Setelah 1 tahun lamanya duduk di kelas XI, maka seluruh murid kelas XI pun akan menerima Rapot. Termasuk Sina dan teman temannya yang kini sedang diluar kelas dengan perasaan tegang sambil menunggu hasil dari Rapot mereka.
Tanpa disadari kini tangan Sina telah memegang erat tangan Ikram yang berada di sampingnya tanpa ia tahu bahwa kini jantung Ikram terasa berdetak lebih kencang akibat perbuatannya itu.
"Ram gua takut nilai gua turun" ucap sina dengan tangan yang sudah sangat dingin
"Tenang nanti kalo nilai lu turun, lu bisa ambil nilai gua biar nilai lu naik" ucap ikram yang mencoba menghibur sina
"Ih lu mahh masih aja becanda" ucap sina sambil melepaskan genggamannya dari tangan ikram
"Ya gua kan hanya mencoba menghibur lu Sin, lu itu pinter jadi mana mungkin nilai lu turun" ucap ikram
"Eh iya juga sih, gua kan pinter, cantik, ga sombong, rajin menabung, rajin beribadah. Jadi mana mungkin nilai gua turun. Iya ga?" ucap sina sambil tertawa
"Iya aja dasar sarap" ucap ikram yang terlihat kesal
"Eh ga boleh marah, hari ini kan hari pertama puasa jadi lu ga boleh marah marah" ucap sina menggoda ikram
"Oh iya lupa, ampuni Aam ya Allah, Aam khilaf" ucap ikram dengan muka sok polos
"Najis Aam, so imut lu" ucap sina sambil mendorong bahu ikram
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya para orangtua pun keluar satu persatu. Dan setelah menunggu lama akhirnya Bunda Sina pun keluar dengan wajah yang terlihat bahagia.
"Bun gimana nilai Sina Bun? Bagus kan? Ga ada yang turun? Sina dapet peringkat berapa Bun?" tanya sina pada bundanya yang terlihat kebingungan
"Yaelah satu satu kali Sin, liat tuh muka Bunda sampe ada keriputnya" ucap ikram sambil tertawa
"Oh anak Bunda yang satu ini udah berani ya ngeledek Bunda" ucap bunda sambil menjewer telinga ikram
"Ampun Bun ampun, becanda doang Bun. Bunda keliatan muda ko, lebih muda dari Sina malah" ucap ikram menggoda bunda
"Sialan lu" umpat sina
Tak lama kemudian Tante Dian yang notabene adalah Mama Ikram pun keluar dari ruangan, dan membuat Ikram sedikit cemas dengan hasil rapotnya itu.
"Gimana Mah nilai Ikram?" tanya ikram penasaran
"Alhamdulillah memuaskan, kamu pertahankan ya biar bisa masuk PTN nanti pas kuliah" ucap tante dian yang terlihat bangga pada anaknya itu
"Alhamdulillah ya Allah rejeki anak soleh di bulan puasa" ucap ikram sambil mengusap mukanya dengan kedua tangannya
"Sina selamat juga ya kamu jadi peringkat pertama di kelas, pertahankan juga ya biar bisa masuk PTN juga nantinya" lanjut tante dian yang membuat sina bengong
"Beneran Bun?" tanya sina yang langsung diikuti anggukan serta senyuman dari bundanya itu
Sina pun langsung melompat kegirangan dan tanpa ia sadari ia telah memeluk Ikram karena saking bahagianya. Dengan senang hati Ikram membalas pelukan sahabatnya itu, walaupun ia tahu jantungnya kini seakan akan tengah berlari kesana kemari.
"Ekhem, disini masih ada Bunda sama Mama loh" suara bunda serta tante dian yang membuat sina dan ikram diam sejenak
Setelah mendengar perkataan Bunda serta Tante Dian, Sina pun langsung melepaskan pelukannya. Begitu pun Ikram yang kini menjadi salah tingkah.
"Eh maaf Bun, Tan tadi aku kegirangan jadi ga sengaja aku peluk Ikram deh" ucap sina sambil tersenyum malu
"Gapapa Sin, toh yang kamu peluk aja kegirangan gitu" goda tante dian

KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected
Teen FictionKetika angin menyentuh kulitku dengan lembut... Rintik hujan menyapa bumi... Detik demi detik semakin berlalu... Ketika itu pula aku hanya bisa terdiam dengan diliputi rasa bersalah... Dan hanya bisa tertunduk sambil berkata . . . . . . . . . . . . ...