Marshmallow

3.2K 87 0
                                    

Sudah pukul 23.30 tapi mataku belum mau terpejam juga. Ini yang menyebabkan aku sulit bangun pagi karena kebiasaanku begadang hingga larut malam. Semua tugas sudah aku kerjakan. Materi kuliah untuk besok juga sudah aku baca.

Aku memang tidak bisa tepat waktu, tapi aku terkenal sebagai mahasiswi yang cerdas di kampusku. Banyak penghargaan yang telah aku dapatkan karena hobiku dan kecintaanku terhadap sastra padahal aku mengambil program studi kesehatan yang tidak ada hubungannya dengan sastra.

Kring..
kudengar handphoneku berdering.
"Ata, kamu masih belum tidur juga ini sudah malam jangan sampai besok kamu telat lagi".Ucap Nanda di seberang sana.

"Baiklah bunda ratu, aku akan tidur sekarang juga. Terima kasih sudah mengingatkanku" jawabku mengejeknya.

"Iih aku ini masih muda lain kali panggil aku princess jangan bunda ratu emang aku ibumu," sahutnya kesal.

"Baik-baik princess yang pesek, kamu juga tidur jangan teleponan melulu"

"Siap kakak,"jawabnya singkat sambil menutup telepon.

***

Sinar mentari menerpa pipiku, aku terbangun lalu membuka jendela kamarku. "Udara yang sangat segar" ucapku sambil meregangkan otot-ototku.

Hari ini aku bangun lebih pagi, aku tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Aku harus tampil lebih rapih hari ini apalagi nanti akan ada rapat BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) di fakultasku.

Alasanku masuk BEM sebenarnya selain aku ingin aktif berorganisasi juga karena ketua BEMnya adalah Kak Fariz. Jadi aku bisa lebih banyak waktu bertemu dengan Kak Fariz di kampus.

***

Jadwal kuliahku sudah selesai hari ini tinggal menunggu rapat BEM yang tinggal tiga puluh menit lagi.

"Ta, sendiri aja. Ke kantin yuk aku lapar," Ajak Farhan padaku yang merupakan anggota BEM juga.

"Iya iya sebentar aku beresin dulu laptopku," Sahutku seraya memasukkan laptopku ke dalam tas.

Kamipun berjalan bersama melewati koridor kampus.
"Kamu mau pesan apa Ta, Biar aku pesankan, "

"Batagor sama Fresh Tea Han"

"Oke tunggu yaa"

Kulihat Kak Fariz berjalan mendekatiku setelah keluar dari masjid kampus. Kebetulan kantin dan masjid letaknya bersebrangan.

"Mashaallah jam 10.00 Kak Fariz sudah keluar dari masjid, pasti sudah solat duha. Benar-benar calon imam idaman kaum hawa" Gumamku yang entah pada siapa.

"Assalamualaikum Ata ," Sapanya sambil tersenyum begitu manis, lembut seperti marshmallow.

Aku hanya diam mengagumi ketampanannya. Jantungku tiba-tiba berdetak begitu cepat hingga aku salah tingkah.

"Ata.. Kamu baik-baik ajakan?,  kenapa malah bengong, " Tanyanya sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.

"Eh i..Iya Kak waalaikumsalam," Sahutku tersipu malu

"Jangan bengong Ta, mending kamu banyak-banyakin sholawat biar jadi berkah,"

"Iya kak gak bengong kok kak," sanggahku menggaruk tengkukku yang tak gatal.

"Ya sudah Kakak duluan ya, mau siap-siap buat rapat nanti," katanya berjalan menjauhiku
Aku hanya mengangguk setuju.

Tak lama kemudian Farhan datang membawakan makanan pesananku tadi. Dia memang laki-laki yang baik, dia sudah sering mengatakan perasaannya padaku tapi aku tak pernah menganggap ucapannya serius. Aku lebih suka seperti ini menjadi sahabat yang selalu ada untukku.

"Makanannya sudah datang princess, silakan di coba," katanya sambil menyerahkan semangkuk batagor untukku.

"Terima kasih wahai kakak tingkatku yang baik," ucapku mengambil makananku.

Rapat dimulai oleh Kak Fariz sebagai pemimpin diskusi. Kali ini membahas mengenai UU tentang Pertembakauan.

Setelah kak Fariz selesai menjelaskan kondisi pada saat ini terkait UU pertembakauan, dia memberikan kesempatan untuk anggota rapat yang ingin mengajukan pendapat langkah apa yang harus diambil sebagai seorang mahasiswa.

"Menurut saya, bagaimana jika kita mengadakan demontrasi ke gedung pemerintah untuk mencabut peraturan perundang undangan tersebut" ucap Bima mengeluarkan pendapat.

"Tapi apa pemerintah akan mendengar aspirasi kita? Mengingat rokok adalah sumber devisa negara yang sangat besar," Sanggah Resita kemudian.

"Menurut saya, alangkah baiknya kita mulai menyikapi masalah tersebut dari dalam diri sendiri dan lingkungan sekitar kita terlebih dahulu. Memang tak ada salahnya kita melakukan demontrasi kepada pemerintah karena itu adalah hak kita sebagai warga negara yang demokratis. Namun untuk mengubah atau menghentikan diberlakukannya UU itu tidak semudah membalikan telapak tangan, perlu ada pengkajian ulang dari pemerintah. Walaupun kita tahu bahwa devisa dari rokok tidak sebesar dampak penyakit yang ditimbulkannya sehingga biaya kesehatan membengkak. Oleh karena itu bagaimana jika kita melakukan aksi mematikan rokok dikampus kita ini agar bebas dari asap tembakau? Atau memasang poster dan banner mengenai kawasan anti asap rokok dan mengajukannya ke rektorat?" ucapku panjang lebar.

"It's a good idea, Ata!"
Semua bertepuk tangan atas pendapatku.

"Baik semua pendapat saya tampung dahulu untuk ditindak lanjuti, rapat kali ini saya tutup" Ucap Kak Fariz.

Calon Imam IdamankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang