CHAPTER 16
Kenapa yang Bermarga Lee Semuanya Menyebalkan?"Lalu sekarang bagaimana?"
Pertanyaanku yang tadi dibiarkan menggantung begitu saja di udara, menunggu seseorang menjawabnya, namun satu-satunya presensi di ruangan ini, tepatnya si gadis gila belanja yang berdiri di sisiku tengah sama berkonsentrasinya denganku.
Sama-sama melipat tangan di depan dada, sesekali mengusap dagu, kami memaku atensi penuh pada benda di depan yang seharusnya—iya, seharusnya berbentuk bulat, lembut, dan menggelitik perut untuk mencomot sebagian dan memasukannya ke dalam mulut.
Tapi beberapa menit hasil inspeksi kami berdua, benda tersebut tidak berbentuk demikian, dan tidak mendadak berubah juga sesuai yang aku dan Areum harapkan.
Bentuknya memang bulat, tetapi tanpa menyentuh langsung saja aku tau jelas ada yang salah di sini. Daripada melihat sebongkah kue, aku seperti melihat sebongkah batu berbentuk seperti kue, dan memang ketika diambil dari pengukus rasanya agak berat.
Di lihat dari sini pun tampak kaku, keras, berwarna coklat kepalang gelap. Satu-satunya penanda kalau kami berusaha membuat sebuah kue adalah aromanya yang cukup manis dan orang-orang tidak membuat kue hanya untuk dinikmati aromanya.
Pada akhirnya aku mendesah pasrah, menatap lekat Areum yang kini melirik ke arahku. "Kau tidak memasukan sesuatu yang lain saat aku ke belakang, 'kan? Semen atau semacamnya?"
"Tentu saja tidak!" tukasnya gesit sekali. "Lagi pula kenapa aku harus punya semen di apartemenku?"
Aku lagi-lagi mendesah pasrah.
Benar juga. Masuk akal. Kenapa Areum harus punya sekarung semen di apartemennya?
Melanjutkan observasi lagi, aku mengingat-ingat kembali langkah per langkah yang aku lakukan. Enam buah telur dikocok lima belas menit sampai benar-benar mengembang, seratus dua puluh lima gram gula, lima puluh cc susu, lima puluh gram coklat bubuk, dan step-step lainnya yang aku ingat benar aku lakukan persis sesuai dengan apa yang wanita Asia eksotis di kanal video masaknya arahkan.
Judulnya membuat membuat Black Forest kukus. Tapi aku tidak membayangkan akan se-black ini.
Ini seperti dikukus di neraka.
Aneh sekali. Sentuhan Midas yang Yeji wariskan padaku tidak bekerja saat ini. Padahal sebelumnya aku tidak pernah gagal kalau membuat hal yang paling aku sukai di dunia alias makanan.
Dan juga terakhir kali pandanganku lepas dari adonan sewaktu aku ke kamar mandi, membiarkan langkah terakhir untuk dimasukan ke dalam pengukus kepada Areum.
Menuntaskan rasa penasaranku, aku mengambil garpu kemudian mencoba mencuilnya, dan apa yang selanjutnya terjadi membuat kami menganga.
"Omo."
Bagian yang coba aku ambil terjatuh nyaris persis seperti puing bangunan yang rapuh.
Setelah tertegun sejenak, aku lantas menyendok dan memasukannya ke dalam mulut hanya untuk mendapati sengatan rasa amat asin di lidah.
"Areum!" Aku memekik tajam.
"Wae?!"
"Ini asin sekali!" seruku. "Aku menyuruhmu memasukan gula, 'kan?"
"Masa, sih?" tanya Areum kemudian langsung mengambil bagian kecil yang sudah terjatuh dan ekspresinya saat memakan potongan-potongan kecil itu tidak jauh berbeda denganku bahkan langsung meludahkannya ke wastafel.
"Sialan, kenapa ini asin sekali?"
"Oh astaga! Artifisial intelegen ada di mana-mana, Ariana Grande sudah membuat lagu untuk mantannya yang keberapa dan kau masih tidak bisa membedakan gula dan garam?" Aku menjeda untuk menatap si Gadis Lee terkesima. "Tidak bisa dipercaya."
KAMU SEDANG MEMBACA
beauty and the bear | p. jimin
Fanfiction[ REMAKE | PJM fanfiction | heavy comedy ] Satu penyesalanku adalah: pernah menolak seorang Park Jimin 'Si Beruang Kelas Dua' yang sekarang bertransformasi menjadi idola terkenal. Tampan, mapan, dan segalanya. Jadi, waktu Areum-sahabatku yang ter...