16: Ending Scene

19 3 0
                                    

  "This is Ending Scene" 

.

.

.

 10 Years Later....

Musim gugur telah datang, sungai Seine yang semula hangat sekarang sudah dingin menggigit. Daun-daun menguning dan beberapa diantaranya mulai berjatuhan di tanah. Orang-orang sudah mulai mengenakan kembali mantel mereka.

Lelaki bermarga Oh tersebut sedang mengerjapkan matanya perlahan tatkala ia mendengar suara kegaduhan dari luar. Perdebatan itu terjadi antar nenek dan cucunya. Oh Sehun, nama pemuda tersebut. Ia duduk di bibir ranjang sambil mengumpulkan semua nyawanya yang sekiranya masih berkeliaran. Ia tersenyum saat mendengar suara anak lelaki yang sedang mengeluh.

Pria jangkung itu berdiri, seperti biasanya yang ia lakukan di Paris. Ia akan bangun tidur kemudian membuka korden menikmati pemandangan kota Paris dari lantai tujuh. Memandang kota cantik ini, seolah kian mengaguminya setiap hari begitupun alasannya ke Paris.

Setelah berlama-lama menatap Paris selama beberapa menit, pria tersebut menju kamar mandi sambil mengacak rambutnya yang tak beraturan.

Suasana apartemen di pagi hari seperti biasanya. Gaduh dengan suara Noel yang memaksa memakai kaos kaki sendiri, tetapi neneknya yang selalu jengkel karena Noel selalu memakainya dengan bagian tumit yang berada di depan.

Pria bermarga Oh tersebut berjalan ke arah dapur dengan celana panjang kebesarannya sambil mengusap rambutnya dengan handuk. Karena saat ia mandi tadi ia sudah mencium bau yang rasanya membuat perutnya berontak minta diisi.

"Morning," ucap seorang wanita dari dapur dengan celemek yang melekat di badannya. Ia terlihat sedang berkonsentrasi dengan teflon di tangannya.

"Morning," jawab pria tersebut.

Lelaki tersebut berjalan mendekat ke arah Chaerin kemudian mencium pipi gadis tersebut dengan kilat.

"Kau belajar pergaulan Paris lebih cepat dari dugaanku," ucap Chaerin sambil tetap membilas piring. Entah itu sebuah sindiran atau pujian. Tetapi kelihatannya itu sebuah sindiran terlihat dari wajah Chaerin yang tidak bersahabat.

Oh Sehun kemudian memeluk Chaerin dari belakang menautkan jemarinya dipinggang Chaerin. "Oh Sehun," ucap Chaerin memperingatkan.

Sehun masih belum beranjak, ia malah meletakkan kepalanya di pundak Chaerin. "Kita nanti berangkat jam 11 karena penerbanganmu jam 1 'kan? Berkemaslah," ucap Chaerin sambil meletakkan piring yang telah ia cuci bersih.

"Sirheo." Oh Sehun kemudian mengeluarkan sebuah karet rambut dari kantong celananya, mengikat rambut Chaerin kebelakang. "Apa kau tidak mau memanggilku Oppa? Katakan sekali saja."

"Ya Tuhan, kita hanya berbeda beberapa bulan saja. Aku geli mengatakannya. Kau mau apa?" tanya Chaerin kemudian membalikkan badannya yang membuat Sehun mengerucutkan bibirnya. Chaerin bersandar pada pantri sambil menatap pria dihadapannya tersebut.

"Aku mau jalan-jalan dulu," ucap Sehun. Chaerin memutar bola matanya enggan.

"Tidak bisa. Penerbanganmu jam 1 tidak ada waktu lagi," ucap Chaerin sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

Wajahnya terlihat memohon, membuat Chaerin muak setengah mati. Lelaki itu adalah salah satu kelemahan Chaerin.

"Ayolah, Oh Sehun. Lagi pula-"

CarameloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang