Pertemuan Menggores Luka

1.5K 77 7
                                    

*Fariz POV*
Cermin didepanku menampakkan wajah seorang pria yang kusut, mata sembab berkantung hitam. Rambut tak tertata rapi seperti biasanya. Keputusan besar yang harus aku ambil perihal masa depanku, calon makmumku yang akan menemani hari-hariku bersamaku menuju Ridho-Nya membuatku tak dapat tidur beberapa hari ini. Solat malam tak pernah tertinggal di sepertiga malamku. Berharap akan ada hari esok yang indah ketika bangun dari tidurku.
Lusa adalah hari pernikahanku dengan Rein. Aku sudah sampai di Indonesia kemarin sore. Tak membutuhkan waktu lama aku langsung ke rumah sakit untuk melihat keadaan Ayah. Ayah terlihat begitu lemah, wajah tegasnya berubah pucat pasi. Mana mungkin aku tega melihat orang tuaku terbaring sakit. Meski aku sering tak akur dengan Ayah, tapi jauh di lubuk hatiku. Ayah adalah orang yang sangat aku sayangi sama seperti bunda dan Kak Flora.

***
Aku masuk ke salah satu ruang VIV di rumah sakit ternama di Tasikmalaya.
"Ayah, ini aku Fariz" Ku genggam tangannya dengan lembut.
Ayah membuka matanya setengah kesulitan dengan lemah ia menjawab"Nak, syukurlah kamu sudah sampai disini, ayah minta maaf ya. Kamu harus mempercepat pernikahanmu dengan Rein." Tangan kanannya mengelus puncak kepalaku. "Kamu mau kan menikah dengan Rein? " lanjutnya.

Aku menghela nafas panjang, menetralkan segara rasa yang berkecamuk dalam hatiku. "Ayah, tak mungkin aku menolak keinginan Ayah. Ayah dan Bunda adalah alasan kebahagiaanku di dunia ini. Jika menurut ayah itu yang terbaik, aku bersedia menikah dengan Rein" Ayah bangun dan memelukku erat. Terasa air matanya membasahi puncak kepalaku"

Tanpa aku sadari sedari tadi bibi menatapku haru di depan pintu. Mungkin dalam pikirnya anak dan ayah yang sudah lama bersiteru kini dapat saling mengerti dan saling memaafkan.  Senyum bibi begitu hangat menatapku dari kejauhan.
Kucium tangan ayahku bersama dengan menetesnya air mataku. Entah air mata kebahagiaan atau air mata kesedihan.
Ini mengingatkanku untuk benar-benar mengikhlaskan Ata. Bidadari syurga yang aku dambakan mungkin bukan yang terbaik untukku.

***
*Ata POV*
Kegiatannku semakin padat akhir-akhir ini. Aku sudah menjadi model muslimah sekitar 2 bulan ini setelah mengikuti audisi yang panjang. Nanda selalu mensupportku untuk mengikuti model muslimah. Memang sejak lama aku suka modeling. Dan menurutku tak ada salahnya aku mengikuti ajang pencarian bakat itu toh aku tetap mengenakan hijab dan menutup auratku. Aku mencintai profesiku sekarang. Karena aku bisa menambah uang sakuku tanpa meminta pada orang tuaku.

Hari ini jadwal fitting baju pengantin untuk fashion show besok di salah satu butik ternama dikotaku. Aku datang sendiri menggunakan motorku.
Pegawai dan pemilik butik begitu ramah padaku. Membantuku mengenakan baju yang akan dipakai besok saat fashion show.
Aku berlunggak lenggok di depan cermin mengagumi gaun indah yang telah aku kenakan ini.

Ketika aku sibuk mengagumi gaun pengantin ini. Terdengar suara pelayan mempersilahkan seseorang pria masuk ke butik. Pikirku mungkin ada pasangan yg akan menikah melakukan fitting juga hari ini.

Tapi tunggu, suaranya begitu tak asing bagiku. Suaranya seperti Kak Fariz. Seketika aku membalikkan badan dan melihat siapa yang datang.
Sontak saja aku terbelalak. Itu benar Kak Fariz. Setelah sekian lama aku tidak bertemu dengannya, malah bertemu di butik baju pengantin.
Dia mulai menyadari keberadaanku. Dia terlihat bingung dan tak percaya ketika melihatku dihadapannya.
Aku tak mengerti apa yang ada difikirannya. Namun dia mulai membuka pembicaraan.
"Ata! " Panggilnya lembut.
Ya Allah hatiku tidak dapat aku kendalikan, jantung lku berdebar begitu cepat. Dan aku yakin pipiku pasti bersemu merah.
"Kak Fariz! " Jawabku setengah sadar.
Masyaallah dia begitu tampan meski ada lingkaran hitam dibawah matanya. Astagfirullah apa yang aku fikirkan. Segera aku membuyarkan lamunan nakalku.
"Ata kamu sedang fitting baju pengantin?,  kamu akan menikah? " Tanyanya tak sabar. Terlihat wajah muram yang begitu dingin.

"Bu.. Bukan kak" Balasku tersendat.
Ketika aku hendak menjelaskan bahwa ini gaun yang akan aku pakai untuk fashion show besok. Seorang gadis manis mengenakkan pakaian syari masuk ke butik dan memanggil Kak Fariz.
"Mas, sudah liat baju yang cocok untuk pernikahan kita? " Ucapnya menatap penuh cinta Kak Fariz.

Aku tak bisa menerima kenyataan ini, semuanya tetjadi begitu cepat dan tak terduga. Sakit sekali rasanya Ya Rabb, hatiku benar-benar sakit. Air mataku tak mampu aku bedung. Aku memperlihatkan kelemahanku di depannya, ya Kak Fariz melihatku menitihkan air mata.
Pertemuan ini menggoreskan luka yang teramat dalam.

***
Readers ayoo terus baca cerita aku yaaa, bantu rekomendasiin juga yaa. Biar banyak yang baca jadi aku semangat ngelanjutin ceritanya. Thank you 😍💙

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang