8: Sweet Kwon!

30 5 0
                                    

Hari ini hari pertama sekolah Chaerin setelah seminggu terkena skors. Didalam kamarnya telah terdengar bunyi gaduh sejak beberapa puluh menit yang lalu. Cepat-cepat ia terlihat memakai celana olahraganya. Kemudian mengambil sumpit sekali pakai di laci, asalkan kalian tahu, banyak sekali macam sumpit yang tersedia di lacinya.

Dengan gerakan cepat ia menggulung rambutnya ke atas dan menahan rambutnya dengan kedua sumpit.

Ia cepat-capat keluar dari kamarnya sambil menyambar tas yang semenjak tadi menunggunya di atas ranjang. Ia memutar knop pintu dan terlihat berbelok ke sebuah pintu yang terletak tak jauh dari kamarnya.

"Oppa! Oppa! Apa kau lupa akan janjimu semalam?" kata Chaerin sambil menyampirkan dasinya di leher.

"Oppa! Kwon Sojoon!" ucapnya sambil menggedor pintu.

"Kwon so-" saat akan menyebutkan nama terakhir dari kakaknya itu, pintu terdengar berderit. Menampakkan sesosok mengenaskan yang masih berbalut kaos putih dan celana longgar panjang berwarna khaki.

"Bisa tidak untuk tak menggedor pintu dengan kekuatan premanmu itu?" kata kakak Chaerin sambil mengusap matanya.

"Astaga, kau lupa. Kemarin kau telah berjanji padaku untuk mengantarkanku ke sekolah sebelum kau kembali ke camp," ucap Chaerin sambil mengacak-acak rambut kakaknya itu.

"Aku masih mengantuk," ucap kakak Chaerin dengan mata yang setangah terpejam.

"Aku akan menunggumu di bawah. Awas kau!" kata Chaerin sambil menunjuk kakaknya dengan telunjuknya.

Ia kemudian berbalik dan cepat-cepat menuruni tangga. Di bawah sudah ada ibu Chaerin yang memasak pagi ini.

"Kau lebih galak dari atasanku! Dasar anak babi!" ucap kakak Chaerin sebelum adiknya itu menghilang sempurna dari pandangannya.

Chaerin langsung duduk saat mengetahui banyak makanan yang sudah tersedia di meja makan. Ibunya yang sedang menata makanan langsung berdecak sambil menyodorkan semangkuk nasi kepada Chaerin.

"Tidak boleh tambah untuk pagi ini," ucap Ibu Chaerin dengan nada mengintimidasi.

"Aaaaa..... eomma kejam. Jika aku kurus bagaimana?" kata Chaerin merengek sambil menggeser semangkuk sup tauge mendekat.

"Tidak baik makan banyak saat pagi hari. Akan menganggu proses pencenaan," kata ibu Chaerin kemudian duduk dihadapan Chaerin sambil memandangi anaknya itu yang sedang makan dengan lahap. "Lagipula badanmu itu sudah seperti sapi."

Chaerin langsung memandang ibunya dengan tatapan menusuk. Dirinya yang telah mirip sapi terus terngiang di telinganya. "Apa maksud ibu?" tanya Chaerin sambil mengernyit.

"Kau itu tambah gemuk, ingat kau sebentar lagi ada turnamen. Aku tidak akan tanggung jawab jika kau tidak kuat berlari," ucap ibunya yang membuat Chaerin langsung bergidik ngeri.

Ia sebenarnya tidak masalah badannya bertambah gemuk. Bahkan jika sudah mirip dengan beruang sekalipun, tetapi kalah dalam turnamen adalah sebuah mimpi buruk untuknya.

Ia tetap mengunyah makanannya, dalam waktu kurang dari setengah menit ia sudah menghabiskan setangah dari mangkuk nasinya.

"Pelan-pelan tidak ada yang ingin mengambil makananmu," ucap ibu Chaerin masih dengan menopang dagu di meja, ia masih setia mengamati cara sapi mengunyah makanannya. "Lihatlah dandananmu. Apakah ada yang mau berkencan dengan orang aneh yang memakai sumpit dirambutnya seperti dirimu?" ucap ibu Chaerin dengan wajah datar.

Chaerin langsung menatap kembali mata ibunya, lagi-lagi dengan tatapan yang tak kalah menusuknya dengan pisau belati. Ia tak mengerti dengan pemikiran semua orang yang mengagung-agungkan sebuah hubungan yang menurutnya sungguh tidak perlu dilakukan.

CarameloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang