Seoul-KorSel, seminggu sebelumnya.
Seorang pria berusia lanjut duduk di sebuah ruangan gelap, mengamati layar komputer sambil bertopang dagu. Tiga orang, dua pria dan satu wanita ikut mendampinginya, berdiri bersandar di dinding sambil meneliti isi ruangan.Tidak ada yang istimewa dari pemandangan itu, selain potongan gambar yang sedang mereka amati. Hanya saja masing-masing dari mereka menggenggam pistol semi otomatis yang sama. Pistol dengan dua puluh butir peluru yang siap ditembakkan untuk memangil malaikat maut bagi musuh-musuh mereka.
"Saatnya membuat orang-orang itu tekejut. Aku sudah lama menantikan hari ini, mereka pasti merindukan kalian. Bunuh rekan-rekan mereka dan bawa Ania serta anak kembar itu ke tempat ini!" ucap pria itu kepada tiga orang yang berada di ruangan yang sama dengannya.
"Baik, Tuan." Tiga orang itu membungkuk hormat lalu pergi dari ruangan gelap itu.
Koridor sempit yang mereka lewati berpendar redup, cahayanya mengenai sebagian wajah
sang wanita. Tato khas tergambar jelas di lehernya terlihat jelas, konsentrasinya terarah ke jalan yang ia lewati.
Mengamati refleksi beberapa ruangan terbuka, di sana sangat bertolak belakang dengan ketenangan di koridor, suasana teramat kacau. Benda-benda yang remuk berserakan di sana-sini, lantai penuh dengan sosok-sosok tubuh berlumuran darah. Sebuah perkelahian besar sedang terjadi.
Puluhan anggota organisasi terlibat baku hantam di dalam ruang latihan, memperdengarkan bunyi-bunyian berisik dari senjata maupun pukulan mereka. Pedang, besi, juga balok kayu bergerak terayun bergantian membentuk pola abstrak bersamaan dengan bunyi senjata-senjata beradu bunyi.
"Aku tak sabar menemui mereka, kira-kira apa reaksi yang akan kita lihat?" Erick menyeringai, pakaian yang ia kenakan tidak lagi berwarna putih. Melainkan sebuah jas hitam di lapisi dengan kemeja putih di lengkapi dengan beberapa senjata mematikan yang tersembunyi di baliknya.
Dimas tersenyum tipis, "Ingatan ini sangat menyiksa! Kenapa dia membangkitkan kita dengan menanam ingatan dari para cloning lemah itu!"
"Ya! Aku memilih dibangunkan tanpa ingatan sedikitpun tapi mereka terlalu susah untuk tidak menyiksa anak-anak itu." Yuri ikut menimpali ucapan kedua pria itu.
Mereka tidak menyangka akan dibangkitkan kembali setelah memutuskan bunuh diri karena tidak sanggup akan desakan organisasi yang membuat mereka hampir gila ketika mengetahui jika mereka bukanlah manusia, tetapi hasil cloning-an yang di buat atas sebuah rekayasa genetik yang bertahun-tahun di uji dan akhirnya berhasil.
Mati bunuh diri adalah hal terakhir yang akan di pikirkan oleh manusia, namun bagi mereka yang hanya hasil cloning-an semata adalah sebuah penghinaan paling besar yang terjadi di hidup mereka bertiga.
"Ini sudah menjadi batas kewarasan, baik kita, mereka dan pihak Apollo. Pemimpin itu sangat gila, dia sangat terobsesi dengan kekuasaan dan semua ilmu pengetahuan yang berhasil dia kembangkan." Dimas menggeram tertahan.
Kenyataan begitu menyakitkan, mereka tidak tahu harus berbuat apalagi ketika melihat dalang di balik terjadinya semua tragedy yang menyangkut mereka dan ratusan orang yang telah menjadi korban adalah orang yang sangat mereka kenal.
Sekarang mereka tidak lebih baik dibandingkan boneka lainnya yang di gunakan pimpinan Apollo, "Menurutmu, apakah yang di perbuat Stevan dulu sama seperti kita sekarang?" tanya Yuri mengingat semua kekejaman Stevan dulu.
"Ya, tapi dia beruntung karena tidak menjadi manusia cloning seperti kita. Dia tetap menjadi manusia yang dikendalikan penuh oleh dia, tanganku gatal ingin mencabut nyawanya!" ucap Dimas kejam, tapi semua itu hanyalah ucapan. Dia tidak mampu untuk melawan, tubuh dan pikirannya sekarang telah sepenuhnya di kendalikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blutsbande✔ [Completed]
Aksi[Sekuel Hidden Freedom] Ikatan darah lebih dari segalanya, saudara sangatlah berharga apalagi saudara kembar. Tapi keduanya tumbuh di lingkungan berbeda, baru bertemu ketika keduanya sama-sama dewasa. Tidak mengenal satu sama lain tapi memiliki ika...