Lunch

1.8K 79 0
                                    

"Nan aku pulang duluan ya," ucapku pada Nanda yang masih bergosip ria di sampingku.

"Oh iya Ta, Hati-hati ya"Balasnya

"Oke, Assalamualaikum semuanya aku duluan"

"Waalaikumsalam"jawab mereka kompak.

Aku berjalan keluar gedung fakuktasku. Kulihat kak Reyhan sedang menungguku di samping motor sportnya sambil membenarkan jaket hitamnya. Dia mengenakan kacamata hitam. Dia sungguh tampan tapi sayang aku hanya menganggapnya seperti kakakku sendiri.

"Kak Reyhan, maaf ya nunggu aku lama"

"Enggak kok, mau nunggu seumur hidup juga aku jabanin buat seorang tuan putri cantik kaya kamu. "

"Haha udah ah kak gombal mulu"
Kak Reyhan hanya terkekeh mendengar jawabanku.

"Kak maaf ya aku ngerepotin kakak terus, kakak baik banget sama aku"
Ucapku setelah duduk dibonceng olehnya membelah kota Tasikmalaya.

"Apa sih Ta, kakak seneng kok ngelakuin ini gak usah gak enakan kaya gitu deh"

"Hehe iya kak"

Tik! Tik!
Butir air hujan jatuh dari langit menerpa wajahku.

"Kak hujan, ke pinggirin dulu motornya kak nanti keburu besar"

"Iya bentar Ta kita nyari restoran sekalian nunggu reda sekalian makan, kakak laper. Tenang kakak yang teraktir. "

"Yee beneran ya kak? Seneng-seneng aja aku kalau diajak makan hehe"

"Iya kapan kakak bohong"
Kak Reyhan menepikan motornya ke sebuah restoran.

Kami pun masuk dan memilih tempat duduk untuk kami. Kak Reyhan dengan sigap menarik kursi dan mempersilakanku duduk. Sudah seperti tuan putri saja aku ini. Semua orang menatapku karena kak Reyhan begitu memperlakukanku layaknya sepasang kekasih.

"Makasih kak, aku jadi kaya princess"

"Memang kamu princessnya aku"

"Haha udah ah kak, Kakak ini gak cape apa gombalin aku"

"Kakak gak gombal kok beneran," ucapnya sambil memilih makanan yang akan kami pesan. Karena Kak Reyhan yang teraktir maka dia juga yang memutuskan makanan apa yang akan kami santap siang ini.

"Dingin sekali ya kak," ucapku pada Kak Reyhan bajuku agak basah karena tadi sedikit kehujanan ditambah ac restoran yang dingin membuatku sedikit menggigil.

Tiba-tiba dia menghangatkan tubuhku dengan jaket miliknya.

"Semoga ini bisa membuatmu lebih hangat ya Princess, "ucapnya sambil tersenyum manis

Aku hanya diam menerima perlakuannya,

"Andai saja Kak Fariz yang melakukan ini padaku aku akan sangat senang."gumamku pelan.

"Apa Ta? Tadi kamu ngomong apa?"

"Eh eng-engak kok kak hehe"

"Silahkan, ini pesananya." ucap pelayan dengan ramah.

Seorang pelayan menaruh pesanan kami.
Tak perlu waktu lama untukku menghabiskan makanan enak ini

"Kak aku mau ngomong sesuatu"

"Iya apa Ta? "Dia menatapku lembut.

"Soal kakak yang nembak aku pas di depan rumahku"

"Iya kenapa?" jawabnya masih menyantap makanannya.

"Aku belum siap kak, aku belum siap untuk punya komitmen sama siapapun untuk saat ini,  aku mau fokus dulu kuliah. Kakak boleh cari perempuan lain yang lebih baik dari aku. Aku gak mau ngasih harapan kosong buat kakak. Aku harap kakak bisa ngerti"

Setelah mendengar ucapanku Kak Reyhan menghentikan aktivitasnya. Mengalihkan pandangannya padaku, menatapku dengan mata cokelatnya,

"Iya kakak tau kok,  maafin kakak ya. Kakak tahu ini terlalu cepat, kakak bakalan terus nunggu kamu sampai kamu siap"

"Tapi-"

Kak Reyhan memotong ucapanku.
"Hujannya udah berhenti Ta, pulang sekarang yu"

"Iya kak," aku mengikutinya.

Kak Reyhan duduk diatas motor sportnya, aku pun megikutinya duduk di belakangnya. Kak Reyhan menyuruhku terus memakai jaketnya sampai rumah padahal aku tahu dia juga pasti kedinginan. Tapi dia lebih memilih menahan dinginnya demi aku. Demi seseorang yang tidak mencintainya. "Betapa beruntungnya seseorang kelak yang dapat bersanding denganmu Kak "gumamku pelan.

Sesampainya di rumah Kak Reyhan langsung kembali pulang tanpa mampir dulu ke rumahku. Mungkin dia ada urusan pikirku.

Aku merebahkan tubuhku di kasur empukku. Tercium aroma parfum Kak Reyhan yang sangat memabukkan dari jaketnya yang masih kupakai. Ya, mungkin perempuan lain akan berpikir seperti itu. Namun tidak denganku. Aku sama sekali tidak merasakan hal apapun saat bersamanya.

"Kacau! , kenapa malah bayangan senyum Kak Fariz lagi yang terlintas di benakku."Ucapku kesal pada diri sendiri.

Yaa, senyumnya sudah menjadi canduku. Entah sejak kapan, tapi aku suka. Dia tampan bukan hanya paras tapi akhlak juga. Walaupun terkadang sikap hangatnya berubah menjadi dingin dan menyesakkan. Tapi aku bisa apa? Rasa ini sudah benar-benar tak dapat ku kendalikan? Logika dan hati manakah yang akan menang?

***

Terimakasih untuk semua yang sudah mau membaca tulisanku 😁💕

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang