Teruntuk kamu jiwa yang pernah mencintaiku
Bukan sebuah kesalahan jikalau aku merindukanmu. Aku pikir, itu amat wajar. Mengingat semua kenangan yang kita lalui dalam kebahagiaan. Mengingat waktu kita bersama tak sesingkat yang mereka kira. Jika mengingat bahwa perasaanku dulu bukanlah permainan. Sungguh, aku begitu mencintaimu. Betapa percayanya aku bahwa kau tak kan pernah menyakitiku. Kita sudah pernah melewati malam-malam bersama. Menghabiskan waktu hingga terasa dunia milik berdua. Menangis dan tertawa, terjatuh kemudian bangkit, rapuh lalu menguatkan. Kita sudah pernah melewati segala masalah,amarah, dan gelisah. Kita sudah pernah berada pada titik terendah juga pada puncak. Kita telah melewati itu semua. Melewatinya tanpa keraguan. Meyakinkan diriku sendiri bahwa kau adalah tujuanku. Rumahku. Bahwa semua ini bukan sekedar persinggahan atau pelampiasan semata. Semua ini nyata, senyata perasaanku padamu. Hingga kau melepaskanku. Melepasku begitu saja tanpa perdebatan panjang. Tanpa masalah yang pelik. Kau melepasku untuk bersamanya. Ini memang bukan pertama kalinya aku mencicipi luka,tapi mengapa rasanya amat berbeda. Kecewa yang berkepanjangan. Trauma dan tak percaya pada apa yang kalian sebut cinta. Persetan dengan kata itu. Kini, aku berhasil merelakanmu. Melepaskanmu sama seperti yang kau lakukan padaku. Membiasakan diri tanpa sapa hangat darimu, tanpa pelukanmu, tanpa segala hal tentangmu. Namun tanpa ku sadari aku tak pernah berhasil melupakanmu. Namamu selalu ada, walau dalam porsi yang berbeda tentunya. Disini aku memastikan kau berbahagia dengannya. Meskipun bukan aku lagi alasan bahagiamu. Namun, sudah cukup lega mendengar tawamu dari kejauhan. Setidaknya mungkin kau lebih bahagia pada keadaan ini. Aku selalu berbaik sangka pada Tuhan. Aku yakin, Ia takkan mengambil sesuatu jika tak menggantinya kembali. Jika ia menjauhkanmu dariku, mungkin memang kamu bukan yang terbaik untukku. Tapi kasih, percayalah, ketika kamu membaca surat ini, aku sedang amat sangat merindukanmu. Pada sepertiga malam tangisku pecah karna mengingat sosokmu. Dan semakin pecah ketika kenangan kita mengisi pikiranku. Sekali lagi, aku amat sangat merindukanmu jauh diatas kebencianku akan dirimu. Satu hal yang ingin aku tanyakan, apakah kau pernah merindukanku?
***
Oh my God guys😍😍 DEAR YOU UDAH TEMBUS 100 CHAPTER 😍😍😍 Yeayyyy yeaayyyy🎉🎊 chapter ini chapter yang khusus aku buat diangka ke100😂😂 semoga kalian sukaa yaa😘
Oh ya, untuk DEAR YOU, kalian pada minta lanjut atau engga? Kalo lanjut, kalian harus coment disini sebanyak mungkin ya, kalo menurutku cukup banyak yang minat buat dilanjut, ya nanti aku lanjut, kalo engga ya berarti cukup sampai disini😂😂
salam tersayang, queelaaa❤
![](https://img.wattpad.com/cover/94512792-288-k403976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear You
Poetry"Akhir yang baik dari kisah tidak melulu ditandai bahagia. Akhir kisah akan lebih baik, jika bahagia itu tak pernah berakhir" salam manis, queelaaa❤