Lee Hyejin mungkin sudah beratus kali mengumpati dirinya sendiri atas kebodohannya di masa lalu. Ia sudah termakan omongan pria 'sialan' itu sampai rela mengkhianati pasangan hidupnya di mata Tuhan dan hukum. Hingga akhirnya, ia menyesali segala perbuatannya.
Selama bertahun-tahun Hyejin menetap di negara orang dan hidup bersama pria 'sialan' itu tanpa status yang jelas. Pria itu bosan dan meninggalkannya setahun lalu. Selama setahun itu pula, ia merenungi segala perbuatannya.
Jika boleh jujur, Hyejin merindukan kehidupannya yang dulu. Dimana Baekhyun masih memberikan kasih sayang dan cinta padanya. Pria itu adalah pria terbaik dalam hidupnya yang pernah ia miliki. Bodohnya, ia baru menyadari hal itu setahun belakangan ini sebelum ia memutuskan untuk kembali.
Sayang, ekspektasinya kalau Baekhyun masih mencintainya dan menunggunya adalah salah besar. Pria itu sudah memiliki gadis baru. Malah, yang ia dengar jika gadis itulah yang akan menggantikan posisinya.
Hyejin tau ia bodoh. Tapi di satu sisi ia juga egois. Dan sisi lainnya merasakan sesak serta sakit.
Marah. Itulah yang Hyejin rasakan ketika ia tau semua fakta dimasa ini. Baekhyun akan melaksanakan pernikahannya dengan gadis itu tidak lama lagi.
Hyejin tidak ingin menjadi wanita jahat yang tega membunuh atau mencelakai dan menyimpan dendam pada gadis yang sudah merebut prianya. Tapi, jika kau berada di posisi Hyejin, kau pasti akan berpikiran yang sama.
Beberapa hari lalu, nyonya Byun menemui Hyejin. Wanita itu memberi secercah harapan padanya bahwa ia bisa saja merebut Baekhyun kembali.
Jahat memang. Tapi, Hyejin tetap memaksakan egonya bahwa ia juga ingin bahagia. Tidak adil jika semua ini terjadi dengan satu pihak saja yang merasa bahagia.
Siapa sangka, Hyejin akan dengan semudah itu menyerah hanya karena Baekhyun dengan terang-terangan mengatakan kebencian padanya. Ia tidak mampu menampung air matanya lagi. Sesak menjulur di dadanya.
"Kenapa kau seperti ini? Kau bukan Byun Baekhyun yang aku kenal!" Pekik Hyejin, membuat seisi kafe memandangnya.
"Jangan samakan aku seperti Baekhyun yang dulu. Aku sudah berubah, Hyejin. Sekarang aku bukan pria bodoh lagi yang bisa seenaknya kau permainkan," ujar Baekhyun. Dirinya berusaha tenang dengan amarah yang menggemuruh.
"Aku sudah meminta maaf. Tidak bisakah kita memulai semuanya dari awal lagi?"
Baekhyun benci melihat seorang perempuan menangis. Dan ia benci melihat Hyejin harus menangis di hadapannya. Ia juga benci dengan pokok pembahasan wanita itu yang terus memaksanya untuk kembali.
"Sudah berapa kali aku bilang aku tidak bisa kembali padamu?"
"Kumohon!"
Hyejin tetap menjadi wanita keras kepala yang Baekhyun kenal.
Baekhyun beranjak dari kursinya. Ia merasa jika pembahasan kali ini hanya membuang waktunya saja. Kalau bukan ibunya yang menyuruh untuk datang, ia pasti tidak akan menemui Hyejin hari ini.
Sebelum angkat kaki, Baekhyun berkata pada Hyejin, "Kau bilang bukan jika kau masih mencintaiku? Hyejin, cinta tidak bisa hanya memenangkan ego saja. Kau harus belajar membuka lembaran hidup yang baru."
Sebenci apapun Baekhyun pada Hyejin, tetap saja, wanita itu pernah menjadi kenangan manis dalam hidupnya dan ibu dari anaknya.
Baekhyun berjalan keluar kafe, meninggalkan Hyejin yang masih menangis.
Frustasi. Itu yang Hyejin rasakan saat ini.
Wanita itu hanya menghabiskan waktunya di motel yang ia sewa tanpa berbuat apa-apa. Ia hanya memandangi kota Seoul dari kaca jendela kamar, jika bosan, ia memilih tidur. Dan bungkus ramen berserakan di lantai, tidak terhitung jumlahnya.
Sore itu, hujan mengguyur kota Seoul. Hyejin yang masih duduk di depan jendela hanya memandang riuhnya air hujan tanpa berbuat apa-apa. Pandangannya kosong lurus menatap jendela.
Terhitung sudah dua jam Hyejin disana.
Tanpa wanita itu sadari, setetes air mata jatuh dari pelupuk mata kirinya. Hyejin merasakan basah sewaktu mengusap pipinya dan air mata itu malah terus mengalir. Ia menangis⎯lagi⎯untuk hari ini.
Sebelumnya, Hyejin belum pernah merasakan frustasi sebesar ini. Ia ingin mengakhiri hidup saja rasanya. Ini terlalu berat dan ia tidak sanggup untuk menopangnya seorang diri.
Mengakhiri hidup?
Apa itu salah satu jalan keluar?
Hyejin tersenyum miris disela tangisnya. Baekhyun sudah tidak perduli dengannya dan mereka benar-benar sudah berakhir sekarang, tidak ada kesempatan untuk kembali. Untuk apa ia hidup? Tidak ada gunanya, yang ada malah hanya menambah rasa sakit pada dirinya.
Iya, mengakhiri hidup adalah jalan keluar dari semua ini.
Hyejin mengambil pisau yang terletak tidak jauh darinya. Ia menatap pantulan dirinya yang ada di pisau itu dengan datar. Satu kata; menyedihkan.
Setelah cukup lama memandangi diri dalam diam, Hyejin melakukan hal diluar akal sehatnya.
((Hyejin lagi frustasi dan dia kayaknya stres. Akal sehatnya sudah rusak. Jadi, mohon jangan ditiru adegan ini ya guys. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya, kok^^))
KAMU SEDANG MEMBACA
Seductive Mr. Byun (Baekhyun)
FanficAnggap jika itu adalah sebuah keberuntungan bagi Kelyn yang bisa bertemu dengan duda tampan, panas, dan sangat kaya―Byun Baekhyun namanya. Semua berjalan mulus. Namun, saat Kelyn bertemu Baekhyun, hidupnya yang sudah bergelombang, malah makin bergel...