Fourteen - New

5K 868 329
                                    

Ketika waktu menunjukkan pukul sembilan pagi, Ahn Shegi sudah terbangun akibat serangan sakit kepala dengan tenggorokan yang keringnya luar biasa. Sebelum dia kembali ke realita, dia butuh segelas air sebagai pembuka dan penyelamatnya saat ini.

Buru-buru dia minum air itu setelah menemukannya di atas nakas. Ditengah-tengah tegukannya, dadanya seketika mencelos tatkala menyadari bahwa dia tidak berada di restoran, ataupun gudang lapangan basket seperti yang seharusnya. Dia bahkan tertegun sejenak untuk memanggil ingatan atas kejadian macam apa yang dia lewati tadi malam.

Sial sekali kepalanya masih belum bisa diajak untuk berpikir keras. Dan karena tidak dapat mengingat apapun, akhirnya dia memilih keluar kamar untuk mencari tanda-tanda kepemilikan tempat ini.

Sayup-sayup dia mendengar suara kehidupan dari televisi ruang tengah, menemukan seseorang sedang duduk bersantai di sofa.

"Sehun?" Suara Shegi terdengar tidak yakin.

"Oh..kau sudah bangun rupanya." Sahut Sehun tanpa menoleh. "Aku pun baru datang. Beberapa anak-anak mungkin akan kesini juga membawa sarapan sebentar lagi."

Shegi belum berpikir untuk memberikan respon apa. Masih terlalu bingung.

"Anak-anak itu dibawa ke kediaman Suho semalam. Dan aku memutuskan untuk membawamu ke apartemenku..." Shegi masih bungkam, membiarkan Sehun menjelaskan semuanya lebih jauh. "...karena aku tidak tahu tempat tinggalmu. Setelah itu aku tidur di rumah, lalu kembali lagi kesini tadi."

Shegi menangkap pesan tersirat dari yang Sehun maksud. Laki-laki itu meyakinkan kalau tadi malam Shegi tidur sendirian. Membuatnya menghembuskan napas panjang sebelum berucap, "Terima kasih." Dan ikut duduk di sebelah Sehun.

Laki-laki itu menyodorkan satu buah pil dengan segelas air putih pada Shegi. "Ini. Agar pusingmu hilang." Yang langsung Shegi minum pada saat itu juga, melupakan kewaspadaan bahwa dirinya bisa saja diracuni Sehun. Mereka saling membenci, ingat?

Namun itu tidak terjadi. Karena setelahnya, untuk pertama kalinya Shegi menemukan manik cokelat Sehun yang menyorot dirinya tanpa perasaan benci. Bahkan kali ini sepertinya Shegi tidak dapat menemukan perasaan apapun disana.

"Don't go look at me with that look in your eye." Kata Shegi yang ucapannya mirip dengan lirik sebuah lagu. "Aku tidak ikut campur kalau kau sampai jatuh cinta padaku."

Membuat Sehun jadi memaksakan tawa hambarnya mencuat. "Hahaha. Cinta." Yang terdengar meremehkan. "Love is serious mental illness. Don't you think?"

"Hm..." Shegi terlihat menanggapi. Ini bahkan pertama kalinya juga mereka berbicara sepanjang ini, tanpa ada iming-iming emosional. "well, I'm not sure. Because i've never been in love, actually."

Lalu Shegi tidak berniat untuk membahas apa-apa lagi. Menatap lurus-lurus ke arah televisi kendati pikirannya sempat bertanya, kenapa Sehun memiliki pemikiran seironis itu soal cinta.

Setelah sepuluh menit tidak melakukan dan berbicara apapun, Shegi mulai menyadari bahwa Sehun terasa seperti sedang menatapnya. Entah itu baru, atau sudah daritadi.

"Apa yang kau lihat?" Tegurnya.

Sehun mengembalikan pandangannya ke televisi yang sedang iklan. "Lenganmu."

Membuat Shegi menyadari kalau dia bangun tidur tidak mengenakan jaket. Seketika dia menyembunyikan lengannya yang penuh luka.
Tapi apakah itu masih diperlukan? Ada kemungkinan jika Sehun sudah melihatnya dari tadi. Atau mungkin dari semalam.

"So...how does it?"

Shegi menunjukkan wajah bingungnya lagi. "Hm? What?"

LEADER (Oh Sehun) - NEW VERSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang