.005 - Aku Pikir Segalanya Sudah Berakhir

429 91 74
                                    

Setelah keluar dari suasana super tidak nyaman dengan Jimin, ternyata ketidakberuntunganku tidak berhenti sampai di situ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keluar dari suasana super tidak nyaman dengan Jimin, ternyata ketidakberuntunganku tidak berhenti sampai di situ. Saat berhadapan dengan lelaki dengan rambut coklat yang terlihat menggoda seperti sekotak coklat—aku bahkan berpikir apa itu bisa meleleh? Dan tentu saja tidak. Maksudnya, itu rambut, bodoh—Serta dua gigi depan seperti kelinci peliharaan adikku, tapi miliknya tentu lebih lucu, aku salah menyebut namanya. Ia mengaku bernama Jungkook yang marganya aku lupa, atau dia tidak menambahkan, ah pokoknya apapun itu, memalukan.

Selanjutnya aku salah membuka halaman dan menampilkan potret seseorang yang Hoseok bilang itu adalah Jin, tapi aku malah menyongsongkan padanya. Hal itu berulang pada lelaki bernama Yoongi yang memiliki kulit putih keterlaluan.

Tetapi reaksi mereka semua nyaris sama. Hanya tertawa kecil, begitu sopan, begitu idaman. Padahal sampai di titik ini jika ada salah satu dari mereka yang mengatakan, "kau bodoh sekali." aku sama sekali tidak akan tersinggung sebenarnya.

Ketiga, aku bersin tepat di hadapan Jin. Bersin, kuulang, dan aku juga tidak dapat menahan selera humorku yang mendadak meledak ketika mendengar penuturan penuh percaya diri darinya.

Percayalah, kadar kebanggaan terhadap bentuk wajahnya sendiri sangat meluber. Aku sedikit geli, sebenarnya. Tapi entah kenapa itu semua malah terdengar begitu lucu. Maksudku, aku baru menemukan orang seperti itu.

Setelah keluar dari ruangan terlampau terang berbariskan tujuh lelaki yang tak kalah berkilau, seluruh beban di pundakku rasanya meluruh seketika. Hal pertama yang kulakukan adalah mengirup napas sebanyak-banyaknya, lalu mengembuskannya lega. Benar-benar lega. Selain sesudah turun dari panggung sehabis pidato bahasa inggris semasa sekolah dulu, yang omong-omong luar biasa melegakan, serius ini adalah kali kedua aku merasa selapang ini.

"Huh, akhirnya. Serius aku akan membuat perhitungan dengan Areum. Awas sa—ah!"

Tubuhku tiba-tiba terlempar ke depan. Album yang berada di genggamanku terjatuh. Aku spontan memandang horror pada benda tersebut kemudian buru-buru berjongkok untuk mengambil.

Jika barang itu rusak maka semua perjuanganku di dalam ruangan tadi sama saja sia-sia.

"Maaf, maaf aku tidak sengaja," ucap seseorang membuatku mendongak.

Dia sepertinya masih berumur kisar enam belas tujuh belas tahunan. Rambutnya diombre berwarna perak di ujung. Wajahnya tidak terlihat jelas karena mengenakan masker berwarna putih. Ia beberapa kali menunduk sembari mengucapkan maaf.

Aku tersenyum sungkan. "Tidak apa-apa." Lantas kembali memungut album yang jatuh.

Album yang tergeletak di tanah itu terbuka tepat pada halaman Jimin.

Apa ini? Bahkan angin saja menjadi penggemarnya. Sejenak aku merasa dongkol disaat yang sama juga merasa sangat bodoh karena alasanku kesal sama sekali tidak masuk akal. Jelas-jelas semua letak kesalahannya ada padaku dan segala hal tentang masa –cukup cukup, fansign-nya sudah selesai, berarti aku tidak akan bertemu Jimin lagi.

beauty and the bear | p. jiminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang