Dua Puluh Empat.

102 12 14
                                    

Aqela menatap bintang di langit dari teras kamarnya, Ia sangat tidak percaya bahwa Sean bisa melakukan itu padanya, Sean bilang kalau ia mempunyai keperluan mendadak tetapi Aqela malah melihat Sean dengan perempuan lain di mall. Sungguh Aqela tidak bisa percaya dengan perlakuan nya.

Kenapa gue selalu di khianatin sih? Apa salah gue? Apa gue nggak pantes buat di cintai? gumamnya.

Ia meneteskan air matanya, Aqela tidak mau di bohongi terus oleh para lelaki yang pernah ia cintai atau sedang ia cintai, ini lebih kejam.

Apa mungkin Aqela salah paham lagi? Ah ia rasa itu tidak mungkin terjadinya, perempuan itu sudah ia lihat dua kali bersama Sean, dan ia tak percaya bahwa itu saudanya Sean.

Tetapi mengapa Sean lebih memilih pergi bersama perempuan itu di banding Aqela?

Tangisan Aqela pun mulai memuncak, Ia sudah tak kuasa memendam air mata nya yang sudah dari tadi berada di kelopak matanya.

Krek!

Pintu kamarnya pun terbuka, terlihat sosok Verrel yang sudah ada di depan pintu kamarnya, Verrel pun menghampiri adik nya tersebut.

"Lo kenapa nangis?"

Aqela terdiam tak menjawab apa yang di katakan Verrel.

"Lo nangis karena tadi liat pacar lo bareng cewek lain?"

Aqela masih tidak menjawab perkataan Verrel, ia masih dalam keadaan menangis dan ia hanya fokus dengan Sean.

"Udah nggak usah nangis, Lo harus berpikir positif aja, kalau dia itu sama saudaranya atau adiknya, gue yakin dia nggak bakal duain lo kok."

Ia berusaha meredam tangisan adiknya tetapi Aqela masih tidak mau berbicara sedikit pun, dan Verrel pun tahu ia harus melakukan apa kepada adiknya itu.

"Jangan nangis ya malaikat kecil gue, Masih ada gue disini kok buat lo."

Verrel pun menarik tubuh adiknya itu ke dalam dekapan nya, Verrel memang sudah terbiasa melakukan itu ketika Aqela sedang sedih, Ia tahu tugas seorang kakak harus melindungi adiknya dan menjaga adiknya.

🐳🐳🐳

Keadaan kelas sudah ramai dengan anak-anak yang suka sekali membuat keributan di kelas, padahal ini baru jam 06.30 tetapi tidak biasanya kelas sudah ramai seperti pasar.

Aqela mengambil novel nya dan mulai membaca, Aqela memang tidak suka bergabung dengan keributan itu, ia malah lebih suka memegang novel dan membacanya dengan nyaman.

"Kenapa itu cowoknya kejam banget sih? Suka banget dah tuh cowok bikin ceweknya nunggu!" Gerutu Aqela yang kesal dengan cerita dalam novelnya tersebut.

"Kamu kenapa? Kok marah-marah gitu?"

Aqela menaikan kepalanya dan menatap Sean yang sudah ada di depan nya, Aqela langsung menunduk dan lanjut membaca tanpa menjawab perkataan Sean.

"Hey! Jawab, Punya mulut kan lo Qel?" Ucap Sean.

Ia pun tidak menjawab perkataan Sean, Sean pun bingung mengapa Aqela tumben sekali tidak menjawab perkataan nya? Apa dia marah? Tapi apa salah Sean?

Cinta Serumit Itu Kah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang