Finn merasakan tubuhnya remuk ketika terbangun, sejak tadi dia berusaha bernapas dengn susah payah. Samar-samar dia mengingat tubuhnya terhempas di atas pohon, namun benturan antara tubuhnya dengan dahan pohon membuat kesadarannya hilang.
Ketika dia sadar tadi, dia telah berada di atas rumput yang cukup tebal. Finn memaksakan tubuhnya untuk bangun, tetapi ketika dia mengangkat badan darah kental keluar dari mulutnya. Terpaksa dia kembali berbaring sembari melirik ke sekitar untuk mencari Kara dan juga Liard.
Tetapi sampai malam menjelang, dia tidak menemukan dua rekannya dan juga orang-orang yang beraktivitas di hutan ini. Finn menyimpulkan hutan ini adalah hutan lindung atau hutan yang belum pernah di masuki manusia, terlihat dari hutan yang cukup lebat dengan sulur-sulur menjuntai dari pepohonan tinggi.
"Jika aku berdiam diri di tempat ini. Aku akan mati!" gumamnya pelan. Dia memaksa bangun, walaupun darah segar kembali keluar dari mulutnya.
Finn akhirnya bisa bersandar di salah satu pohon besar. Dengan napas pendek-pendek dia memgang dadanya yang terasa sakit, "Sepertinya rusukku patah dan tulang bahuku bergeser ketika terjatuh tadi. Tidak mati saja sudah beruntung!"
Dia memeriksa tulang di bahu kanannya, walaupun tidak mendapatkan pencahayaan sama sekali dia bisa merasakan dengan telapak tangannya. Finn memejamkan mata dan mengetatkan rahangnya ketika merasakan nyeri yang teramat sangat ketika dia memengang pusat sakitnya.
KRAK!
"ARGH!" erang Finn ketika dia mengembalikan posisi tulangnya yang bergeser. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Walaupun belum bisa digerakkan, rasa sakit di bahunya sedikit mereda.
Dia meraba saku di celana dan juga bajunya, dia tersenyum begitu menemukan benda pipih di salah satu saku celana. "Tidak ada signal!" ucapnya kecewa.
Finn menyalakan flash light yang ada di ponsel, dia membuka bajunya untuk melihat seberapa parah luka di dadanya. Ketika dia melihat lebam biru yang ada di dada kanannya dia tidak terkejut, dia telah membayangkan kemungkinan terburuk dan dia bersyukur lukanya tidak seburuk yang dia pikirkan.
Dia melihat sekeliling dengan modal pencahayaan dari ponselnya lalu dia melihat sebuah benda yang memantulkan cahaya dari jarak 7 meter dari tempatnya berada sekarang. "Benda apa itu?" tanyanya kepada diri sendiri.
Mencoba bernapas lebih panjang dia berusaha berdiri dan menahan sakit di dadanya, Finn menggeram begitu rasa sakitnya terasa menyesakkan sampai dia tidak bisa bernapas. Dengan tertatih dia mencoba berjalan menuju benda itu, walaupun tiap langkah membuat energinya terkuras habis dia berharap benda itu dapat menolongnya.
Matanya terbelalak begitu dia melihat benda yang dia temukan, benda itu adalah sebuah koper hitam sedang dengan namanya berada di sana. "Sepertinya keberuntungan masih berpihak kepadaku!"
Setelah kembali menyandarkan tubuhnya di sebuah pohon, Finn menarik koper itu dengan tenaganya yang masih tersisa. Dengan tangan gemetar dia menekan password serta melakukan pindai sidik jari.
Klik!
Koper itu terbuka, menampilan beberapa barang yang sangat berguna untuknya, empat buah pistol, kacamata vision light, sebuah baju penyamaran, earpiece serta alat komunikasi lainnya yang akan membantunya.
Finn membuka alat P3K yang memang tersedia lengkap di dalam koper itu. Dia membalut dadanya dengan perban setelah menyuntikkan obat penghilang rasa sakit, dia juga membawa seluruh obat itu di dalam sakunya untuk berjaga-jaga.
Setelah merasakan tenaganya pulih, Finn bangkit mencoba keluar dari dalam hutan itu. Dengan kacamata vision lightnya dia dapat dengan mudah melihat lingkungan sekitar walaupun dalam keadaan gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blutsbande✔ [Completed]
Ação[Sekuel Hidden Freedom] Ikatan darah lebih dari segalanya, saudara sangatlah berharga apalagi saudara kembar. Tapi keduanya tumbuh di lingkungan berbeda, baru bertemu ketika keduanya sama-sama dewasa. Tidak mengenal satu sama lain tapi memiliki ika...