BAB 18 - Pengakuan Rasa

3K 249 0
                                    

Pelajaran olah raga bisa dibilang adalah pelajaran yang paling tidak disukai oleh murid-murid di sekolah, khususnya murid cewek. Terlepas dari sisi positifnya untuk kesehatan, pelajaran itu membuat mereka ngos-ngosan dan berkeringat. Jelas itu tidak keren sama sekali.

Dan sebuah informasi bahwa guru olah raga tidak bisa mengajar adalah hal yang luar biasa perlu disyukuri, terutama bagi murid cewek. Tapi, berbanding terbalik dengan murid cowok. Alasannya? Hanya cowok-cowok itu sendiri yang mengerti mengapa mereka merasa sedikit kecewa – lebih tepatnya kecewa karena murid cewek tidak berolahraga.

"Huh, sayang banget hari ini nggak olah raga. Harusnya kita tetap olah raga aja biarpun Pak Handoyo nggak masuk." kata Alvian.

Alvian adalah teman sekelas Kalia sekaligus teman satu ekskulnya yang juga merangkap sebagai penggemar sejati Agatha. Bukan Alvian namanya kalau tidak konyol dan suka mengganggu Agatha, dan bukan Agatha namanya kalau dia tidak membalas apapun yang cowok itu lakukan. Mereka saling melempar dan menangkap umpan.

"Lo aje sono, olahraga sendiri keliling lapangan!" tuh kan, Agatha langsung bersuara.

"Yuk?! Berdua yak? Sama Ayang Agatak, biar romantis." Alvian menaik-turunkan alisnya, menggoda Agatha.

"Ih, ogah. Un-faedah banget lari keliling lapangan sama lo."

"Ayang Agatak kesayangannya Bang Pian, jelas ada faedahnya dong. Kita kan jadi pasangan yang sehat jasmani dan rohani." Alvian yang tadinya duduk di bangkunya dengan menopang dagu kini memilih beranjak dan duduk di atas meja dan menjawab dengan suara nyaring yang memenuhi kelas. Ucapan Alvian jelas membuat beberapa murid tertawa termasuk Ratna dan Kalia.

Alvian tersenyum manis. Menggoda Agatha memang hobinya. Menurut Alvian murid cewek yang paling galak di kelas adalah Agatha, tidak hanya di kelas melainkan juga di klub jurnalistik. Dan bagi Alvian cewek galak kayak Agatha gini enaknya tidak didiamkan begitu saja.

"Apa lo bilang? Pasangan yang sehat jasmani dan rohani?" Cewek itu mengangkat alisnya lalu menambahkan, "Kalau jadi pasangan lo, udah pasti rohaninya nggak sehat!"

Ucapan Agatha justru membuat teman-teman sekelasnya makin keras tertawa dan maklum, pemandangan rutin kalau melihat Agatha dan Alvian bertengkar. Alih-alih tersinggung, Alvian malah ikut tertawa.

Agatha menatap kedua sahabatnya dan berbisik, "Ke kantin aja, yuk, stres gue kalau kelamaan diem di kelas," katanya memohon. Sejurus kemudian Kalia dan Ratna terkikik geli tapi tetap berdiri dari bangkunya menuruti kemauan Agatha, tidak ingin perdebatan itu berubah jadi adu cakar karena kalau bertengkar dengan Agatha apapun mungkin saja terjadi. Yay!! Jam kosong sehabis istirahat artinya bisa nongkrong di kantin lebih lama! Pikir mereka.

Suasana di kantin tidak begitu ramai, mungkin sebagian besar murid memilih untuk melewati jam istirahatnya di tempat lain. Bagus. Mereka jadi tidak perlu berdesak-desakan atau menunggu terlalu lama untuk memesan makanan.

"Mau duduk dimana nih kita? Mumpung sepi." Ratna memandang berkeliling memilih tempat duduk untuk mereka.

"Gue ikut aja deh." jawab Kalia.

Agatha menunjuk bangku pilihannya. "Disana aja, gue pengen siomay Pak Jarno." Agatha meringis.

"Gue juga, yuk!" Ratna menyetujui.

Mereka bergegas menuju bangku yang dipilih sebelum tiba-tiba Kalia mencengkram tangan Ratna sedikit kuat membuat cewek itu langsung menoleh, "Tha, tunggu!" Ratna menoleh pada Agatha sekilas lalu kembali menatap Kalia dengan bingung. "Kenapa, Kal?"

Agatha kembali berdiri disamping sahabatnya. "Ada apaan sih? Gue laper nih."

"Please jangan duduk di sana. Di sini aja." pinta Kalia sedikit memelas.

KALIABYAN | #AS1✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang