Part 14

150 9 0
                                    

Pagi-pagi sekali aku sudah sampai di sekolah, kali ini aku lebih memilih untuk pergi bersama dengan Bang Rio, bukannya aku tidak mau di jemput oleh Kahna hanya saja rasanya aku harus lebih menyiapkan diri untuk bertemu dengannya.

Hatiku bimbang, aku pun gundah. Bahkan nyaris tidak mngetahui apa yang sedang aku rasakan. Aku harus apa? Aku harus berbuat apa?

Hubunganku dengan Kahna dan juga hubunganku dengan Nara.

Nara temanku dan Kahna adalah pacarku, itu jelas, hanya saja kejadian kemarin sore membuat keruh hubungan diantara kami.

Jika dibilang siapa yang aku sukai, jelas aku menyukai Kahna, dia pacarku, dia baik padaku, sangat perhatian, hangat, pengertian dia pun menyukaiku. Tapi walupun aku sering dibuat kesal oleh Nara karena tingkahnya yang benar-benar membutaku kesal sekumat , aku tetap menyukai Nara sebagai temanku, sahabatku yang tidak dapat dipungkiri selalu ada ketika kondisiku sedang susah ataupun sedih, dan permasalahnnya terjadi sesuatu yang aneh yang entah apa itu terhadap hubungan kami sehingga aku selalu merasa ada yang mengganjal jika berhadapan dengannya.

Permasalahan yang paling utama sampai membuatku tidak bisa tidur semalaman adalah Kahna cemburu atas kedekatan aku dan Nara. Kahna tahu aku dan Nara jauh lebih dulu kenal dibanding aku mengenalnya, Kahna pun tahu aku dan Nara hanyalah teman yah selama aku meyakinkannya, tapi aku pun merasa Kahna mengetahui apa yang aku dan Nara tidak ketahui sehingga membuat ia sangat khawatir atas hubungan kami.

Dan aku mulai berfikir, apa menurut Kahna antara aku dan Nara saling menyukai?

Pemikiran itu sering muncul akhir-akhir ini dan selalu sukses membuatku tak bisa tidur, siapa yang paling kusukai diantara mereka?

Lalu aku harus bagaimana menghadapi ini semua?

"Pacar gak mau dijemput ternyata karena mau bengong di sekolah lebih pagi ?"

Aku tersenyum ketika wajah Kahna sudah berada tepat dihadapanku dan seperti biasa menopang dagunya

"Tumben udah dateng?"

Ini masih kurang dari jam 7 pagi dan Kahna sudah datang, biasanya datang ke sekolah pasti ke ruangan futsal dulu baru ke kelas

"Habis nyariin pacar gak tau keberedaanya dimana, eh gatau nya disini"

Kahna mengusap pipiku dengan lembut

"Ada masalah?"

Iyah, kamu masalahnya

"Enggak, lagi males di rumah aja"

Kahna memilih untuk duduk disampingku, berhubung Fira juga belum datang

"Katanya kemarin kamu jatoh dari sepeda ya? Ada yang lecet ga?"

"Hm? Kok kamu tau?"

Kahna sedang mengecek badanku yang terlihat oleh matanya ketika Nara baru saja datang dan berdiri di depan pintu. Ini mata lihat aja lagi

"Nara kabarin kemarin, jatuh sama dia kan?"

Aku hanya mengangguk, ohh dikabarin sama dia? Kok dia ngabarin aku jatuh sama Kahan si? maksudnya apa?

"Enggak ada yang lecet kok". Aku kan jatuh diatas badannya Nara. Tambahku dalam hati

"Syukur deh kalo gitu, hey? Kok bengong, kenapa lagi? Kan udah baikan sama Nara?"

"Kamu kenapa si ngomongnya Nara terus, kesannya apa-apa aku disangkutinnya sama Nara... terus, nanti jeolus aku yang repot loh"

Kahna tersenyum sambil merapihkan rambutku yang menutupi mata

"Orang udah jeolus dari awal, yah diterusin aja kan"

Nelangsa,,,nelangsa,,,hatiku nelangsa

"Jangan ngomong gitu dong"

Kali ini, Kahna menghadap ke arah papan tulis, membuang wajah dari hadapanku, tatapannya serius melihat papan tulis yang kosong

"Kamu masih inget kan perkataanku saat awal kita pacaran. Aku ini laki-laki, dan laki-laki adalah makhluk egois dalam cinta. Yah anggap aja aku lagi diuji keegoisanku."

"Maksudnya?"

Ia melirik Nara yang sedang berdiri di pintu

"Aku lupa nanya hal sama kamu waktu itu karena kamu udah keburu ditelepon Nara disuruh pulang waktu itu"

"Jangan nyindir terus deh"

Kali ini, Kahna menatapku dalam dan lembut, aku sampe sesek nafas dililhat kaya gitu pagi-pagi sama dia

"Kenapa kamu terima aku? Ah enggak, lebih tepatnya beneran kamu suka sama aku? Kenapa?"

Aku terdiam seketika. Kenapa hidupku akhir-akhir ini diselimuti dengan sekelumit pertanyaan yang sulit.

Aku terdiam cukup lama. Aku bingung ingin jawab apa? Sungguh, entahlah aku pun tidak tahu.

"Karena aku butuh kamu", aku menarik nafas untuk melanjutkan.
"Mungkin ada yang bilang ketika kita menyukai seseorang tidak pernah ada alasannya karena perasaan suka tidak bisa dikendalikan kepada siapa akan kita berikan. Tapi sampai sekarang, aku masih belum mengerti perasaan itu seperti apa, dan belakangan ini aku mulai sadar, mungkin aku masih ragu untuk berkata kalo aku menyukaimu maaf, tapi sepertinya yang pantas itu kalau aku bilang aku lebih membutuhkanmu. Aku butuh sosok pria yang mengerti dan memberikan perhatiannya padaku setulus hatinya, aku butuh sosok pria yang bisa menjadi tempat berbagi segala keluh kesah ku apapun itu, sekalipun keluh kesah yang ku berikan selalu menyakitinya secara tidak langsung, aku butuh sosok pria yang tidak mengegoiskan perasaanku padanya sekalipun ia selalu mengegoiskan perasaannya sendiri untuk dirinya sendiri, dan aku butuh sosok pria yang menuntunku mencari jawaban atas apa yang hatiku ini rasakan, sekalipun mungkin pada akhirnya akan menyakitinya, dan yang paling penting aku butuh sosok pria yang berusaha mendapatkan hatiku dengan kelembutannya. Itu". Suaraku bergetar mengucapkan itu

Jujur hatiku ini memang benar-benar dilanda kebingungan, tapi tak dapat dipungkiri akupun takut kehilangannya

"Kahna, mungkin aku sendiri masih belum mengerti atas apa yang sedang aku rasakan saat ini, tapi yang jelas aku butuh kamu sekarang, walaupun hanya untuk menjawab segala kebingunganku yang kurasakan saat ini. aku egois ya?"

Kahna memilih diam membungkam mulutnya dan menatapku lembut, entah apa yang ia pikirkan tentangku? Entah apa yang ia rasakan padaku ketika aku berkata aku hanya membutuhkannya untuk membantu apa yang dirasa oleh hatiku sekarang, lalu bagaiamana jika ternyata perasaanku tidak memilih dia? Apa aku akan menjadi sosok gadis yang jahat?

"Dan aku akan tetap memanfaat kan waktu yang kamu butuhkan denganku Nay. Aku janji, tidak peduli hubungan macam apa, perasaan macam apa yang kamu dan Nara miliki, aku akan tetap berusaha mengambil hati kamu. Kamu akan liat keegoisan ku Nay"

Aku menghambur ke pelukannya.

Aku benar-benar bingung saat ini. aku, tak tahu apa yang kurasa?

....
Hoshh aku sudah dilanda kesibukan nih, UAS ku sudah didepan mata, jadi ya gini update ceritanya agak lama

Tapi semangat kalian yang masukin cerita ini ke RL kalian masing-masing ajaib nya membuatku bersemangat untuk update terus tentang cerita ini

Terima kasih ya yang sudah vote dan yang masukin ke RL.

And Next

See you next chapter guys..

CHOICESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang