Abyan menyusuri lorong rumah sakit dengan sekeranjang buah di tangannya, mencari ruang rawat Kalia. Ia berpikir keras bagaimana caranya memulai pembicaraan dengan sahabatnya itu, yang pasti tentunya diawali dengan permohonan maaf. Tapi, lalu setelahnya apa?
Kamar Dahlia 1B. Abyan menemukannya.
Abyan menghela napas mempersiapkan diri sebelum ia membuka pintu dengan perlahan, dilihatnya Kalia sedang menonton televisi bersama Talita yang duduk di kursi yang terletak di samping ranjang kakaknya.
Talita lah yang pertama kali menyadari kehadiran Abyan, "Eh, Kak Byan!" katanya, membuat Kalia langsung menoleh ke arah pintu.
"Hay, Kal." Hanya itu yang dapat keluar dari bibir Abyan saat Kalia menatapnya dalam diam.
Abyan berjalan ke arah sahabatnya sekaligus orang yang disayanginya itu. Meskipun Talita berkata kalau Kalia baik-baik saja, tetapi melihat cewek itu terbaring di ranjang rumah sakit tentu membuat Abyan sedih.
Salahnya. Ketidakmampuannya menjaga Kalia, seharusnya Abyan tidak menghindari Kalia. Seharusnya dia terus bersama Kalia. Salahnya yang bersikap terlalu kekanak-kanakan. Pokoknya ini semua salah Abyan. Kalau saja ia selalu berada di dekat cewek itu, Abyan mungkin bisa memastikan kalau hal ini tidak akan terjadi pada Kalia.
Abyan menyerahkan keranjang buahnya pada Talita. Talita yang cukup tahu diri memilih untuk keluar dari ruang rawat kakaknya, berpikir mungkin kedua orang itu perlu bicara.
"Kal, maaf aku baru jenguk, aku nggak tau kalau kamu dirawat di rumah sakit." ujar Abyan memulai pembicaraan.
"Aku cuma keserempet, nggak apa-apa, By. Dokter cuma terlalu lebay aja, makanya aku ditahan di sini." jawab Kalia setengah bercanda. Tapi Abyan sedang tidak ingin bercanda, jadi dia hanya tersenyum menanggapi, membuat Kalia justru merasa tidak nyaman.
Sebenarnya, yang ingin Abyan dengar adalah cewek itu mengeluh padanya, bukan kata tidak apa-apa yang menandakan kalau Kalia tidak membutuhkan dirinya untuk menjaga cewek itu. Abyan memilih diam, memandang ke dalam mata sahabatnya, berusaha menemukan petunjuk kalau Kalia memiliki perasaan yang sama kepadanya. Dia membutuhkan pasokan keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya pada Kalia. Tapi Abyan tidak menemukan apapun, tatapan yang diberikan Kalia tak ada bedanya dengan cara cewek itu menatapnya selama ini.
"By, kamu marah sama aku? Aku buat salah, ya?" tanya Kalia pada akhirnya ketika dilihatnya Abyan tidak juga memulai pembicaraan.
"Nggak, Kal. Kenapa aku harus marah? Aku terlalu sibuk belakangan ini. Maaf." Abyan tersenyum sambil mengusap lembut kepala Kalia, tidak ingin sahabatnya berpikir terlalu keras tentang alasannya mendiamkan Kalia.
"Terlalu sibuk untuk mengajak aku makan di kantin, tapi nggak dengan Cleo, gitu?" Kalia berusaha tersenyum agar terlihat seolah ia sedang bercanda. Tapi hasilnya justru menyedihkan, senyum itu kelihatan terlalu dipaksakan. "Bahkan chat dari aku aja Cuma kamu read, nggak juga dibalas."
Ada perasaan senang yang menyelinap di hati Abyan. Begitu kentara kalau Kalia tidak menyukai fakta bahwa Abyan mengajak Cleo ke kantin tapi malah mengabaikan Kalia dengan alasan sibuk. Abyan senang. Merasa menang. Keberaniannya sedikit tersulut.
"Kamu Nggak suka aku dekat sama Cleo?" tanya Abyan memastikan. Please, jawab nggak, Kal. Batinnya memohon.
"Nggak. Aku jadi merasa kehilangan kamu." Jawab Kalia jujur. Abyan bersorak dalam hati.
Abyan tersenyum. "Kamu nggak akan pernah kehilangan aku, Kal. Aku masih Abyannya Kalia, kok."
Kalia tersenyum dan mencubit pipi cowok itu dengan gemas.
"Kamu kok bisa keserempet gini, sih? Kebiasaan banget, kurang hati-hati!" Abyan menjitak pelan kepala Kalia membuat cewek itu mencebik kesal.
Kalia menceritakan kronologis kejadiannya, bagaimana pedagang bakso keliling tidak sengaja menabraknya. Iya, tidak sengaja, karena sebenarnya ini kesalahan Kalia yang tidak fokus ketika menyebrang jalan. Maka tidak heran kalau ibunya menceramahinya habis-habisan tentang betapa berbahayanya menyebrang sambil bermain ponsel.
"Kids zaman now banget sih kamu. Nggak bisa jauh-jauh dari ponsel."
"Salah kamu, nggak balas chat aku! Bikin aku penasaran kamu sibuk ngapain, makanya jadi serius kepoin instagram kamu!" protes Kalia nggak ingin disalahkan. Ia mengolok Abyan dengan menjulurkan lidahnya.
Senang rasanya mengetahui Kalia memerhatikannya, hanya saja itu juga membuat Abyan makin merasa bersalah. Kalia benar, secara tidak langsung itu memang salahnya.
"Iya, salah aku, Kal."
Mendengar jawaban singkat Abyan dan raut penyesalan cowok itu membuat Kalia menggigit bibirnya. Padahal, ia hanya berniat bercanda. "Eh, By, aku cuma bercanda loh!"
"Kamu nggak seriusan kepoin instagram aku?"
"Yah, serius sih kalau yang itu. Maksudku, itu bukan salah kamu juga."
"Ya berarti salah aku, Kal. Kalau aku ngabarin kamu, pasti kamu nggak akan main handphone sampai nggak perhatiin jalan."
"Nggak segitunya juga kali, By."
"Pokoknya salah aku." Abyan bersikeras.
"Maksa banget pingin disalahin. Terserah, deh." Balas Kalia pasrah.
Abyan mengusap kepala sahabatnya itu. "Baru juga seminggu ditinggal, masa sampai kayak gini, sih. Kamu tuh memang nggak boleh jauh-jauh dari aku." Abyan menggoda Kalia.
Kalia menyentil kening Abyan. "Ih, pede banget! Satu minggu ini rasanya udah kayak lama banget. Banyak yang mau aku omongin tau."
Aku juga, Kal, banyak yang mau aku omongin sama kamu. Pikir Abyan.
"Kita bisa omongin banyak hal nanti, kalau kamu udah keluar dari rumah sakit." jawab Abyan tersenyum, tangannya masih setia berada di puncak kepala Kalia. "Kamu serius nggak kenapa-kenapa, kan? Aku benar-benar khawatir."
Kalia tidak menjawab dan Abyan tidak menuntut jawaban karena dia hanya ingin menyuarakan kekhawatirannya.
Keduanya berkelana dalam pikirannya masing-masing, berusaha menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah berani mereka suarakan. Abyan dan Kalia hanya saling menatap dalam diam, seolah tidak ada obyek lain selain sepasang mata dihadapan mereka.
"Lo nggak perlu khawatir. Kalia baik-baik aja. Ada pacarnya disini."
Sebuah suara menginterupsi. Jelas suara itu bukan milik Kalia.
♥♥♥
(Ditulis: 12 Agustus 2017)
-kio
KAMU SEDANG MEMBACA
KALIABYAN | #AS1✔ [SUDAH TERBIT]
Teen FictionKalia-nya Abyan, dan Abyan-nya Kalia. Sepasang sahabat yang sebenarnya saling mencintai tapi tidak pernah berani untuk mengakui. Seperti air laut, perasaan mereka mengalami pasang-surut, tapi tidak pernah benar-benar habis. Kalia yang tidak perasa d...