Menikah dengannya?

1.5K 61 4
                                    

Fariz POV
Malam ini, aku merindunya lagi. 6 bulan berlalu tanpa kabar darinya, membuatku sulit untuk terlelap.
Bagaimana mungkin, niat awalku melanjutkan study ke london untuk melupakannya malah menjadi boomerang bagiku. Bayangannya semakin sering melintas di benakku, bahkan dalam tidurku.

Ahh.. Perasaan macam apa ini. Membuatku terbelenggu. Andai kamu tahu, akulah orang yang selalu mencemaskanmu. Aku mengawasimu dari jauh, aku ingin kamu tetap aman dimanapun dan bersama siapapun kamu disana. Yaa, walaupun kamu telah memilih pria lain yang mungkin bisa membuatmu bahagia.

Aku sering mengintip social mediamu. Kini kamu terlihat sangat sempurna. Kecantikanmu terpancar dari dalam hatimu. Hijrahmu membukakan mataku untuk tidak berhenti berusaha mendapatkan makmum dunia akhiratku atas izin dan Ridho-Nya.

*Kring.. Kring*
Nama ayah muncuh dari layar ponselku membuyarkan lamunanku tentang gadis manis itu.
Kuangkat telepon darinya dengan sedikit malas.
"assalamualaikum pah?"

"waalaikumsalam nak. Ada hal penting yang ingin papah sampaikan padamu" Terdengar helaan nafas panjang dari seberang telepon .

"Ada apa pah? , apa ada sesuatu yang buruk terjadi? " balasku terkejut mendengar suara papah yang semakin melemah.

"Yaa.. Kondisi papah memang sedang kurang baik. Papah sedang di rawat karena serangan jantung"

"Apa? Bagaimana keadaanmu sekarang? Kenapa baru mengabariku? Apa yang sebenarnya terjadi?", tanyaku mencemaskan keadaannya walau bagaimanapun dia ayahku. Aku tetap peduli padanya, terlepas apa yang telah dia lakukan apadaku dan kakakku.

"Kamu adalah penerus dari perusahaan Papah, papah mohon turuti permintaan papah kali ini. Perusahan yang sudah papah bangun selama ini sedang berada dalam masa sulit. Hanya ada satu cara untuk mempertahankan perusahaan papah. Menikahlah dengan Rein. Ayah Rein adalah pemegang saham terbesar di perusahaan papah. Dengan kamu menikah dengannya maka perusahaan kita akan mendapatkan suntikan dana"

Aku bergeming mendengar apa yang baru papah katakan. Ku tutup telpon darinya tanpa menjawab sepatah katapun. Bagaimana mungkin pernikahan bisa semudah itu terjadi karena masalah perusahaan. Bahkan dia tidak memikirkan tentang perasaan anaknya sendiri.

Mataku perih terlebih hatiku. Apa tidak ada celah untuk aku bahagia? Kenapa papah selalu memaksakan kehendaknya padaku.
Aku cinta gadis lain pah, bukan Rein tapi Ata. Tak terasa kepalan tanganku memecah cermin di depanku. Darah ditanganku mengalir serpihan kaca berserakan di lantai kamarku, namun rasa sakit ini tak sebanding dengan luka di hatiku.

Isakku semakin memecah kesunyian. Papah sakit karena perusahaannya akan bangkrut. Apa aku harus menuruti keinginannya dengan terus mengorbankan kebahagiaanku?? Apakah ini akhir yang sesungguhnya dari kisah cintaku dengan Ata??

Ya Rabb, kuatkan aku. Maafkan kerapuhanku ini.

***

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang