Beberapa jam setelah mengudara, mereka berdua menemukan beberapa hal yang mencurigakan. Di mulai tidak adanya seorang pun pramugari ataupun orang yang berjalan di sekitar mereka dan keadaan yang terlalu hening. Mereka tidak sedang menaiki pesawat komersil, melainkan sebuah jet pribadi yang tidak mereka tahu milik siapa.
Mereka tahu, ini adalah keputusan terbodoh yang dilakukan. Bahkan Finn sudah membuat beberapa dugaan semenjak dia melarikan diri bersama Jack. Di mulai mereka akan di bunuh saat perjalanan.
Sebelumnya mereka menganggap semua itu normal karena ada sepasang pilot dan co-pilot yang masuk di Jet Pribadi yang mereka naiki serta beberapa pramugari tetapi setelah beberapa saat semua orang itu tidak tampak di sekitar mereka.
"Finn sepertinya ada yang salah dengan Jet ini, tidak mungkin mereka membawa kita dengan sukarela. Pasti ada yang di rencanakan di sini." ucap Jack setelah menghembuskan napas kasar.
Finn juga berpikir seperti itu, namun dia berusaha menganggap semua ini normal dan berharap mereka segera tiba di New York tanpa ada halangan atau insiden apapun.
Walapun Finn mencoba berpikiran postif tetapi kenyataan berkata lain. Ternyata bandara internasional John F. Kennedy yang menyambut mereka melainkan sebuah hutan belantara di mana pepohonan masih sangat lebat.
Dengan tergesa Finn menuju ke arah Kokpit pesawat dan menemukan pilot serta co-pilot dalam keadaan yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang mengeluarkan busa. Finn memeriksa kedua tangan pilot itu dan menemukan racun yang di masukkan di dalam kopi.
Jack melirik tombol auto pilot yang telah menyala, lalu kembali melirik tangan co-pilot yang paling dekat dengan tombol itu. Dia menghela napas kasar lalu menutup mata mereka perlahan. Mungkin di ujung kematiannya, co-pilot itu menekan tombol yang mengaktifkan auto-pilot sehingga menyelamatkan nyawa Finn dan juga Jack yang sedang berada di dalam pesawat.
"Periksa semua tempat terdekat untuk mendarat, jika tidak ada tempat aman maka pilihan terburuk adalah terjun dari pesawat menggunakan parasut karena bahan bakar pesawat ini hampir kosong," ucap Finn dengan suara serak.
Dia mulai terbiasa dengan situasi menantang maut sejak menyelidiki tentang kasus kakaknya. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain memperjuangkan semua ini, apalagi terbesit kata menyerah. Finn tidak ingin mati dengan cara pengecut.
Jack kembali datang dengan membawa tas yang berisi parasut paralayang yang sering di gunakan untuk uji adrenalin, "Aku mendapatkan dua. Mungkin pemilik jet ini lupa mengeluarkannya dan parasut ini akan mengamankan nyawa kita untuk sementara."
"Terima kasih telah menemukannya, setidaknya kita tidak harus terjun bebas lagi di kondisi tubuh kita yang jauh dari kata sehat." Finn memeriksa tas berisi parasut itu, walaupun dia sudah bersyukur karena mendapatkan benda yang menyelamatkan nyawanya sendiri dan Jack, dia tetap harus berhati-hati karena yang menginginkan mereka sudah jelas dan apa tujuannya itu juga sangat terlihat.
....
Ania mengepalkan kedua tangannya lalu tersenyum miris. Dia baru saja melihat rekaman cctv yang memperlihatkan cara kedua adiknya keluar dengan membawa mobil pribadi Daniel.
"Apa yang ada di kepala dua bocah itu, mereka hanya mencari mati." ucapnya tidak lagi menahan amarah. Dia mengelus perutnya yang membuncit sejak beberapa bulan yang lalu, jika saja di dalam tubuhnya tidak tumbuh dua nyawa yang sangat di kasihinya dia akan langsung menyusul Finn dan Jack dengana atau tanpa izin dari Daniel.Tapi itu tidak bisa dia lakukan, harganya terlalu mahal jika dia pergi. Bukan hanya nyawanya yang menjadi taruhan, apalagi dia belum tahu seberapa kuat organisasi itu sekarang. Sekarang dia sangat ingin pergi dan menghanguskan orang-orang serta organisasi itu sampai tidak kembali muncul dan mengusik hidupnya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blutsbande✔ [Completed]
Aksi[Sekuel Hidden Freedom] Ikatan darah lebih dari segalanya, saudara sangatlah berharga apalagi saudara kembar. Tapi keduanya tumbuh di lingkungan berbeda, baru bertemu ketika keduanya sama-sama dewasa. Tidak mengenal satu sama lain tapi memiliki ika...