Benih Rasa

7.6K 150 8
                                    

"Aduh gawat udah jam 6 lagi". Ucapku sambil menyibakkan selimut tebal berwarna merah muda.

"Mah!, kenapa gak bangunin aku sih, bisa-bisa aku kesiangan nih mana ada kuliah pagi lagi". Teriakku kesal

"Mamahkan udah bangunin kamu dari jam 5 kamunya aja yang susah dibangunin" sahut mamahku dari dapur.

Yaa. Begitulah keseharianku. Namaku Almira Reynata Putri. Aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Walaupun sudah berstatus sebagai mahasiswi tingkat 2, aku masih saja seperti anak kecil yang harus dibangunkan setiap pagi untuk berangkat sekolah. Susah sekali rasanya bangun sebelum ayam berkokok, rasanya mataku seperti dibalut selotip tebal atau dihimpit balok baja yang berat.

***

"Aduuh mana pagi ini ada kuliah Pak Reza lagi, Pak Reza kan paling gak suka mahasiswa yang telat," gerutuku sambil menyalakan mesin motor maticku.

"Mah, aku berangkat dulu yaa! " Teriaku sambil memutar gas ditangan kananku.

"Ata makan dulu!", seru ibuku di dalam rumah tapi aku tak menghiraukannya.

Jarak antara kampus dan rumahku cukup jauh sekitar 25 km, biasanya butuh waktu satu jam untuk tiba di kampus. Aku memilih untuk pulang pergi ke rumah karena aku rasa aku sudah terlalu membebani orang tuaku untuk melanjutkan kuliah, apalagi kalau harus membayar biaya kost dan kebutuhan hidupku sehari-hari.

Akhirnya aku tiba di kampus, aku berlari secepat mungkin karena ku lihat aku sudah terlambat sepuluh menit.

Tiba-tiba bruk! Aku menabrak seseorang hingga buku-bukuku terjatuh.

"Maaf aku buru-buru," ucapku sambil memungut buku-bukuku yang terjatuh tanpa aku lihat siapa orang yang menabrakku.

"Tidak apa-apa, sini biar aku bantu, " Ucapnya mensejajarkan dirinya denganku.

"Kak Fariz," ucapku terkejut melihat seseorang yang aku kagumi ada dihadapanku.

"Iya dek, hati-hati ya lain kali kalau jalan, " balasnya sambil tersenyum

"I.. i.. iya kak makasih,"

Kenapa harus ketemu kak Fariz di waktu yang gak tepat kaya gini sih, mana pakaianku gak rapih lagi. Padahalkan bisa jadi cinta pandangan pertamanya kak Fariz kalau tadi aku dandan secantik mungkin. Hahaa
Seketika lamunanku buyar saat aku ingat wajah pak Reza dengan kumis Pak Radennya yang siap menghakimiku.

Ku lihat pintu kelasku tertutup rapat. Aku yakin pasti Pak Reza sudah memulai pembelajaran hari ini.

"Aduh berabe nih," gumaku mendekati pintu.

Kuketuk pintu kelasku sambil menggigit bibir bawahku entah karena takut atau malu oleh teman-temanku karena aku datang terlambat.

Tok tok tok,
"Assalamualaikum pak, boleh saya masuk," ucapku memutar gagang pintu kelasku

"Masuk! " Bentaknya. "Dari mana saja kamu jam segini baru datang? "

"Maaf pak tadi pagi saya mules-mules pak semalam saya makan sambel satu mangkok, soalnya saya habis patah hati pak." ucapku memberi alasan asal.

Sontak teman-temanku tertawa mendengar alasan yang tidak logis dariku.

"Sudah sudah duduk, kali ini kamu saya maafkan. Lain kali kalau patah hati makan paku sekalian".Ujar Pak Reza yang mengundang tawa seisi kelas.

***

"Ata!, "seseorang memanggilku dari belakang sesaat setelah jam kuliah selesai.

"Hey Nan!,"sahutku menyadari kehadira Nanda sahabatku.

"Jalan dulu yuk Ta, Kan baru jam satu siang masa udah main balik aja,"

"Ya udah yuk! " Anggukku seraya mengambil kunci motor di tas kecilku.

Aku beruntung punya sahabat seperti Ananda Maheera, dia selalu tau apa yang aku inginkan. Kita sering mempunyai selera yang sama baik itu makanan, minuman bahkan pakaian. Hanya saja aku suka warna pink, tidak seperti dia yang lebih suka warna hijau.

Kami menghabiskan waktu sekitar satu jam di caffe langganan kami. Aku bercerita mengenai kejadian tadi pagi, kalau aku menabrak Kak Fariz. Kak Fariz Naufal Akbari adalah orang yang aku kagumi dari awal aku masuk kuliah. Dia begitu berkarisma, senyumnya begitu manis lembut seperti marshmallow. Dia sangat ramah dan sopan pada siapapun, dia sosok yang cerdas dan bertanggung jawab. Benar-benar sempurna untuk calon imamku kelak.

***

"Assalamualaikum, mah aku pulang!," Teriakku sambil membuka pintu rumahku.

"Waalaikum salam, kamu udah pulang. Ini mamah lagi masak makanan kesukaan kamu"

"Yippi mamah memang paling the best deh"ucapku sambil mencium pipinya.

Langsung ku hajar masakan mamahku, walaupun tadi aku sudah makan burger sama Nanda tapi masakan mamah tetap saja bikin perutku lapar. Emang dasarnya aku gembul kali yaa, tapi sebanyak apapun aku makan badanku tetap kurus kok. Beruntungnya aku tidak perlu khawatir soal makanan. Aku memang punya badan yang proforsional walaupun porsi makanku lebih banyak dari gadis biasanya. Banyak yang memberiku saran untuk menjadi model. Namun aku masih mempertimbangkannya.

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang