dunia gamenya.

"Lo asik banget sih," kata Syifa dengan nada kesal.

"..." tak ada jawaban.

"Ndu..." Syifa duduk di samping Pandu. Tepat di sampingnya tanpa jarak.

1...
2...
3...

Aliran listrik yang tak tau berasal darimana, membuat jantung Pandu berdetak tak karuan.

"Apaan sih?" Pandu bergeser untuk menambah jarak diantara mereka.

"Mau liat! Gimana mainnya? Kok lo asik banget sih?" Syifa ingin tau.

"Lo gak bisa," ucap Pandu dan menjauhkan ponselnya agar Syifa tak dapat melihat.

"Makanya ajarin!"

"Jangan.." Pandu menatap Syifa lekat-lekat.

Syifa masih bingung, "Kenapa?" dia terus bertanya.

"Nanti lo kecanduan game dan akhirnya lo gak fokus belajar. Udah deh jangan..." terlihat keseriusan dari sorot mata Pandu.

"Gue gak mau lo kejebak sama kesenangan sesaat yang akhirnya ngehancurin prestasi lo," sambungnya lagi.

Syifa masih cemberut, "Terus lo gimana?"

"Kan ada lo yang selalu ngingetin gue," Pandu mengeluarkan cengirannya.

Bugh... Tinju Syifa mendarat tepat di lengan Pandu.

"Gue kira lo udah berubah jadi bijak beneran," Syifa kecewa.

"Sok bijak!" celanya lagi.

Tanpa melawan, Pandu kembali memainkan gamenya. Syifa mengambil ponselnya tanpa berpindah tempat.

Syifa sekarang sibuk memainkan jarinya dengan lincah. Sesekali ia mendekat ke arah Pandu untuk mengintip game yang Pandu mainkan.

Lo gak tau aja kalo petasan di jantung gue meledak terus sejak tadi, batin Pandu.

"Lho? Katanya belajar? Kok mainin ponsel sendiri-sendiri?" suara papa Syifa menghentikan kegiatan mereka.

"Ini nih, Pa. Main game mulu," ujar Syifa sambil menunjuk Pandu.

"Pandu, kapan kamu mau fokus sekolah?" papa Syifa mulai membuka sesi ceramah.

"Iya Om. Pandu mah selalu fokus, cuma pelajarannya aja yang enggan masuk," jelas Pandu sambil cengengesan.

"Ada-ada aja kamu," papa Syifa menggelengkan kepalanya.

"Oh iya Om, mulai besok Pandu gak bisa anter dan jemput Syifa," Pandu akan memberitahukan tentang keberangkatannya ke luar kota.

"Kenapa Ndu?" papa Syifa terkejut. "Kamu apain si Pandu, Dek?" papa Syifa beralih menatap Syifa.

"Gak diapa-apain kok, adek juga yang salah," Syifa memasang wajah sebalnya.

"Pandu dipilih untuk ikut LDKS di luar kota. Selama 14 hari," jelas Pandu lagi.

"Oh gitu ya. Dek kamu diantar jemput papa ya," Syifa hanya mengangguk.

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang