Sehangat Mentari

2.4K 105 0
                                    

Hari ini adalah hari libur kuliah, tapi aku terpaksa ke kampus untuk mengumpulkan tugas artikel yang sudah aku selesaikan kemarin malam.
Malas sekali rasanya apalagi hujan tak kunjung reda dari tadi pagi. Awalnya aku kira siang atau sore hujannya akan berhenti jadi aku memutuskan untuk ke kampus sore saja yang penting hari ini tugasku dapat diserahkan kepada dosen epidemiologiku. Namun nampaknya prediksiku salah besar, aku terpaksa ke kampus dengan menggunakan jas hujan. 

Setibanya di kampus aku segera memarkirkan motorku dan melepas jas hujan yang aku gunakan sambil melindungi artikelku agar tidak terkena air hujan.

Aku beruntung, dosenku sedang ada di ruangannya. Jadi hasil pekerjaanku bisa langsung sampai ketangannya.

Sudah pukul lima sore, tapi hujan masih begitu deras. Aku tidak bisa berlama-lama kalau tidak aku pasti pulang kemalaman apalagi jarak kampus ke rumahku cukup jauh.
Aku memaksakan diri untuk pulang menerjang hujan.

Saat aku menyalakan motor, ada yang aneh. Motorku terasa lebih berat dari biasanya. Saat aku lihat ternyata ban belakang motorku bocor.

"Yaah.. Bocor. Aduh mana udah sore lagi" Umpatku kesal

"Ada apa Ata? " seseorang menghampiriku.

"Kak Fariz, kok kakak ada disini?"
Ucapku heran melihatnya tiba-tiba ada disampingku.

"Iya kakak tadi habis ada urusan di BEM, kenapa ada yang bisa kakak bantu? "

"Ini kak ban motorku kempes, mana udah sore. Aku takut pulang kalau kemalaman" jawabku.

"Ya udah sini biar kakak yang dorong motor kamu ke tukang tambal ban"

"Tapi kak-"

Dia membawa motorku tanpa mendengarkanku. Aku semakin menyukainya, dia benar-benar laki-laki sempurna yang aku idamkan.

"Tunggu sebentar ya"

"Kakak mau kemana?"tanyaku.

"Sebentar saja"ucapnya pergi setelah sampai di tukang tambal ban.

"Ini, kamu pasti kedinginan dari tadi kehujanan." ucapnya sambil memberikan kopi moccacino hangat padaku.

"Terimakasih kak, kakak ko bisa tau aku suka moccacino"jawabku heran.

"Hanya insting" Dia tersenyum lembut padaku membuat jantungku tak karuan dan pipiku mulai memanas.

Beberapa menit hening tak ada yang berbicara, hingga aku memecah kecanggungan itu dan memulai kembali pembicaraan.

"Kak sebentar lagi kakak kan mau wisuda, kakak mau ngelanjutin S2 kemana kak?"

"Insyaallah ke UNDIP Ta"

Aku hanya diam mencerna jawaban darinya, aku tidak tahu bahwa sebentar lagi aku tidak akan melihatnya lagi di hari-hariku. Aku tau universitas yang dimaksud Kak Fariz itu ada di pulau yang berbeda denganku.

Kenapa aku harus sesedih ini padahal aku bukan siapa-siapa untuknya, perlakuan manisnya juga mungkin dia lakukan kepada orang lain bukan hanya kepadaku.

"Kamu jaga diri baik-baik"

"Ingat perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik pula. Jangan khawatir" sambungnya.

"Maksud kakak? "

Apa maksudnya, kenapa dia seperti mengetahui apa yang sedang aku pikirkan. Apa dia juga menyukaiku atau hanya perasaanku saja. Ya Allah perasaan macam apa ini.

"Neng motornya sudah selesai diperbaiki"ujar montir padaku

"Oh iya terima kasih pak, ini uangnya" ucapku sambil memberikan uang sepuluh ribu.

"Kamu mau kakak anter pulang atau sendiri saja ?"

"Gak usah kak gak papa, aku udah terlalu banyak ngerepotin kakak hari ini."

"Ya udah hati-hati ya"

"Iya kak sekali lagi terimakasih, aku pamit dulu assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"jawabnya sambil melambaikan tangan kearahku.

Hujan sudah mulai reda, hanya menyisakan rintik-rintik kecil yang jatuh dengan pelan.
Sesampainya di rumah aku langsung melaksanakan sholat maghrib.

"Ata! " Seru ibuku sambik mengetuk pintu kamarku.

"Iya sebentar mah."ucapku sambil membereskan mukena dan sajadah yang baru saja aku pakai.

"Ini ibu buatkan susu hangat buat kamu, pasti kamu kedinginan. Nanti kalau sudah kamu langsung turun ya buat makan malam. Mamah masakin sup iga kesukaanmu."

"Baik mah terimakasih "ucapku seraya memeluk mamah dan mengecup pipinya.

Aku sangat beruntung, memiliki orang tua yang begitu menyayangiku. Mamah bersikap sangat lemah lembut, penyayang, dan selalu mengerti apa yang aku rasakan. Berbeda dengan bapak yang lebih tegas, bijaksana dan sangat disiplin.

Kring..
"Pesan masuk"gumamku.

"Almira kamu udah sampai rumah?
Ini Fariz"

Hah ini aku gak salah liatkan Kak Fariz beneran sms aku, sesekali mengucek-ngucek mataku untuk memastikan.

Aku balas pesan darinya.
"Iya kak aku udah sampai" *send

Kring balasan dari Kak Fariz.
"Alhamdulillah, kamu minum air hangat ya, langsung tidur jangan bergadang, aku khawatir kamu kecapaian"

Lagi lagi mataku dibuat melotot oleh pesan yang di kirim Kak Fariz. Hatiku benar-benar bahagia jantungku berdetak lebih kencang. Pipiku memanas mendapatkan perhatian dari seorang Fariz. Mungkinkah kak Fariz memiliki perasaan yang sama denganku?Mungkinkah rasaku tidak bertepuk sebelah tangan?

***

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang