Menahan Luka

2K 79 2
                                    

Hari ini BEM FIK di kampusku mengadakan acara sosialisasi kesehatan ke salah satu desa kecil di Tasikmalaya.

Semua anggota BEM mengikuti kegiatan ini tidak terkecuali Kak Fariz. Untuk lebih efektif kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk dapat menjangkau seluruh rumah di desa tersebut. Satu kelompok terdiri dari 2 orang. Pembagian kelompok diambil secara acak. Entah kenapa aku malah sekelompok dengan Kak Fariz orang yang sangat ingin aku hindari.

Sosialisasi di mulai pukul 09.00 pagi kami mengunjungi rumah demi rumah di desa tersebut. Aku benar-benar tidak ingin berbicara dengan Kak Fariz. Aku harus profesional walaupun aku benar-benar sedang ingin menjauh darinya tapi ini kegiatan yang harus dilakukan dengan bekerja sama.

Aku senang melakukan kegiatan ini bisa berbagi informasi kesehatan untuk orang lain, melihat tawa masyarakat menceritakan kehidupannya membuatku lupa dengan rasa sakit yang masih aku rasakan.

Setelah sekitar 3 jam melakukan sosialisasi aku merasa capek, haus apalagi hari ini panas terik. Aku beristirahat di bawah pohon rindang. Kulihat Kak Fariz mengikutiku. Dia mendekat padaku dan memberiku air mineral dan roti.

"Untukmu, kamu sangat bersemangat hari ini, nanti kita cari mesjid buat solat berjamah"ucapnya padaku.

Aku terkejut untuk apa dia melakukan ini,  dia benar-benar labil. Kemarin sikapnya dingin sekarang hangat. Aku sungguh tidak mengerti.

"Terimakasih," jawabku singkat tanpa menengok padanya.
Ku ambil air mineral itu dan ku teguk setengahnya. Perutku juga lapar, aku menghabiskan roti pemberiannya.

"Pelan-pelan Ta" ucapnya terkekeh melihatku yang begitu cepat menghabiskan roti ditanganku.

Aku menatapnya, kulihat dia terkekeh pelan menampilkan deretan gigi putihnya. Lesung pipitnya terlihat semakin dalam ketika dia tersenyum, aku suka. Aku memang masih kesal padanya tapi aku tak bisa berlama-lama marah atau bersikap dingin padanya.

Ku lihat ada keringat di dahinya. Aku merogoh tasku dan mengeluarkan tissue , kuberikan padanya. Dia mengambilnya dan mengerti maksudku.

Di lapnya keringat yang bergelayut di dahinya. Walaupun dia menunduk dan berjarak satu meter denganku tetap saja jantungku berdetak begitu cepat, aku benar-benar mencintainya. Aku selalu bahagia berada di dekatnya.

"Sudah adzan dzuhur Ta, Yuk kita solat dulu"

"Iya kak"aku mengikuti langkahnya.

***

Hari sudah semakin sore, kami bergegas untuk segera pulang setelah mengabadikan momen sosialisasi kesehatan di desa kecil ini.

Aku terpaksa pulang satu motor dengan Kak Fariz.  Jalan menuju desa itu sudah rusak ditambah lagi jalanannya yang terjal sehingga hanya para laki-laki saja yang berani mengendarai motornya.
Rasanya canggung sekali. Kak Fariz sama sekali tidak mengajakku bicara.

Tiba-tiba "Duk"
Terdengar suara benturan dari helmku dan helm yang Kak Fariz gunakan karena jalan yang berlubang membuat motor yang kami tumpangi beberapa kali terhentak.

"Jalannya benar-benar jelek, Ta pegangan ya Kakak takut kamu jatuh"Ujar Kak Fariz padaku.

"Tapi kak-"Jawabku yang langsung di potong oleh kak Fariz.

"Gak papa, Ini demi keselamatan kita," Tuturnya seolah dia faham betul apa yang aku pikirkan.

Akupun memegang pinggangnya ragu, tercium aroma maskulin dari tubuh lelaki tampan di depanku. Sedekat ini, biasanya ada jarak satu meter yang selalu membatasiku dengannya. Jantungku berdegup semakin kencang. Aku sempat berfikir apa jantung Kak Fariz juga berdegub kencang sepertiku? Detik kemudian aku terkekeh geli.

"Kenapa Ta?" Sepertinya kak Fariz mendengar aku tertawa kecil.

"Eh eng-enggak kak, aku ingat anak-anak kecil di desa tadi," Ucapku berbohong padanya.

"Oh iya,"jawabnya singkat.

***

Sekitar satu jam setengah aku dan kak Fariz sampai di rumahku. Kak Fariz memutuskan untuk mengantarku ke rumah dengan alasan takut keburu malam kalau naik angkutan umum.

"Assalamualaikum mah, pak! "aku mengucap salam sambil membuka pintu rumahku.

Kak Fariz memakirkan motornya kemudian berdiri di belakangku.

"Ayo masuk dulu kak," Ajakku padanya.

"Hmm. Iya Ta"

"Silakan duduk dulu kak, aku mau ngambil dulu minum buat kakak. "

"Iya makasih Ata"Jawabnya seraya tersenyum lembut.

Tiba-tiba mamah dan bapak menghampiriku ketika hendak mengambil minum untuk Kak Fariz.

"Kamu udah pulang sayang"kata mamah.

"Iya mah"ucapku tersenyum

"Mamah tadi habis di kamar mandi jadi gak tau kamu datang"

"Oh iya mah gak papa"balasku.

"Kamu pulang diantar siapa?" Tanya bapak menengok ke ruang tamu.

"Itu teman Ata di kampus pak"

"Oh ya udah kamu bawain makanan sama minuman ke depan, bapa mau ngajak dia ngobrol"

"Iya pak"Aku menyutujui titahnya.

Terdengar suara gelak tawa dari arah ruang tamu. Apa yang Bapak dan Kak Fariz bicarakan sampai mereka bisa terlihat sedekat itu. Aku berjalan menuju mereka dengan membawa teh hangat dan biskuit.

"Ada apa sih pak ngomongin Ata ya tadi pada ketawa?"

"Apa sih ata GR"Bapak malah meledekku.

"Habis tadi pas Ata kesini langsung pada diem"ucapku penasaran.

"Ya udah diminum dulu kak, pak teh hangatnya"Lanjutku.

Mereka mengangguk dan menyeruput teh hangat yang baru aku buat.

***

Post malam hari 😊 selamat membaca 💕

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang