Five

7.5K 1.4K 78
                                    

Kalau ada yang tanya ini hari apa, jangan jawab hari senin.

Tapi hari sial!

Kenapa?
Pertama. Dikelas entah siapa yang melumuri lem super rekat dibangku tempat biasa Shegi duduk sehingga mengorbankan jeans Escada kesayangannya yang merupakan pemberian dari kakak sepupunya saat berjalan-jalan ke Jerman. Dia benar-benar tidak bisa pergi kemana-mana, nyaris seharian disana. Apakah Shegi meminta bantuan orang? Tidak. Dia tidak tahu nama teman-teman barunya dikelas dan lagi dia merasa tidak nyaman dengan orang baru. Dengan segala cara dirinya mencoba mengakali agar lolos dari jeratan lem laknat itu, belum menyadari kalau ada seorang pria berkulit putih susu menghampirinya, berbicara dengan aksen Korea yang tidak terlalu baik.

"Apa kau butuh bantuan?"

Shegi menengadah. Dengan alis terangkat heran dia menjawab, "aku baik – baik saja." Sambil mencoba menutupi keadaannya.

Laki – laki itu hanya tersenyum simpul dan menangkap bila Shegi tipikal orang yang meski dalam keadaan susah, dia akan tetap berupaya sendiri. "Kelas ini akan dipakai oleh mahasiswa karyawan sebentar lagi. Aku hanya ingin mengosongkan ruangan ini. Mari kita saling membantu untuk masing – masing." Bujukannya membuat Shegi berpikir ulang, bahwa yang orang ini katakan ada benarnya. Kalau memang mau menyelesaikan sendiri, setidaknya jangan mengganggu kepentingan orang lain.

Setelah memakan waktu hampir belasan menit Shegi pun berhasil lolos dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. "aku berhutang budi padamu." Lanjutnya.

Laki – laki itu hanya tersenyum. Senyum yang berhiaskan lesung pipit dan langsung pergi meninggalkan Shegi.

Lalu saat dia akan melatih anak-anak setan itu, seseorang mengunci dia digudang basket sampai malam hingga melewati jam latihan.

Kesialan serupa masih berlanjut pada esok hari ketika dia menemukan ban mobil Chevrolet hitamnya kempes semua. Semua. Empat-empatnya. Mengharuskan dia meminta bantuan penjaga kampus untuk selalu mengawasi mobilnya jika suatu waktu ada tangan-tangan manusia tidak bertanggung jawab lagi.

Dan sore yang seharusnya ia melatih juga, kembali gagal karena disibukkan mencari bola-bola basket yang hilang. Demi Tuhan mencarinya diseluruh kampus itu sama saja dengan berjalan kaki dari Seoul Plaza ke Seorin-Dong yang intinya akan menguras energi dan waktu karena kampus SM sangat besar!

Dengan tuduhan liarnya, siapa lagi yang akan melakukan ini padanya jika bukan anak – anak EXO. Karena di kampus ini Shegi hanya berurusan dengan mereka. Hari-hari yang Shegi jalani semakin berat dengan tingkah anak-anak kurang ajar itu.

Kakinya melangkah gontai mengitari kampus sambil membawa jaring besar berisi bola-bola yang sudah berhasil dia temukan. Bola terakhir yang ditangkap adalah bola yang hampir menggelinding ke arah ruang direktorat yang sedang dipakai gladi resik untuk wisuda. Untungnya seseorang menghalau bola tersebut.

"Bagaimana bisa...." Ucapan laki – laki itu menggantung. Tatapannya begitu heran melihat Shegi membawa banyak sekali bola di belakangnya. "...apa kau pelatih tim EXO yang sedang ramai dibicarakan itu?"

Shegi memindahkan bola dari tangan pria itu ke dalam jaring bola yang dia bawa. "iya." Jawabnya. "Terima kasih telah membantu."

"Hei tunggu."

Shegi tertahan ketika hendak akan pergi.

"Aku juga bagian dari EXO." Terangnya. Sementara Shegi masih belum menanggapi apa maksud dari laki – laki itu karena dia merasa sangat lelah. "aku tim cadangan. Mungkin kita perlu waktu untuk membicarakan ini."

Mereka tidak tahu beberapa pasang mata sedang mengamatinya dari lantai dua.

"Kau melihat tanda-tanda dia menyerah?"

LEADER (Oh Sehun) - NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang