[ p r o l o g u e ]—
Masa SMP adalah masa di mana kalian mengambil keputusan dengan komposisi, 50% spontanitas 30% mementingkan pandangan orang lain 19% refleks hormonal dan 1% pikiran jernih. Benar, 'kan? Atau itu hanya aku saja?
Tidak, tidak. Aku yakin seperti itu. Jadi ketika ada lelaki yang menyatakan perasaannya padamu dan tidak mempunyai standar wajah minimal sebagaimana yang ada di bayanganmu. Bagaimana?
Begini, kalau kau ingin gambaran yang lebih jelas. Dia pendek, apalagi jika dibandingkan dengan kapten basket di sekolahku waktu dulu. Kira-kira kepalanya hanya sampai ketiak. Tubuhnya gemuk, seperti beruang madu yang sedang berburu makanan. Pipinya tambun, daripada menggemaskan aku lebih menyangka dia adalah bayi yang tengah tersesat. Lucu, tapi dia bukan tipeku. Matanya sipit, astaga, aku bahkan mengira dia sedang sleep walking ketika menyatakan perasaannya.
Ya Tuhan.
Tentu saja aku menolaknya! Aku waktu dulu dengan naifnya berpikir seperti ini : dia bukan tipe lelaki yang—setidaknya—bisa dibanggakan ketika kalian ajak berkencan.
Jadi ketika namanya muncul di televisi dengan rupa yang benar benar benar sama sekali berbeda.
Aku hampir berteriak seperti orang gila.
Dia Park Jimin, 'kan? Si Beruang Kelas Dua yang pernah aku tolak dulu?
==
whuzzup!
KAMU SEDANG MEMBACA
beauty and the bear | p. jimin
Fanfiction[ REMAKE | PJM fanfiction | heavy comedy ] Satu penyesalanku adalah: pernah menolak seorang Park Jimin 'Si Beruang Kelas Dua' yang sekarang bertransformasi menjadi idola terkenal. Tampan, mapan, dan segalanya. Jadi, waktu Areum-sahabatku yang ter...