13. Sweet deh

90 9 2
                                    

"Sejak kapan, Ndu?" Tanya Nisa lagi. Dia benar-benar serius. Pandu begitu gelisah saat ditatap seperti itu. Dia bangkit dari duduknya.

"Em.. Nisa, gue ada urusan di ruang OSIS. Gue pergi dulu ya," Pandu berpamitan seraya menggaruk-garuk tengkuknya. Dia berbalik dan meninggalkan Nisa yang sedang tersenyum jail ke arahnya.

"Gue udah tau jawabannya, Ndu. Mata Lo yang jawab pertanyaan gue," Nisa setengah teriak agar Pandu benar-benar mendengar perkataannya.

Pandu yang mendengar itu, mengacak-acak rambutnya dengan kesal. Dia memilih berlari-lari kecil untuk menghindar dari Nisa.

Fa, orang lain aja peka tentang perasaan gue. Lo kapan??

---

Yap.. Syifa menemukan Hafiz yang sedang melamun. Mata Hafiz menerawang jauh, tangan kanannya mengaduk-aduk jus alpukatnya. Telinganya disumpali earphone agar keramaian kantin tak menusuk gendang telinganya.

Syifa duduk tepat di samping Hafiz, tetapi Hafiz masih asik dengan dunianya. Lalu, tangan lancang milik Syifa mengambil earphone kiri Hafiz dan memasangnya di telinga kanan miliknya.

Terputarlah lagu..

.. dibuai dibesarkan bunda, tempat berlindung di hari tua...

"Yaelah Fiz, emangnya Lo nggak punya lagu lain?" Syifa mengomel pada Hafiz yang masih terheran dengan keberadaan Syifa yang baru ia sadari.

"Sejak kapan kamu duduk di sini?" Yang ditatap malah asik menyumpalkan earphone di telinga kirinya.

"Dari tadi kali Fiz. Oh iya, makasih ya kemarin Lo udah bantuin gue ke UKS," Syifa tersenyum tulus. Rasa kesalnya pada Hafiz telah lenyap sejak kejadian kemarin.

"Hmm iya," Hafiz membalas senyuman Syifa. Dia melepaskan kedua earphone-nya dan mencampakkannya di atas meja.

"Lo sendirian aja? Mana temen Lo?" Syifa sengaja bertanya seperti itu.

Dia menyindir Hafiz yang tak bisa bersosialisasi dengan baik karena sifatnya yang kelewat menyebalkan.

"Temenku ya musik tadi," jawab Hafiz enteng. Dia menyeruput jus alpukatnya.

"Heleh, bilang aja kalo Lo nggak punya temen, jadi menyendiri kayak gini," cerca Syifa pada Hafiz. Syifa heran mengapa Hafiz tak pernah merasa kesepian.

Hafiz hanya memandang Syifa dengan wajah ramahnya. " Ayo ke perpustakaan," Hafiz meninggalkan gelasnya yang sudah tak penuh lagi.

Syifa mengikuti, dia berjalan tepat di belakang Hafiz. Matanya menatap punggung Hafiz yang benar-benar berada di depannya.

"Kenapa jalan di belakang? Sini di sampingku," Hafiz sedikit menengok dan menarik tangan Syifa lembut.

Mereka berjalan berdampingan. Hafiz mengisi sela-sela jari Syifa dengan jemari tangannya. Perlakuan Hafiz berhasil membuat Syifa bungkam.

Gue bapeeer, jeritan Syifa dalam hati.

Hafiz tersenyum kecil saat melihat ekspresi Syifa, dia membawa genggaman itu ke belakang pinggang Syifa.

Jika dilihat dari depan, seakan-akan mereka tak bergandengan tangan. Terlihat seperti Hafiz yang mengulurkan tangannya ke pinggang Syifa.

"Fiz, maksudnya apa?" Syifa tak mau kebaperan sendiri dan ini harus diklarifikasi.

"Nggak papa. Biar keliatan romantis aja," Hafiz nyengir. Entah mengapa, akhir-akhir ini Hafiz sering bertingkah aneh. Tapi, Hafiz menyukai tindakan konyolnya ini.

TEKA TEKI KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang