Jodohmu Teman Karibku

1.4K 60 2
                                    

Fariz POV
Malam ini mataku benar-benar tidak bisa terpejam. Fikiranku semraut memikirkan pernikahan lusa. Aku tidak tahu bagaimana perasaan Ayah jika aku membatalkan pernikahanku dengan Rein. Aku takut malah membuat ayah kembali drop. Tapi jika aku menikahi Rein, aku tidak bisa menyakiti perempuan setulus dia karena masih mencintai Ata.

Aku beranjak dari ranjangku, kurogoh laci lemari hingga kutemukan selembar potret gadis yang tak pernah hilang di hati dan benakku. Nampak begitu sempurna, senyum tak henti tersungging saat kutatap wajahnya. Wajah yang teduh dan cantik. Membuatku merasa nyaman.
Ah aku sangat rindu, rindu berada disampingnya. Dia benar-benar menjadi canduku, membuatku selalu ingin memilikinya.

Bukan soal nafsu melainkan akhlak dan kepribadiannya yang sangat aku sukai. Dia memang anak bungsu yang sedikit manja tapi dia adalah wanita yang kuat dan lembut. Aku suka. Kulihat bukan aku saja, teman-temannya pun ku rasa sama. Ata terlalu baik, berada diantara siapapun dia akan selalu membuat orang lain nyaman dan semakin mengaguminya.

Hanya tersisa satu hari besok sebelum pernikahanku dengan Rein. Aku akan menemui Ata untuk menjelaskan semuanya. Ku pasrahkan semuanya pada Rabbku. Aku yakin jodoh tidak akan tertukar. Dan jodoh tidak datang dengan sendirinya, tetapi dengan ikhtiar.

Tasbih bergulir dijemari tanganku. Kumantapkan hati untuk hari esok. Ketenangan jiwa membuatku siap untuk menghadapi setiap kemungkinan yang akan terjadi besok bahkan jika aku harus tetap menikahi Rein dan melupakan Ata.

***
Almira Reynata Puteri POV

Sakit? Tentu saja. Perih rasanya melihat orang yang aku tunggu dan aku cintai akan segera melangsungkan pernikahan dengan gadis lain.Meski mungkin ini salahku karena dulu menerima perjodohan dari Kak Lui sehingga membuat Kak Fariz marah. Tapi rasaku tetap sama.

Setelah keberangkatan Kak Fariz ke London. Aku sudah berusaha menghapus semua rasaku terhadap Kak Fariz. Tapi hasilnya nihil. Betapa rasa ini menyiksaku.

Aku sudah tak menangis seperti di butik tadi, entah aku sudah ikhlas atau aku sudah lelah menangisi orang yang sama.

Ah aku rasa aku harus menghirup udara segar malam ini. Mungkin menikmati secangkir kopi akan membuatku lebih rilex.
Mumpung masih jam 8 malam, kurasa tak masalah jika aku keluar sebentar. Lagipula cafenya dekat dengan rumahku.

"Mah, pak! Ata mau ke cafe Glam shot yaa. Sebentar aja kok!" Teriaku sambil menuju ruang keluarga.

"Iya sayang, jangan pulang terlalu malam yaa", balas mamah

"Siap laksanakan ibu periku", kupeluk mamah kemudian mencium tangannya.

Udara malam ini terasa sangat dingin. Membuatku harus merekatkan jaket soft pink yang aku pakai.

"Pak Awas!", Ucap seseorang disebrang jalan.
Sontak membuat fokusku beralih.

Dengan sigap aku mendorong bapak itu untuk menyelamatkannya dari mobil merah yang melaju kehadapannya dengan sangat cepat.

Aku sempat terjatuh karena menolong bapak tadi. Hingga tanganku sedikit lecet. Membuatku meringis perih.

Bapak itu terlihat masih syok. Meski aku belum dapat melihat wajahnya, tapi aku rasa aku pernah bertemu dengannya.

Aku bangkit lalu menghampiri bapak tadi.
"Pak, apa bapak baik-baik saja?"

Aku terkejut melihat bapak dihadapanku ini adalah Om Ridwan, Ayahnya Kak Fariz.
Pantas saja dia terlihat begitu terkejut setelah aku tolong tadi.

Dengan suara lemah Om Ridwan menjawab, " Ya aku baik-baik saja."

"Sepertinya Om masih syok dengan kejadian tadi, saya beli minum dulu ya!"

"Tunggu Ata, Om ikut. Ada hal yang ingin Om bicarakan"

"Oh baik om, mari."

Setibanya di warung pinggir jalan, kuberikan air mineral untuk Om Ridwan.
Dia terlihat membuka tutup botolnya pelan.
Berbeda sekali dengan waktu pertama aku bertemu. Kali ini ayah Kak Fariz terlihat begitu lemah, wajahnya pucat dan ada lingkar hitam di matanya.

Rasanya begitu canggung hingga aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"Om gimana kabarnya?, sudah lama Ata gk bertemu dengan om."

"Baik Ata, sebenarnya om baru keluar dari Rumah Sakit. Kemarin sempat drop karena bisnis om sedang dalam fase yang sulit"

Aku masih diam mendengar perkataan Ayah Kak Fariz.

"Maaf om tadi om mau bicara apa dengan saya?", tanyaku penuh kehati-hatian.

"Nak. Om tahu kamu gadis yang baik" Ayah Kak Fariz menghela nafas panjang.

"Maafkan om yang telah memisahkanmu dengan Fariz.Om memang takut bisnis properti yang sudah lama om rintis bangkrut. Sehingga om melakukan berbagai cara untuk mempertahankannya. Salah satunya dengan menjodohkan Fariz dengan anak rekan bisnis Om."

Aku masih terdiam mencerna perkataan yang baru aku dengar.

"Lusa, Fariz akan menikah dengan gadis pilihan om", sambungnya.

Aku diam membisu, meski aku telah tau kalau Kak Fariz akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi pengakuan Ayah Kak Fariz membuat hatiku semakin sakit.

"Tapi om lihat, Fariz tidak mencintai Rein. Fariz terlihat terpaksa menikah dengannya. Bahkan sudah lama om tak melihat senyum diwajah Fariz" sambungnya.

"Apa om? perempuan yang akan dinikahi Kak Fariz adalah Rein?" Tanyaku memastikan.

"Iya Rein Rahma Fadila."

Mendengar nama itu, air mataku akhirnya menetes. Rein? Sahabat SMPku, dia yang akan menjadi pendamping Kak Fariz?
Aku rasa memang pantas Rein disandingkan dengan Kak Fariz keduanya memiliki akhlak dan ilmu agama yang sangat baik. Bahkan dulu Rein yang memotivasiku untuk mengenakan hijab.

Waktu dibutik tadi aku memang tidak melihat wajah gadis yang sedang fitting bersama Kak Fariz karena gadis itu mengenakan cadar. Aku hanya lihat dari sorot matanya gadis itu benar-benar mencintai Kak Fariz. Aku tak menyangka jika itu Rein. Sahabatku, kami memang lost contact setelah dia pindah ke Jakarta bersama keluarganya.

"Nak, kamu baik-baik saja?" Tanya Ayah Kak Fariz padaku.
Sontak membuatku tersadar dari lamunanku.

Kuusap air mata yang menggenang di pelupuk mata.
"Gak papa om"

"Ata belum terlambat, jika kamu masih mencintai Fariz. Om bisa membatalkan pernikahannya dengan Rein. Om tahu, Fariz juga masih mencintaimu sampai saat ini. Dia menerima dijodohkan hanya demi membuat om bahagia. Padahal dia menyakiti dirinya sendiri." Ucap Ayah Kak Fariz dengan air mata yang perlahan menetes dari pipinya.

"Om melakukan semua ini sebenarnya untuk Fariz. Om tidak mau dia hidup susah seperti dulu ketika om menikah dengan ibunya Fariz. Om ingin dia bahagia dengan keluarga kecilnya. Om tidak mau Fariz menderita seperti om dulu".

Kulihat om Ridwan begitu menyayangi Kak Fariz meskipun dengan jalan yang kurang tepat. Dia terlalu memaksakan kehendaknya. Dia terlihat keras kepala  namun sebenarnya begitu rapuh.

Aku mengangguk tanda mengerti.

"Ata om mau tanya sekali lagi apa kamu masih mencintai anak om, fariz?"

Aku tertunduk mendengar pertanyaan om Ridwan. Aku tidak bisa terus menerus membohongi perasaanku.

"Iya om" jawabku sendu.

"Ya sudah om akan batalkan pernikahan Fariz dengan Rein." Om Ridwan tersenyum begitu tulus.

"Tidak om, aku tidak bisa menyakiti hati perempuan lain. Rein pasti sangat mencintai Kak Fariz dan mendambakan pernikahan ini. Tidak semudah itu om, Ata tidak mau membuat orang lain kecewa".

"Masyaallah Nak, hatimu begitu tulus. Sungguh kamu berhati mulia, semoga siapapun kelak yang menjadi pendampingmu adalah laki-laki terbaik yang Allah Swt. siapkan" ucap Om Ridwan padaku.

"Aamiin om, om seperrinya Ata harus buru-buru pulang. Sebelum mamah cemas menunggu Ata"

"Iya Nak, hati hati ya"

"Baik om, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

###

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang