Three

9K 1.6K 130
                                    

Lima lelaki muda tengah berlari-lari mengitari lapangan basket setelah melakukan pemanasan yang turut membawa hawa panas pada hati mereka. Pelatih baru mereka itu selain banyak maunya, dia juga sering melayangkan tongkat laknatnya itu ke tubuh mereka. Sebut saja betis belakang, pantat, paha, dan entah nanti bagian tubuh mana lagi yang mungkin akan jadi sasarannya. Meski muak, mau tidak mau mereka harus mengikuti pelatih gilanya itu atau nasib tim mereka yang akan terancam.

"Sudah berapa putaran sih kita berlari? Kok dia tidak minta berhenti?" Tanya Kris disela-sela larinya.

Sehun yang berlari didepan hanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan kawannya.
Tapi kemudian, ia berhenti.

Benar juga ya.

Sehun memutar badannya menghadap yang lain, membuat mereka semua berhenti juga.

"Kurasa kita mengitari ini lebih dari lima. Aku yakin itu." Luhan berpendapat dengan napas tersengal sambil memegangi lututnya.

Kai yang memang paling benci lari turut mengutarakan rasa kesalnya. "Jika kita tidak berhenti, aku yakin dia masih akan membiarkan kita berlari sampai mati."

"Kurasa dia memang akan membuat kita begitu." Kris bergumam.

Beberapa dari mereka memandang Shegi dari kejauhan dengan tatapan mengutuk. Jika saja tatapan itu bisa membuat terluka, sudah dapat dipastikan Shegi mati sejak pandangan pertama.

"Akan kubunuh dia."

"Pakai apa?" Tanya Luhan polos pada Chanyeol yang baru saja berdesis tajam.

"Dengan 'ular piton' ku tentu saja."

"Bah! Ular piton apanya? Dia sih ular sawah." Kris yang jarang memiliki selera humor bagus itu, sontak membuat semua tertawa termasuk Sehun.

"Hei! Kita adu saja!" Chanyeol mengacungkan telunjuknya untuk menantang.

Kris merentangkan tangan penuh bangga. "Ayolah, siapapun sudah tahu pemenangnya."

"Punyamu bahkan belum disunat, Wu. Kau sudah kalah satu poin."

"Apa? Setidaknya Wu kecilku sehat, tidak memakai bokong lelaki sepertimu."

"Apa? Hei—"

"Hei!"

Sementara mereka berdebat, Kai mengeluarkan beberapa lembar uangnya pada Luhan. "Seratus won untuk Chanyeol."

"Iphone 7 ku untuk Kris."

"Ya. Bertaruhlah dengan uang!" Desak Kai tidak terima.

"Ini kan barang mahal, bodoh!"

Kai langsung memukul kepala Luhan kesal, membuat si empunya meringis. "Iphone tidak ada yang dual sim! Jangan membodohiku!"

Disisi lain Sehun menghampiri Shegi yang sedang menenggak air mineral dipinggir lapangan. Membuat mata Sehun jadi melihat bagian tubuhnya yang lain tanpa sengaja.

"Kau."

Shegi menurunkan minumannya menangkap manik mata cokelat lelaki didepannya itu. "Hm? Siapa yang kau panggil?"

Membuat Sehun jadi berdengus kesal. "Retorik."

"Shegi." Katanya. "Panggil aku begitu. Ulangi."

Sehun menatapnya tidak percaya. Dia ini puteri kerajaan atau apasih?

Kesunyian kedua manusia itu membawa yang lain beranjak mendekat.

"Dengar. Kau tidak bisa seenaknya memerintah pada timku..."

Shegi menaikkan kedua alisnya dan langsung menyela. "Apa maksudmu dengan seenaknya memerintah?"

"Karena kau membiarkan kami mengitari lapangan tanpa berhenti!" Timpal Kai dari belakang.

LEADER (Oh Sehun) - NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang