Seorang gadis turun dari bus bercat hijau tersebut dengan terburu-buru. Langkahnya lebar menjahui halte bus, tempat pemberhentiannya. Ia berlari sekuat tenaga menerjang angin yang berlawanan arah. Membuat roknya terbang kesana-kemari. Tetapi tunggu, untungnya ia memakai celana training yang di tekuk sampai ke lutut. Tetapi, dasinya belum terpasang dengan benar. Sesekali ia terlihat melirik jam yang ada di tangannya dengan resah. Langkahnya begitu terseok-seok. Mungkin karena kelelahan.
"ah, sial." Umpatnya setelah sampai di depan gerbang yang tinggi. Gerbangnya telah tertutup rapat. Gadis ini kemudian menuju samping sekolah sambil membenarkan ikat rambutnya. Ia menyepol rambutnya ke atas menggunakan sumpit.
"Kenapa pak tua itu kejam sekali. Aku hanya terlambat tiga menit. Gerbangnya sudah tertutup rapat. Dasar." Katanya. Ia kemudian berhenti tepat di depan sebuah tembok yang lebih pendek dari-tembok lain yang mengitari sekolah ini.
"Untung aku memakai celana." Ia kemudian memanjat tembok tersebut. Sebelumnya ia lemparkan tasnya ke seberang. Ia lalu mendaratkan kakinya tepat diatas semak-semak empuk. Lalu ia terlihat mengambil bolpoin dari kantong kecil yang terdapat di tas tersebut. kemudian melenggang pergi meninggalkan tasnya yang telah ia sembunyikan di balik semak-semak yang tak terurus.
—
Gadis itu terlihat memasuki kelasnya dengan wajah yang amat datar. Seperti bayi yang tak berdosa. Ia kemudian menghadap Guru Jang sambil membungkuk. "Maaf Saem, saya tadi baru kembali dari kamar mandi. Setelah berjuang, akhirnya emas saya keluar. Saem lihat kan keringat saya?" tanya gadis itu sambil menunjuk dahinya yang berpeluh.
Tetapi, ia malah menerima koor panjang yang dilontarkan teman-temannya. Ada yang menertawainya, ada yang menghela nafas atau berdecak, ada juga yang menatapnya kagum.
"Kwon Chaerin lagi? Ya sudah duduk sana. Pakai seragam tak benar. Aturannya memakai rok nona, bukan pakai celana. Kau ini laki-laki atau perempuan?" Kata Guru Jang dengan acuh tak acuh. Guru Jang terlihat menunjuk celana training yang di pakai gadis yang dipanggil dengan Kwon Chaerin itu. Koor kali ini lebih kencang dari sebelum-sebelumnya. Membuat Chaerin hanya menggaruk tengkuknya yang benar-benar tak gatal.
Ia tepat mendaratkan pantatnya di kursi kemudian ia menghela nafas panjang. Dari samping ia mendengarkan bisikan.
"Hey, kau terlambat lagi pasti." Kata Kim Jong In.
"Itu tahu. Kenapa masih tanya?" kata Chaerin sambil merenggangkan otot pundaknya yang terasa kaku akibat begadang semalam.
"Sudah kuduga. Masih melihat tayangan ulang tinju?" tanya Kim Jong In, teman sebangkunya. Sebenarnya Chaerin tidak menganggap orang ini sebagai teman.
"Hei mesum! Sudahlah jangan mengintrogasiku. Iya aku melihat siaran ulang Maywheater dengan Pac Man. Aku masih tidak terima si May, June, July itu yang menang." Kata Chaerin dengan logat inggris yang aneh.
"Dasar." Kata Jong In dengan menghela nafasnya panjang.
Chaerin melipat kedua tangannya di atas meja kemudian menjadikan bantal untuk tidur. Tetapi ada suara yang mengusik ketentramannya.
"Tolong kumpulkan tugas kalian tentang pernapasan kecoak yang saya berikan minggu lalu." Perkataan Pak Jang membuat Chaerin tersentak.
Ia langsung bangkit dari kuburnya kemudian berteriak dengan keras, "SIAL! CHAERIN TIDAK MENGERJAKAN."
Perkataan Chaerin itu di sambut tawa seisi kelas. Sedangkan Jong In yang berada di sebelahnya berdecak gemas. Mata Guru Jang terlihat melotot. Chaerin hanya menunjukkan deretan giginya yang berjejer rapi sambil tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caramelo
RomanceKwon Chaerin, gadis unik dengan seribu keajaiban harus terlibat masalah yang rumit dengan Ketua OSIS yang dingin. Tetapi sikap mereka yang bagaikan air dan minyak membuat Seulgi, Baekhyun, Chanyeol, dan Chen yang tergabung dalam Caramelo sepakat unt...