Sesampainya di kelas Abyan langsung menelungkupkan kepala ke dalam lengannya yang terlipat di meja. Tak lama setelahnya ia kembali mendongak dan mengembuskan napas kasar sambil mengacak-ngacak rambutnya dengan gusar.
Dia marah, tapi juga merasa bersalah. Abyan tahu apa yang dilakukannya pasti terlihat tidak masuk akal bagi Kalia. Memangnya dia siapa bagi cewek itu selain sahabatnya? Lagi pula sahabat seharusnya tahu dimana batasannya. Abyan menyadari dirinya memang cukup keterlaluan, tapi menerima kenyataan bahwa Kalia bersama cowok lain dan akan mulai menjauhinya bukanlah hal yang mudah.
Dia terlalu menyayangi sahabatnya itu. Dan Abyan tidak bodoh, dia cukup sadar jenis perasaan apa yang ia miliki untuk Kalia. Perasaannya telah melampaui batas, ini salah, tapi tidak ada yang bisa disalahkan.
Kedekatan Indra dan Kalia benar-benar membuatnya kesal. Menyadari bagaimana Kalia begitu menyukai cowok itu – dan bagaimana cowok itu tidak ragu menunjukkan ketertarikan pada Kalia – mampu mengusik sedikit egonya.
Kalia begitu peka terhadap perhatian Indra tapi tidak dengan perhatian darinya. Abyan tidak ingin terlalu jauh berpura-pura menyukai Diandra ataupun Cleo hanya untuk berusaha membuat Kalia cemburu. Nyatanya cewek itu bersikap biasa saja dan itu hanya membuatnya semakin frustasi.
Terkadang untuk menunjukkan perasaan pada seseorang yang hanya menganggapmu sebatas sahabat memang bukanlah hal yang mudah. Abyan memang terlalu pengecut.
Lutfi menepuk punggung Abyan yang terlihat tidak begitu bersemangat, padahal seingatnya cowok itu baru saja berada di kantin bersama Kalia.
"Kenapa lo? Kusut amat?" tanya Lutfi mengambil duduk di samping Abyan.
"Biasa," jawab Abyan singkat.
"Kalia nggak peka lagi?" tebaknya dan Abyan hanya mengangguk sebagai jawaban. Lutfi mengembuskan napas, mengerti bagaimana perasaan sahabatnya itu.
"Sob, lo tau nggak, bisa aja doi juga lagi ada di posisi lo. Suka sama sahabatnya, tapi nggak berani bilang. Ya udah deh, kalian bakal gini-gini aja kalau nggak ada yang berani ngomong duluan."
"Lo nggak usah berusaha menyenangkan hati gue gitu, deh." kata Abyan membalas analisis Lutfi yang menurutnya hanya sebatas untuk menghibur dirinya saja.
"Yaelah, dibilangin juga, gue serius sebagai sahabat yang baik ngasi tau lo," balas Lutfi.
Abyan melirik sahabatnya, "Sok iye lo! Muka sama kata-kata bijak lo tu nggak sejalan. Tampang-tampang kayak lo nggak cocok ngomong begitu!"
"Ini kata-kata bijak dari seseorang yang berpengalaman dalam memahami cewek. Lagian gue heran, yang cakep lo, yang banyak cewek gue. Rejeki anak sholeh banget kan ya?" Lutfi berkata dengan penuh percaya diri membuat Abyan mendengus geli, hatinya yang galau jadi sedikit terhibur.
"Playboy lo banggain. Kalau gue setianya sama satu." jawab Abyan.
"Eh, iye bener, soalnya sama satu aja kagak dapet-dapet ya, By? Hahaha!" Ejek Lutfi sambil tertawa puas.
"Rese lo!" Abyan menyikut pelan perut sahabatnya itu membuat Lutfi makin keras tertawa.
♥
Kalia dengan wajahnya yang ditekuk menghentakkan kakinya kesal menuju kelasnya menimbulkan tatapan heran dari Agatha yang sedang duduk manis di bangku sambil memakan bekalnya dari rumah.
"Berantem sama Abyan?" tebak Agatha sambil menawarkan bekalnya yang ditolak Kalia dengan halus.
"Tau, tuh anak, masa gue ditinggal di kantin, kan kesal!" gerutu Kalia.
Agatha hanya melirik dan menyuarakan rasa penasarannya dengan satu kata, "Kok?"
"Biasalah, sahabat cowok dengan sisi protektifnya. Dia nggak suka kalau gue dekat sama Indra. Aneh banget kan dia. Padahal dia tau gue suka Indra dari dulu dan dia oke-oke aja sebelumnya."
Agatha mengangguk paham. "FIX! Abyan suka sama lo!" celetuk Agatha. Membuat Kalia menatapnya kesal.
"Lo nggak usah aneh-aneh!"
"Dibilangin kok," jawab Agatha. "Lo itu peka sedikit jadi cewek! Emang lo pikir ngapain Abyan tiap hari ke kelas bawain lo makanan sambil curhat? Menurut lo karena mau ngeliatin Diandra? Salah! Tapi biar sering ketemu lo. Alibinya aja bawa-bawa Diandra," jelas Agatha lirih, tidak ingin Diandra – yang menjadi topik pembicaraan – mendengarnya.
"Analisis lo terlalu tinggi, Tha. Nggak mungkin kayak gitu lah. Kalau dia suka sama gue seharusnya udah bilang sejak lama, kita udah dekat juga, kan. Berarti FIX analisis lo salah!" balasnya menirukan ucapan Agatha.
"Duh, Kal, cinta itu nggak selalu dinyatakan, tapi juga ditunjukkan. Mungkin dia tipikal cowok yang lebih memilih untuk menunjukkannya daripada mengobral bualan tentang cinta," Agatha berucap dengan kata-kata mutiaranya. Khas Agatha banget. "Dan lo-nya aja yang nggak peka. Gue aja peka meski yang dikodein bukan gue. Besok gue mau suruh Abyan kodein gue aja yang lebih peka," imbuh Agatha sambil meringis.
"Ih.. apaan deh lo, Tha!" Kalia memutar bola matanya, kesal.
"Gue cuma mau mengingatkan aja jangan sampai lo menyesal. Karena mungkin ketika lo mulai menyadarinya, semuanya udah terlambat."
Kalia tidak menyahut. Berpikir mungkin apa yang dikatakan Agatha ada benarnya.
Atau mungkin salah semuanya.
♥♥♥
(Ditulis: 7 Agustus 2017)
-kio
KAMU SEDANG MEMBACA
KALIABYAN | #AS1✔ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionKalia-nya Abyan, dan Abyan-nya Kalia. Sepasang sahabat yang sebenarnya saling mencintai tapi tidak pernah berani untuk mengakui. Seperti air laut, perasaan mereka mengalami pasang-surut, tapi tidak pernah benar-benar habis. Kalia yang tidak perasa d...